The Eternal Witch

Cahaya matahari menyusup diantara dedaunan di sebuah pohon di pinggir danau, di rerumputan yang hijau terbaring seorang pemuda berambut panjang, matanya tertutup wajahnya gelisah akibat dihantui oleh mimpi buruk di siang itu.

Xavier, laki-laki itu tenggelam dalam mimpi buruk yang selalu ia alami selama bertahun-tahun.

Jauh di dalam mimpinya, terlihat sirip ekornya mengepak cepat di kedalaman laut yang tidak pernah di jangkau manusia, Ekor indahnya mendayung kepermukaan menuju sebuah perahu yang mengambang mengikuti deburan ombak yang kian lama kian menggila.

Seorang gadis berdiri di ujung kapal, menunggu kekasihnya datang kepermukaan, dengan wajah gelisah gadis itu menatap ke sekitar sampai matanya menemukan seseorang yang dia tunggu.

"Aster.." ucap gadis itu memanggil nama kekasihnya.

Aster berenang mendekat kearah kekasihnya, dia menggapai pinggiran perahu untuk menggapai wajah gadis itu.

"...kenapa kau kemari Sheria? Ini terlalu berbahaya untukmu..." Ucap Aster yang kini menatap kekasihnya khawatir.

Sheria memeluk Aster erat,dia menempelkan dahinya pada dahi Aster, air matanya mengalir keluar saat dia menatap mata kekasihnya.

"..kau harus pergi sekarang Aster, mereka....mereka...mengincarmu..." Gadis itu terisak.

"Apa maksudmu? Siapa yang mengincar ku?" Aster menangkap wajah Sheria yang di basahi air mata.

"Para nelayan itu....mereka...mereka mengincar mu..." Sheria terus menangis membuat hati Aster teriris melihat itu.

"Susst tenanglah...mereka tidak akan bisa menangkapku...,aku berjanji" bisik Aster menenangkan kekasihnya.

Sheria menggeleng, dia harus membuat Aster menjauh dari lautan ini dimalam ini juga, dia takut para nelayan itu akan menangkap Aster yang merupakan seorang Siren.

"Tidak...tidak..mereka membawa sesuatu Aster...percayalah...kau harus pergi..." tangis Sheria pecah membuat Aster memeluk gadis itu erat.

Ombak laut yang semula bergejolak tiba-tiba menjadi tenang, seolah memperingati akan adanya bahaya, mata Aster melihat kearah kabut yang menyelimuti laut pada malam itu, sebuah cahaya api muncul, di ikuti dengan api lain yang mulai melaju ke arah mereka.

Tiba-tiba sebuah anak panah meluncur ke arah mereka dan menancap di perahu kayu yang di pakai Sheria, anak panah itu melaju di ikuti oleh anak panah lain yang berterbangan ke arah mereka, tangan Aster dengan cepat menarik Sheria kedalam laut saat sebuah anak panah hampir menyentuh tubuh gadis itu.

Aster berenang cepat menarik kekasihnya, para pelayan yang melihat mangsa mereka mulai pergi menjauh, dengan segera mulai menyiapkan peledak dan melemparkannya ke arah Aster yang berenang.

Bummm

Ledakan itu berhasil memisahkan Aster dengan Sheria yang kini mulai ke habisan nafas, Aster yang terpisah dengan kekasihnya kini mulai berenang menerjang anak panah untuk menyelamatkan Sheria yang mulai tenggelam.

Ekornya indahnya bersinar di tengah gelapnya air laut dan hujaman anak panah, kibasan demi kibasan ia lakukan untuk menggapai tubuh Sheria yang tenggelam.

"TANGKAP MAHLUK ITU!!!" teriakan seorang nelayan sudah tidak dipedulikan oleh Aster.

Tangannya mengukur menangkap sang kekasih, dia mencium lembut bibir gadis itu sebelum menciptakan gelembung udara yang menyelimuti tubuh Sheria.

Gelembung itu memungkinkan Sheria untuk bernafas di dalam air, mata tajamnya melihat ke permukaan, sisiknya mulai bersinar seiring dengan deburan ombak yang kini mulai menggila karena amarahnya.

Aster mulai berenang mengitari perahu para nelayan dengan kecepatan tinggi, membuat sebuah pusaran air yang kini mulai menenggelamkan perahu mereka. tangannya menggenggam sebuah trisula, kemudian mengangkatnya keatas langit untuk menunjukan siapa penguasa laut saat itu.

Suara petir bergemuruh di langit, deburan ombak mulai mengombang-ngambingkan para nelayan yang jatuh ke air, satu persatu nelayan itu mati saat petir menyambar mereka.

Ombak menghanyutkan mereka, membersihkan mayat yang mengapung bersamaan sisa-sisa pertempuran mereka.

Ekornya yang indah kini membimbingnya kearah sang kekasih yang masih tak sadarkan diri di sebuah gelembung udara yang ia ciptakan, dengan hati-hati dia membawanya berenang kepermukaan, sebelum sebuah tombak yang di lapisi sihir melaju kencang menusuk sepasang kekasih yang bahkan belum mencapai permukaan air.

Tiba-tiba semua gelap, hanya suara rintihan yang bisa dia dengar, sebuah rintihan sang kekasihnya yang kini berubah menjadi sebuah panggilan dengan nada dipenuhi khawatirkan.

"Aster..."

"As..er.."

"...vier!"

"Xa..vier!"

"XAVIER!!" Suara gadis berambut merah Chery menariknya keluar dari mimpi buruk yang ia alami.

Laki-laki yang namanya di panggil itu terlihat terengah-engah saat tersadar dari mimpinya, tangannya terlihat menggenggam tangan Erika dengan erat.

"Apa kau baik-baik saja?" Suara lembut Erika membuat laki-laki itu menghela nafas lega.

"..ya...tentu.." jawab Xavier yang mengubah posisinya menjadi duduk.

Dia memandang gadis di depannya, menatapnya dengan tatapan yang tak bisa di artikan, tanpa sadar genggaman tangannya mengerat seolah-olah tidak akan melepaskan gadis itu pergi.

"Hey...kau benar-benar tidak apa-apa kan?" Ucap Erika yang terlihat penuh kekhawatiran.

"Maaf...aku hanya... sedikit bermimpi buruk. Tadi..." Xavier menyunggingkan senyumnya untuk mengurangi ketegangan.

Mendengar itu Erika mengaguk mengerti, matanya menatap tangannya yang masih di genggam oleh Xavier.

Xavier menyadari arah tatap Erika, dengan cepat melepaskan tangan gadis itu, dia berdahem pelan untuk mengurangi kegugupannya.

"Memang apa yang kau mimpikan sampai seperti itu?" Erika kini duduk di samping Xavier

Mata Xavier kini menatap ke arah danau yang tenang, laki-laki itu terlihat berfikir sejenak sebelum kembali bersuara.

"Hanya...sebuah masalalu yang kelam" jawab Xavier seadanya.

"Masalalu?" Ulang Erika dengan nada bertanya.

"Ya...itu hanya sebuah peristiwa buruk yang membuatku kadang sedikit....tidak bisa tidur nyenyak" balas Xavier yang hanya di anggukki oleh Erika.

"Em...aku tidak sengaja mendengar mu menyebut nama Sheria, apakah itu kenangan burukmu?" Dengan hati-hati Erika bertanya pada laki-laki itu

Mendengar Erika menyebut nama itu membuat Xavier sedikit kaget, dia menghela nafas sebelum tersenyum hangat pada Erika.

"...Tidak, dia kenangan terbaikku" jawab Xavier lembut.

"Siapa dia?" Jiwa penasaran milik Erika memaksa gadis itu untuk bertanya.

Mata Xavier mengamati wajah cantik Erika sebelum dengan lembut menjawab pertanyaan gadis itu.

"Kau..."