Icha Adeela, anak angkat dari keluarga Raffi Hamzah. Dia diperlakukan tidak adil, dijadikan sebagai penebus utang. Ayah angkatnya mempunyai banyak utang dan keluarga mereka terancam kehilangan rumah dan aset lainnya.
Dalam upaya menyelamatkan keluarga dan ibu angkatnya yang sekarat di rumah sakit, Icha dipaksa menikah dengan orang tua dan cacat.
Ternyata, Icha juga diperlakukan kasar oleh suaminya. Icha berusaha membayar utang agar terbebas dari belenggu suaminya.
Apakah Icha berhasil membebaskan dirinya dari situasi tersebut?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Badai Hati
Icha dan Putra datang ke pemakaman Alula. Kania menangis histeris di depan pusara Alula. Tidak ada keluarga yang mengantar kepergian Alula. Raffi juga tidak ada karena Raffi masih terbaring lemah di rumah sakit.
Icha, Putra, Fairel turut berduka cita atas meninggalnya Alula.
Kania menghapus air matanya. Kania berdiri dan menatap ke arah Icha. Kania dengan perasaan sedih curhat kepada Icha. Kania tidak punya biaya untuk Raffi di rumah sakit. Kania juga mengingatkan Icha, utang-utang Icha di masa lalu masih belum lunas. Sudah seharusnya sekarang Icha membayarnya. Biaya sekolah Icha, belum lagi utang-utang Raffi yang sampai sekarang belum lunas.
"Tante, utang-utang Om Raffi apakah harus Icha yang membayar?" Putra penuh kesal memandangi Kania.
"Tentu saja, karena dia adalah anaknya Raffi," jawab Raffi.
"Apa sekarang Tante mengakui aku adalah anak kandung Ayah?" Icha sedikit maju ke depan Kania.
"Tidak, kamu anak pungut. Dan kamu harus membayar utang. Kalo tidak aku akan membongkar rahasiamu!" Ancam Kania.
"Rahasia?" Icha mengernyitkan keningnya.
Kania berpaling melihat Fairel yang sedikit jauh dari mereka. Kania berpikir pasti Fairel dan Icha ada masalah sehingga mereka berjauhan. Kania dengan santainya berjalan ke arah Fairel.
Kania mengucapkan terima kasih karena Fairel menghadiri pemakaman Alula. Kania juga meminta maaf kepada Fairel karena Alula pernah mengambil barang di rumah Fairel.
Sebagai permintaan maaf dan ucapan terima kasih kepada Fairel, Kania akan memberitahu sebuah rahasia kepada Fairel. Saat ini Icha hamil, Kania mendapatkan informasi dari Dokter Edo.
"Selamat Fairel, kamu akan menjadi seorang ayah," ucap Kania.
"Icha, hamil?" Fairel mencari kebenaran di mata Kania.
"Tante permisi, sekali lagi terima kasih telah hadir," Kania sedikit menunduk dan pergi meninggalkan pemakaman.
Kania tertawa kecil. Kania melajukan langkahnya. Dengan cepat Kania masuk ke dalam mobilnya. Kania dari kejauhan melihat Fairel yang mendekati Icha. Kania meninggalkan pemakaman dengan senyum kemenangan.
Fairel penuh emosi berjalan ke arah Icha. Putra menyembunyikan Icha ke belakang punggungnya.
"Icha, apa kamu hamil?" Fairel menatap ke belakang punggung Putra.
"Hamil?" Putra dan Icha berbarengan.
"Cha! Jawab!" Bentak Fairel.
"Fairel! Jangan bikin Icha kambuh lagi! Emangnya Icha hamil anak siapa?"
"Gue gak tau anak siapa. Siapa tau itu anak lu!"
PLAK!
PLAK!
Putra menampar wajah Fairel. Fairel memegangi wajahnya yang panas dan sakit.
"Ternyata, di mata Kak Fairel aku begitu hina. Iya! Aku hamil Kak Putra. Puas!" Icha menggandeng lengan Putra.
Putra menoleh ke arah Icha. Icha mencubit lengan Putra agar ikut permainannya. Putra diam dan kembali memandangi Fairel.
"Cha, kamu, kamu, AAAGHHHHHHHHH!" Fairel mengacak-acak rambutnya.
"Ceraikan aku!"
"Baik, sekarang juga kamu ikut aku!"
Fairel secara tiba-tiba memukul rahang Putra, menendang perutnya sampai Putra terlempar jauh ke belakang. Fairel menarik tangan Icha. Icha menepis tangan Fairel dan berlari menjauh.
Fairel mengejar Icha. Fairel membawa Icha di atas bahunya. Icha berteriak minta tolong. Icha memukul-mukul bagian belakang Fairel. Zaki yang melihat Fairel, segera menghidupkan mesin mobilnya. Fairel secara perlahan memasukkan Icha ke dalam mobil.
"Ke rumah sakit, temui Dokter Eko!" Fairel memberikan perintah.
Zaki memakai maskernya, takut Icha akan mengenalinya. Zaki melarikan mobilnya menuju rumah sakit.
Fairel menyadari saat ini Icha ketakutan. Fairel menyeka keringat Icha yang membasahi wajahnya dengan saputangannya. Icha menutup mata. Tubuh Icha gemetar.
Sesampainya di rumah sakit, Zaki lebih dulu keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah sakit.
Fairel dengan sopan meminta Icha keluar. Fairel janji tidak akan menyakiti Icha jika Icha menuruti kemauannya. Icha keluar dari mobil, Icha masih berusaha lari dari Fairel. Kali ini Fairel menggendong Icha sampai ruangan Dokter Eko.
"Fairel, ada yang Om bantu, silakan duduk," sapa Dokter Eko.
"Langsung saja Om, kata Tante Kania, saat ini Icha hamil. Benarkah?" Fairel mempersilakan Icha untuk duduk.
"Tante Kania?" Icha meminta penjelasan kepada Dokter Eko.
"Oh itu. Fairel maaf itu semua kebohongan yang Om buat untuk Kania. Icha tidak hamil. Apa Icha perlu di tes?" tanya Dokter Eko.
"Tidak, saya percaya, Om tidak mungkin bohong. Terima kasih Om. Kami permisi," ucap Fairel.
Fairel dan Icha keluar. Fairel memegangi tangan Icha. Icha menepisnya dan berlari meninggalkan Fairel. Icha meneteskan air mata. Sakit hati Icha, begitu murahnya Icha di mata Fairel. Masih terngiang-ngiang dulu Fairel menuduh Icha menjual badan demi uang.
Icha berhenti di depan rumah sakit. Icha berbalik menunggu Fairel. Fairel dengan tertunduk berdiri di depan Icha.
"Kak, pernikahan kita dari awal hanya karena terpaksa. Kita tidak cocok dan tidak saling cinta. Sebaiknya kita berpisah baik-baik. Aku harap Kak Fairel menemukan cinta Kaka di luar sana. Aku juga ingin bahagia Kak. Maaf karena keadaan, Kak Fairel terpaksa menikahiku."
"Cha, maaf. Aku cemburu. Aku gak rela kamu mengandung benih orang lain."
"Sudahlah Kak, aku capek, sakit hati, maaf Kak, aku lelah. Selamat tinggal."
"Cha, Icha, tunggu," Fairel menahan tangan Icha.
"Fairel, aku kangen," Sofia tiba-tiba dari arah belakang memeluk Fairel.
Fairel dengan paksa melepaskan pelukan Sofia. Fairel merangkul pundak Icha. Icha merasa tidak nyaman, Icha mencoba menjauh tapi Fairel semakin erat merangkulnya.
"Fairel, aku ada kabar gembira. Aku hamil, aku hamil anakmu," kata Sofia sambil memegangi perutnya.
Fairel tidak menghiraukan Sofia, karena selama ini Fairel tidak pernah menyentuh Sofia. Fairel tahu niat Sofia yang ingin merusak rumah tangganya dengan Icha.
"Sayang, aku tidak pernah menyentuh wanita lain selain dirimu," bisik Fairel.
"Aku tidak perduli Kak," jawab Icha.
"Icha, lihat ini."
Sofia membuka galeri dari ponselnya. Mata Fairel dan Icha membulat ketika melihat foto-foto adegan mesra Fairel dan Sofia di atas tempat tidur. Fairel dan Sofia bercumbu dengan mesranya tanpa menggunakan busana.
"Cha, itu bukan aku. Aku tidak seperti itu. Icha percaya sama aku," Fairel meyakinkan Icha.
"Kak Fairel jangan lari dari tanggung jawab. Kak Sofia selamat ya, semoga kalian berdua berbahagia," Icha menyatukan tangan Fairel dan Sofia.
Bukan seperti ini maunya Sofia. Sofia ingin Icha menangis, sakit hati, marah dan membenci Fairel. Sofia ingin melihat Icha sakit sesakitnya dikhianati suami yang selama ini tidak pernah mencintainya. Fairel berselingkuh di belakang Icha dan segera menceraikannya.
Sofia memandangi Icha tak percaya. Icha tenang seolah memberikan restu kepada Fairel dan dirinya. Icha bahkan mendoakan janin yang ada di dalam perut Sofia sehat dan selamat sampai dilahirkan ke dunia.
Icha melambaikan tangannya ke arah Fairel dan Sofia. Icha melihat Putra di seberang jalan. Icha berlari secepat mungkin ke seberang jalan, Icha masuk ke dalam mobil. Icha melihat Fairel yang mengejarnya.
"Gas Kak, cepat!" Teriak Icha.
Putra dengan cepat melarikan mobilnya ke jalan raya. Dari kaca spion Putra melihat Fairel dengan gigihnya mengejar mobilnya. Putra berhasil menghilang dari kejaran Fairel.
Putra kemudian melirik Icha yang memegang dadanya sambil meneteskan air mata. Icha tidak dapat menahan rasa sedihnya. Icha menangis.
Hari ini seharusnya Icha bahagia karena bisa terbebas dari Fairel. Tapi entah mengapa ketika tahu Fairel memiliki anak dengan wanita lain, hati Icha terasa sobek dicakar serigala.
Langit sore yang tiba-tiba mendung seolah mendukung suasana hati Icha yang muram. Tubuh Icha lemas dan bersandar di kursi mobil. Angin dingin menusuk tulang seolah ikut merasakan pedihnya hati.
Kalimat 'aku hamil' dari mulut Sofia semakin membuat Icha terisak dan sesak. Icha menatap kosong ke depan. Kegalauan berkecamuk di dalam hati. Dalam diam ada kesunyian yang menyelimuti dan derai air mata yang tidak pernah berhenti.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...