NovelToon NovelToon
TUJUH PEDANG PELINDUNG : THE VELARI

TUJUH PEDANG PELINDUNG : THE VELARI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Barat
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: XenoNovel

Ini Adalah Lanjutan Dari Novel Tujuh Pedang Pelindung Sebelumnya 🙏🏻
Di Harapkan Untuk Membaca Novel Sebelumnya Terlebih Dahulu Agar Tidak Bingung Dengan Ceritanya 👍🏻

Dahulu Kala Sebuah Kerajaan Hebat Bernama Cahaya, Di Serang Oleh Raja Kegelapan Yang Bersekutu Dengan Iblis. Para Ksatria Cahaya Turun Atas Perintah Raja Cahaya Pertama, Namun Saat Mereka Terdesak Tiba Tiba Sebuah Cahaya Muncul Di Hadapan Mereka Dan Berubah Menjadi Sebuah Pedang Yang Kuat. Pedang Itu Di Namai Sebagai Pedang Pelindung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon XenoNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perasaan Yang Telah Lama Ada

Di sisi lain, Sano dan Sara berjalan mendekati Soyu yang kebetulan sedang berada di ruangan tersebut. Soyu tengah berbincang dengan salah satu tamu, namun pandangannya langsung beralih ketika melihat adik kecilnya bersama Sara berdiri di hadapannya.

"Bagaimana kabarmu, Sano?" sapa Soyu sambil tersenyum hangat.

"Sangat baik," jawab Sano singkat.

Sara pun melangkah mendekat dan berdiri di samping Sano.

"Senang bisa bertemu dengan Kakak Soyu di sini," ucapnya ramah.

"Ternyata kau di sini juga, ya, Sara," balas Soyu sambil mengelus kepala gadis itu dengan lembut.

"Aku kira kakak tidak akan datang karena sibuk menjaga kawasan itu," ujar Sano.

Soyu tertawa kecil.

"Tidak mungkin aku tidak datang, lagian aku tidak ingin melewatkan pernikahan ini. Beruntung surat undangan darimu sampai tepat waktu, jadinya aku bisa hadir tepat waktu."

Tiba-tiba, Alaric muncul di samping Soyu sambil membawa segelas minuman.

"Hei, kalian. Apa kalian melihat Ziaz?" tanyanya.

"Loh? Bukannya tadi dia sudah bergabung dengan kalian?" jawab Sano dengan bingung.

Soyu terlihat heran.

"Ziaz? Siapa itu?" tanyanya.

"Dia kapten dari adikmu ini, benar begitu kan, Sano?" kata Alaric sambil memandangi sekitar.

"Ya, itu benar," jawab Sano singkat.

"Oh, begitu... Mungkin dia sedang bersama yang lain," ujar Soyu menebak.

Secara tidak sengaja, Alaric melirik ke arah Gareth dan Mika yang tengah bersalaman dengan Raja Daun sambil tersenyum. Sementara itu, Sara melihat sekeliling dan menyadari bahwa Helena sudah tidak ada di ruangan.

"Mungkin... dia sedang bersama dengannya," gumam Sara.

Ketiganya langsung menoleh ke arah Sara dengan ekspresi bingung.

"Bersama siapa?" tanya Alaric penasaran.

Sementara itu, Vijan tengah menemui Raja Api yang sedang duduk santai, menikmati suasana pesta dari sudut ruangan.

“Selamat malam, Yang Mulia,” sapa Vijan dengan hormat.

Raja Api menoleh dan tersenyum tipis.

“Ah, rupanya kau, Vijan. Kenapa tidak bergabung dengan rekan-rekanmu?”

Vijan menarik kursi dan duduk di hadapan sang raja.

“Mereka sedang berpencar ke tempatnya masing-masing. Lagipula, ada sesuatu yang harus kita bicarakan, Yang Mulia.”

Mendengar itu, Raja Api langsung menunjukkan sikap serius. Ia meletakkan gelas tehnya di atas meja dengan pelan.

“Baiklah. Apa yang ingin kau sampaikan?”

Vijan menoleh ke kanan dan kiri, memastikan tak ada yang mendengar.

“Yang Mulia, para Raja dan rekan-rekanku mulai mempertanyakan insiden waktu itu—tentang alasan kenapa Anda menjadi sasaran Ksatria Kegelapan.”

Raja Api langsung mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Vijan berhenti bicara.

“Tidak seorang pun boleh tahu. Ini rahasia Kerajaan Api. Jika tersebar, mereka pasti akan menekan kita dari segala arah,” ucap Raja Api dengan nada tegas.

“Tapi, Yang Mulia…” Vijan tampak ragu, lalu melanjutkan, “Benda itu... akan sangat sulit dilindungi jika mereka tidak ikut membantu.”

Raja Api mencondongkan tubuhnya, mendekat ke arah Vijan, dan berbisik lirih.

“Kita tidak bisa membocorkan apa pun kepada mereka. Aku yakin... ada pengkhianat di antara mereka.”

Vijan membelalakkan mata.

“Hah? Apa maksud Anda, Yang Mulia? Apakah Anda tahu sesuatu tentang Para Raja?”

“Sssttt… kecilkan suaramu,” potong Raja Api cepat.

Vijan kembali menoleh ke sekitar, memastikan tak ada yang memperhatikan mereka.

“Jadi maksud Anda... ada pengkhianat di antara Enam Raja?”

Raja Api mengangguk pelan.

“Aku sudah lama menaruh curiga pada mereka. Tapi belakangan ini, kecurigaanku semakin kuat—karena Raja Cahaya pun mengatakan hal yang sama kepadaku. Dia juga mulai mencurigai adanya pengkhianat dalam pemerintahan.”

Wajah Vijan semakin tegang.

Pertemuan ini ternyata jauh lebih serius dari yang ia bayangkan.

"Aku ingin kau berhati-hati, Vijan. Seseorang bisa saja bermain sebagai agen ganda," ucap Raja Api dengan serius.

Di sisi lain, Helena memperlihatkan sebuah jimat keberuntungan kepada Ziaz. Melihat benda itu, Ziaz langsung tersenyum.

“Ternyata kau masih menyimpannya, ya,” ucap Ziaz lembut.

Helena hanya tersenyum tanpa mengatakan apa pun, lalu perlahan memasukkan kembali jimat itu ke dalam sakunya.

“Begitu, ya? Tidak ada komentar sama sekali?” goda Ziaz.

Mereka berdua sedang duduk berdampingan di sebuah kursi panjang dekat air mancur yang tidak jauh dari gedung pernikahan. Malam pun mulai terasa tenang pada saat itu.

Tiba-tiba, Helena menyentuh simbol cahaya yang berada di bahu kanan Ziaz. Sentuhan itu membuat Ziaz sedikit terkejut dan langsung melihat ke arah Helena.

“Apa arti simbol ini? Aku belum pernah melihatmu memakai ini dulu,” tanya Helena penasaran.

Ziaz menarik napas panjang, menatap air mancur di depannya yang memantulkan cahaya rembulan.

“Aku dipaksa menggunakannya saat pertama kali diangkat menjadi seorang ksatria. Itu semua karena aku adalah keturunan dari salah satu Ksatria Legendaris.”

Mata Helena membesar mendengar penjelasan itu.

“Tapi... kenapa kau tidak pernah memberitahukan hal ini kepada ku.”

Ziaz menunduk sedikit. 

“Aku sengaja menyembunyikannya hal ini darimu, karena ibu mu tidak suka kalau kau dekat dengan anak dari keluarga ksatria.”

Ziaz mulai merasa bersalah lagi. Tatapannya kembali tertuju ke air mancur, seperti mencoba melarikan diri dari kenyataan. Namun, tiba-tiba Helena bersandar di bahu Ziaz, yang membuat Ziaz sedikit terkejut.

“Aku tidak peduli kalau ibuku melarangku dekat denganmu. Tapi yang jelas, kau selalu spesial di mataku,” ucap Helena lembut.

Ziaz menggeleng pelan, suara hatinya bergetar.

“Tidak... aku tidak pantas menjadi seseorang yang bisa menemanimu.”

Helena langsung mengangkat kepalanya dari bahu Ziaz, menatapnya kesal.

“Apa yang membuatmu berkata seperti itu, hah? Bagaimana kalau aku bilang... aku menyukaimu? Apa kau masih akan mengatakan kalau dirimu tidak pantas untuk menemaniku?”

Mendengar kata kata Helena itu. Ziaz hanya diam dan tidak berani untuk menjawabnya. Dia hanya seorang anak dari keluarga ksatria, sementara Helena adalah anak dari keluarga bangsawan di Kerajaan Sakura.

Tanpa berkata apa-apa, Ziaz membaringkan tubuhnya di kursi tersebut, lalu menempatkan kepalanya di atas paha Helena. Wajah Ziaz kini berhadapan langsung dengan wajah Helena.

Di bawah cahaya bulan yang terang, Helena menatap wajah Ziaz yang masih sangat tampan seperti saat dirinya berusia 14 tahun. Hal tersebut seketika membuat wajah Helena mulai memerah.

“Aku menyukaimu, Helena,” bisik Ziaz, menatap langsung ke matanya.

Helena yang mendengar perkataan Ziaz itu pun langsung terdiam. Jantungnya berdetak begitu kencang seolah ingin meloncat keluar. 

Helena menatap mata Ziaz yang sedang terbaring di pangkuannya itu, seakan dia sedang mencari kebohongan di balik kata-kata itu. Namun yang ia temukan hanyalah ketulusan dan perasaan yang telah lama dipendam.

Pelan-pelan, senyum tipis muncul di wajah Helena. Dan matanya mulai berkaca-kaca.

“Kau... menyukaiku?” ulangnya pelan, nyaris tak percaya.

Ziaz mengangguk kecil. “itu benar... Aku menyukai mu, Helena.." 

Air mata pun menetes dari sudut mata Helena, dia terasa terharu karena mendengar perkataan Ziaz itu. Lalu dia menyeka air matanya dengan cepat-cepat dan mulai tersenyum kembali.

“Bodoh,” ucapnya sambil mencubit pipi Ziaz. “Kenapa harus menunggu sampai seperti ini untuk mengatakan hal itu?"

( END CHAPTER 02 )

1
Gia Uw
Wadohhh seberapa cantik Helena sampai sampai Ziaz yang Author bilang paling tampan di antara lima kawannya itu bisa suka sama Helena
XenoNovel
Author sedang berusaha untuk semangat menulis lagi karena belakangan ini mulai hilang semangat 🥲 setelah di lihat lihat lagi, tujuh pedang pelindung ini lebih bagus di jadikan komik dari pada novel, tapi karena ceritanya masih belum habis dan Author juga belum menemukan ending dari ceritanya, mau gak mau projek komiknya Author batalkan terlebih dahulu sampai dapat waktu yang tepat 🤧
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!