Dibalik cerita kelam dan kesalahan besar, ada luka yang tersembunyi mencari kesembuhan.
"Aku membelimu untuk menjadi wanita bayaranku seorang!" -Bara-
"Pilihanku menerima tawaranmu, dan perasaanku adalah resiko dari pilihanku sendiri " -Shafa-
*
Hanya seorang gadis yang terjebak dalam dunia malam hanya untuk pengobatan Ibunya. Lalu, bertemu seorang pria kaya yang membelinya untuk menjadi wanita bayaran miliknya seorang. Bisa terlepas dari dunia malam saja, dia sudah bersyukur dan menerima tawaran itu.
Namun, sialnya dia salah melibatkan hati dan perasaan dalam situasi ini. Mencintai pria yang membayarnya hanya untuk pemuas gairah saja.
Di saat itu, dia harus menerima kenyataan jika dirinya harus pergi dari kehidupan pria itu.
"Aku harus kembali pada istriku"
Dengan tangan bergetar saling bertaut, dada bergemuruh sesak dan air mata yang mulai menggenang, Shafa hanya mampu menganggukan kepalanya.
"Ya, aku akan pergi dari kehidupanmu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencintai Terlalu Salah
Hari yang cerah, Shafa bertemu dengan Irena di sebuah Taman. Sengaja bertemu dengannya, karena Irena sendiri yang ingin bertemu dengannya.
"Iren"
Shafa berjalan dengan senyum merekah melihat teman barunya yang cukup cocok dengannya. Meski mereka baru kenal beberapa bulan saja, tapi Shafa sudah merasa begitu dekat dengan Irena.
Ketika Irena berbalik dan langsung menghambur ke pelukan Shafa. Cukup mengejutkan bagi Shafa, mendengar isak tangis yang keras dan pelukan yang erat.
"Iren, kamu kenapa? Ada apa? Ayo cerita sama aku"
"Hiks.. Sha, kenapa aku tidak bisa memiliki Kak Andreas? Kenapa? Apa karena aku jelek? Atau karena aku miskin? Kenapa Kak Andreas begitu membenci kehadiran aku"
Shafa terdiam dengan sedikit tertegun, tangisan Irena yang benar-benar menyayat hatinya. Menusuk relung jiwa yang sudah rapuh ini.
"Ren, kamu sudah cukup berjuang. Jika pada akhirnya semua tidak sesuai dengan harapanmu. Pergi saja ... jangan terus bertahan dengan luka yang semakin dalam"
Suaranya begitu serak, pecah di iringi satu isakan. Semua ucapan Irena seolah memberikan bayangan padanya, jika suatu saat Shafa juga akan berada dalam posisi itu. Berbalik dan memilih pergi atas perjuangan yang sia-sia. Ketulusan yang terabaikan, dan hati yang terluka parah. Kaki tertatih itu, berjalan di iringi rasa kecewa yang besar.
Irena sudah lebih tenang, mereka kini duduk di sebuah bangku taman. Shafa membelikan sebotol air mineral untuk Irena agar lebih tenang. Gadis itu masih menatap kosong dalam diamnya. Belum mengatakan apapun lagi. Shafa hanya setia menemaninya dan menunggu sampai dia mau bercerita apa yang sebenarnya terjadi.
Dalam diam, Shafa menatap tatapan kosong penuh kesedihan dan kekecewaan dari Irena. Mungkin suatu saat, dirinya yang akan berada dalam posisi itu, dan mungkin akan lebih hancur dari yang Irena alami.
"Ren, kamu masih muda, cantik, baik. Kamu bisa mendapatkan pria lebih baik yang menggantikan Tuan Andreas"
Irena menoleh pada Shafa, tatapan yang terlihat begitu menyakitkan. Shafa bisa melihat jika cinta Irena untuk Andreas terlalu tulus, hingga dia tidak bisa melakukan apapun lagi ketika perjuangannya hanya sia-sia.
"Aku tidak seperti kamu, Sha. Kamu percaya diri, kamu cantik dan hebat. Aku tidak akan sepercaya diri itu untuk bisa mendapatkan pengganti Kak Andreas"
Shafa menggeleng atas ucapan Irena barusan, disini Irena yang tidak tahu apa yang sebenarnya Shafa alami. Tentang masa lalu yang tidak akan pernah di ubah, tentang cerita yang sudah terlanjur tertulis dah sulit untuk di hapus untuk merubah alurnya.
"Ren, kamu gak tahu bagaimana aku yang sebenarnya. Justru kamu tidak seperti aku, kamu masih punya masa depan yang bagus. Kamu masih punya cinta yang begitu besar, masa depan juga masih bagus dan panjang. Lakukan saja apa yang kamu ingin lakukan saat ini, lupakan sejenak tentang Andreas dan rubah dirimu menjadi lebih baik lagi"
Shafa bukan seorang perempuan baik seperti Irena. Dia adalah gadis yang sudah tidak punya apapun untuk di pertahankan dalam hidupnya, kecuali satu nyawa dalam perutnya dan juga Ibunya.
"Ren, kamu harus percaya jika semuanya akan baik-baik saja. Kamu bisa melewati ini. Fokus kamu sekarang hanya pada hidupmu dan kebahagiaan yang harus kamu ciptakan sendiri"
*
Shafa kembali ke rumah, masih memikirkan tentang Irena. Apa yang di alami gadis itu, bahkan mungkin akan segera menimpa dirinya. Tapi, mungkin juga akan lebih buruk dari itu.
"Kau baru pulang?"
Shafa mengerjap kaget, dia berjalan masuk ke ruang tengah dengan melamun. Dan terkejut mendengar suara bariton dari Bara.
"Loh, kok udah pulang?"
Shafa sedikit bingung dengan tatapan Bara yang terlihat tajam, seolah tidak suka. Membuat Shafa sedikit bertanya-tanya apalagi yang telah dia lakukan sampai membuat Bara marah padanya.
"Kemana saja kau? Aku pulang dan tidak mendapatkanmu, sementara kau sudah pulang sejak tadi sore"
Shafa berjalan menghampiri Bara, dia tahu kenapa pria itu marah sekarang. Hanya masalah Shafa yang tidak ada di Apartemen saat dia pulang.
"Aku bertemu dengan Irena sebentar di Taman tadi"
"Irena? Siapa dia?" tanya Bara dengan mata menyipit.
Seketika Shafa langsung terdiam bingung, kenapa Bara tidak tahu. Bukankah Andreas adalah temannya. "Itu, gadis yang bersama Tuan Andreas saat itu"
"Oh"
Shafa hanya menggeleng pelan, bahkan saat Bara terlihat tidak peduli sama sekali dengan ceritanya. "Kenapa kamu tidak kenal? Bukankah Tuan Andreas adalah teman kamu, dan Irena itu adalah gadis yang mencintai Tuan Andreas"
"Aku tidak terlalu memperhatikan karena dia juga pertama kalinya membawa gadis culun seperti itu"
Shafa sedikit tidak suka dengan ucapan Bara. "Jangan mengatainya, Irena cantik dan dia adalah gadis baik-baik. Seharusnya Tuan Andreas bangga bisa dicintai setulus itu oleh Irena. Tapi, dia malah menolak cinta Irena"
"Ya, karena dia bukan tipe Andreas"
Shafa hanya menghela napas pelan, sikap arogan Bara yang masih tetap sama. "Sudahlah, kenapa sekarang kamu pulang lebih awal? Padahal aku juga hanya sebentar bertemu dengan Irena"
"Besok aku pergi menemui Aura"
Tiba-tiba dada Shafa selalu bergemuruh saat mendengar Bara mengatakan lagi tentang Aura. Sudah hampir satu bulan ini Bara tidak pernah membahas tentang Aura. Dan sekarang, tiba-tiba sekali dia membahasnya lagi.
"Baiklah"
Tidak ada alasan untuk mencegahnya, Aura adalah istri sah yang memang sudah seharusnya mendapatkan lebih banyak waktu bersama Bara dibandingkan dirinya yang hanya sebatas simpanan.
*
Sepasang suami istri yang tiba-tiba datang menemuinya pada malam hari, membuat Shafa cukup tertegun. Tatapannya menunjukan rasa bingung dan bertanya-tanya pada dua orang yang sekarang berdiri di depannya.
"Kamu Shafa?"
Tidak berani mengeluarkan suara, Shafa hanya mengangguk saja sebagai jawaban iya.
"Kami adalah orang tau Aura, kami tahu jika kamu adalah Aura di masa lalu Bara, iya 'kan?"
Dalam sekejap, dunia seolah berhenti berputar. Tangan berkeringat dingin, keningnya mengeluarkan peluh dan rasa mual yang menyerang begitu saja. Untuk bernapas saja terasa sulit.
"Dan kamu pasti tahu jika selama ini Bara telah menemukan Aura yang salah. Tapi Shafa, ini bukan keinginan dari keluarga kami. Semuanya sudah menjadi keputusan dan kesepakatan dari dua keluarga. Karena keluarga Daniel, tidak akan pernah menyetujui keturunannya menikahi seorang anak pel*acur seperti kamu. Apalagi, kamu juga terjun dalam dunia itu seperti Ibumu"
Ya Tuhan, kalimat yang benar-benar menghancurkan segala harapan rapuh yang dia punya. Semuanya seolah langsung terkoyak hancur dan Shafa harus kembali sadar diri akan posisinya.
"Sekarang yang harus kamu lakukan hanya berhenti jadi simpanan Bara. Biarkan dia tidak pernah tahu yang sebenarnya tentangmu. Dan pergi dari hidup Bara"
Dengan tangan bergetar, mengepal erat di sisi tubuhnya. Shafa mencoba menguatkan suaranya yang bergetar.
"Tanpa kalian minta, aku juga akan tetap pergi meninggalkan Bara. Karena aku tidak akan pernah mau menjadi perusak pernikahan orang lain, meski hidupku sudah serendah ini"
Jika mencintai terlalu salah bagi Shafa, maka dia akan berhenti mempunyai rasa cinta itu. Biarkan hatinya mati, beku dan lupa akan bagaimana rasa mencintai lagi.
Bersambung
Aku mengangkat cerita ini, karena dalam kehidupan nyata, semua orang hanya menatap dari cangkang. Tanpa tahu apa dan kenapa dia terlihat buruk. Semua hal punya alasan, termasuk orang-orang yang mungkin terpaksa melakukan dosa besar. Entah benar atau salah, cukup Tuhan yang tahu. Kita tidak perlu menghakimi.
thour buat ibu Rani sehat kembali dan shafa semoga mendapatkan pengobatan terbaik💪💪💪💪🥰🥰🥰🥰