NovelToon NovelToon
JANGAN KE SANA!

JANGAN KE SANA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Kutukan / Tumbal
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: DENI TINT

DILARANG KERAS PLAGIARISME!

Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 31 - PENCARIAN SEKAR WANGI

Aruni, Bella, dan Caca, sarapan bersama pagi ini. Dengan menu yang sederhana seperti biasanya, namun dengan suasana yang berbeda. Jika sebelumnya mereka sarapan dengan penuh obrolan dan canda tawa, kali ini mereka sarapan dengan diam satu sama lain.

Aruni dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan, Caca dengan pikirannya yang tak bisa diterima, sedangkan Bella dengan sikap cueknya. Seolah apa yang telah diceritakan oleh Caca benar-benar menjadi tirai yang menutupi interaksi riang ketiga sahabat itu.

Caca sesekali melirik dan melihat Aruni, lalu kembali fokus pada sarapannya. Setiap suapan yang masuk ke dalam mulutnya seperti tak terasa nikmat. Dirinya kembali teringat dengan kejadian saat sebelum berangkat ke desa ini.

Kejadian malam itu yang terlintas jelas dalam ingatannya. Caca melihat Aruni di luar jendela kamarnya malam itu, hanya sepersekian detik dalam kilatan cahaya petir, Aruni bersimbah darah. Hingga dirinya berusaha sekuat mungkin untuk menepis bahwa yang dilihatnya malam itu hanyalah ilusi dan bayangan semata. Dan tadi menjelang pagi, dirinya kembali melihat secara jelas, terasa sangat nyata, Aruni tergeletak di bawah pohon beringin dengan bersimbah darah.

Apakah itu semua hanyalah halusinasi? Apakah dirinya sedang tak sehat? Apakah semua itu sebuah pertanda akan sesuatu yang terjadi di waktu yang akan datang? Ataukah semua penglihatan Caca terhadap Aruni ada hubungannya dengan Anjani?

Semua pikiran itu terus berputar dalam kepala Caca.

"Caca?" panggilan Aruni menyadarkan dirinya dari pikirannya sendiri. Ia melihat ke arah Aruni yang telah selesai sarapan.

"Jangan dipikirin kejadian itu ya Ca, nanti lo malah jadi gak enak sendiri. Udah makan dulu aja..." ucapan Aruni begitu lembut. Caca hanya tersenyum sedikit tertahan, sambil menganggukkan kepalanya pelan. Dan ia pun kembali menyantap sarapannya.

Suasana canggung dan tak nyaman di antara Aruni, Bella, dan Caca, terpecah ketika ada seorang lelaki paruh baya datang.

"Permisi... Mbak? Permisi..."

Bella yang sudah selesai lebih dulu sarapannya, beranjak dari kursi meja makan lalu menuju ke teras rumah. Dan dirinya mendapati Pak Parman, kepala adat desa datang pagi ini.

"Eh, iya Pak. Ada apa?" tanya Bella dengan sopan.

"Maaf Mbak Bella, saya sudah ganggu pagi-pagi begini..." ucapnya.

"Ah, gak apa-apa kok Pak Parman, ada apa ya? Tumben datang ke sini?" tanya Bella.

"Maaf Mbak, saya mau tanya, apakah Sekar datang main ke sini?" ucap Pak Parman.

"Sekar? Sekar Wangi maksud Bapak?" Bella mencoba memastikan. Dan segera di-iyakan oleh Pak Parman.

"Gak Pak, belum ada anak-anak yang datang buat main ke sini." jawab Bella.

Caca menyusul ke luar rumah, menyambut Pak Parman yang datang. Sedangkan Aruni sedang mencuci piring di dapur.

"Eh, Pak Parman... Tumben datang pagi-pagi banget Pak? Ada apa ya?" tanya Caca.

"Pak Parman lagi nyari si Sekar nih Ca." jelas Bella.

"Sekar? Emang dia kemana Pak? Dari tadi belum ada anak-anak yang main ke sini Pak." jelas Caca yang menambah keyakinan Pak Parman, bahwa memang benar Sekar tak datang ke rumah ini.

"Anu Mbak Bella... Mbak Caca... Emm, Sekar hilang!" ucap Pak Parman mencoba memberikan kabar yang tidak mengenakkan.

"Hah? Apa Pak? Sekar... hilang?" tanya Bella kemudian dengan terkejut.

"Iya Mbak, Sekar hilang! Dia gak ada di rumahnya. Saya datang ke sini, karena biasanya Sekar main sama anak-anak lain di sini." jelas Pak Parman.

"Ya ampun, dari kapan Pak hilangnya? Kemarin dia masih ada loh, main juga sama Aruni di sini dengan anak-anak lainnya." ucap Caca.

"Iya Pak, kok bisa hilang? Apa mungkin Sekar main sama anak-anak lain kali pagi ini?" tanya Bella lagi.

"Saya sudah bantu cari di desa Mbak, dan anak-anak lain juga gak ada yang lihat Sekar pagi ini. Beberapa warga juga lagi bantu cari sekarang." jawab Pak Parman.

Sedetik kemudian, Aruni keluar dari dalam rumah. "Ada apa ya?" tanyanya dengan ekspresi datar.

Pak Parman pun menjelaskan maksud kedatangannya, yaitu untuk mencari Sekar, anak yang mulai akrab dengan Aruni saat bermain. Selama Bella dan Pak Parman menjelaskan kepada Aruni, Caca memperhatikan ekspresi Aruni, kembali dirinya merasa aneh dengan sikap Aruni. Tak tampak rasa kaget, rasa heran, atau bahkan apapun dari wajahnya.

Biasanya Aruni adalah orang yang paling bisa berempati dengan kejadian yang dialami oleh orang lain. Paling bisa menunjukkan rasa peduli dan khawatir. Namun kali ini Caca tak melihat itu dari diri Aruni. Apalagi Pak Parman membawa berita yang harusnya cukup mengejutkan, yaitu hilangnya Sekar.

"Ya sudah Mbak Aruni, saya pamit, mau bantu cari Sekar bareng beberapa warga desa yang lain ya Mbak. Maaf saya sudah mengganggu Mbak-mbak ini." Pak Parman berpamitan kepada mereka bertiga, lalu beranjak ke luar pagar halaman, bertemu dengan dua orang warga lain yang ikut membantu mencari Sekar.

Aruni hendak beranjak masuk ke dalam rumah. Lalu Caca menahan tangannya.

"Aruni, kita bertiga bantu cari Sekar yuk..." ajak Caca.

"Iya yuk, kita bantu cari anak itu, kasian... Gue mau ambil jaket dulu ya..." Bella segera merespon, dan segera bergegas ke dalam kamar untuk mengambil jaketnya dan jaket Caca.

"Iya... Kita cari Sekar yuk..." Aruni menjawab Caca dengan ekspresi wajah yang kembali berbeda. Wajah yang tak biasanya dia lihat dari Aruni.

Aruni beranjak perlahan meninggalkan Caca di teras, dengan terlihat jelas ada senyuman tipis di ujung bibir Aruni kepada Caca. Dengan kedua bola mata yang menatap tajam ke arah Caca. Seketika itu juga pundak Caca merinding halus.

Caca kembali berdiri mematung di depan pintu rumah, menatap Aruni yang beranjak naik tangga menuju lantai dua, mungkin hendak mengambil pula jaket miliknya.

"Kenapa... Aruni bertingkah aneh ya?" gumam Caca dalam hatinya sambil terus memperhatikan langkah Aruni menaiki tangga.

"Apa Bella gak bisa rasain ada yang aneh dari Aruni?" tanyanya dalam hati kemudian.

Caca kemudian memalingkan wajahnya ke arah jalan desa yang mulai agak ramai dengan beberapa warga. Meneriaki nama Sekar, berharap mereka segera menemukan anak gadis kecil itu.

"Sekaaar? Sekaaar?" teriak beberapa warga sambil menelusuri jalanan desa.

Tak lama kemudian, Bella dan Aruni keluar rumah dengan membawakan jaket milik Caca. Bella mengunci pintu depan, sedangkan Aruni tak sepatah kata pun melangkah duluan meninggalkan Bella dan Caca di teras. Sejenak setelah Bella mengunci pintu, dan ingin segera menyusul langkah Aruni, Caca menarik tangannya.

"Bell, lo, gak ngerasain sesuatu kah?" tanya Caca dengan heran.

"Rasain apa?" tanya Bella.

"Kayaknya... ada yang aneh deh sama Aruni..." jelas Caca.

Bella menarik nafas dan menghembuskannya cepat, "Hufffttt... Caaa... Please deh, jangan aneh-aneh lagi napa sih?! Udah ah, ayo buruan!" tegas Bella.

1
Marta Quispe
Suka banget!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih Kak... Dukung terus ya... ☺️☺️☺️
total 1 replies
Gusti Raihan
Ditunggu kelanjutannya!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih sudah kasih komentar ya Kak... Oh iya, BAB 3 sudah rilis Kak... Selamat membaca ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!