NovelToon NovelToon
Istrimu Aku, Bukan Adik Iparmu

Istrimu Aku, Bukan Adik Iparmu

Status: tamat
Genre:CEO / Selingkuh / Keluarga / Angst / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Tamat
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Caca Lavender

Yujin hanya ingin keluarga utuh dengan suami yang tidak selingkuh dengan iparnya sendiri.

Jisung hanya ingin mempertahankan putrinya dan melepas istri yang tega berkhianat dengan kakak kandungnya sendiri.

Yumin hanya ingin melindungi mama dan adiknya dari luka yang ditorehkan oleh sang papa dan tante.

Yewon hanya ingin menjalani kehidupan kecil tanpa harus dibayangi pengkhianatan mamanya dengan sang paman.
______

Ketika keluarga besar Kim dihancurkan oleh nafsu semata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca Lavender, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Ada Kesempatan

Suara ketukan pelan di pintu kaca mengalihkan perhatian Jisung dari layar komputernya. Ia menoleh, mendapati Hana berdiri di ambang pintu ruangan pribadinya. Rambutnya digerai rapi, wajahnya lelah, tapi masih dengan senyum yang dipaksakan. Hana tadi sudah menghubungi Jisung untuk membuat janji temu.

"Boleh aku masuk?” tanya Hana lirih, sedikit canggung.

Jisung mengangguk, “duduklah."

Ruangan kantor Jisung dingin, terang, dan rapi. Tumpukan berkas tertata rapi dengan rak buku penuh dengan literatur hukum dan jurnal pengadilan. Hana duduk di sofa tamu berlapis kulit. Tangannya terus menggenggam erat tas kecil di pangkuannya.

"Aku tidak akan lama. Hanya ingin bicara sedikit," cicit Hana dengan suara nyaris tidak terdengar.

Jisung duduk tenang di sofa yang berhadapan dengan Hana, “silakan.”

Hana menjilat bibirnya untuk membasahi bibir yang mendadak kering, sebelum membuka mulut, “aku ingin kamu mengizinkan aku untuk menemui Yewon. Aku mohon Jisung, jangan batasi hakku untuk mengunjungi putriku sendiri.”

Jisung menatap Hana lama, lalu menghela napas, “sebenarnya bukan keinginanku untuk membatasi hakmu, Hana. Aku juga paham kalau kamu masih punya hak untuk menemui anak kita, tidak peduli apa yang sudah kamu lakukan. Tapi ini demi Yewon, dia sendiri yang tidak mau menemuimu. Dia … Wonnie takut denganmu.”

Air mata Hana menetes mendengarnya. Tidak pernah ia sangka akan sampai di titik bahwa anaknya sendiri akan takut kepadanya.

“Aku tahu kamu sudah mulai mengurus surat cerai,” Hana menarik napas dalam, “Tapi … apa kamu bisa mempertimbangkannya lagi? Tolong beri aku kesempatan, Jisung.”

Jisung tidak langsung menjawab. Ia menatap Hana lama. Tatapannya tidak marah, justru sangat datar. Sikap khas Jisung yang membuat pria itu sulit ditebak.

"Aku masih mamanya Wonnie, ibu dari anakmu," lanjut Hana, “aku tidak ingin kita menyelesaikan masalah dengan cara seperti ini. Demi Wonnie, Jisung. Aku mohon."

Jisung menatap mata Hana dengan lekat, “kalau kamu harus memilih sekarang antara aku atau kakakku, siapa yang kamu pilih?”

Hana terdiam. Dadanya naik turun dengan cepat, lalu ia menunduk. Cintanya pada Jihoon tidak kalah besar dari cintanya pada Jisung. Ironisnya, mungkin lebih besar daripada cintanya untuk suaminya sendiri.

Jisung bersandar ke sandaran kursi. Suaranya pelan namun tegas, “diammu sudah menjawab semuanya.”

Hana menggigit bibir, “Jisung, aku mohon...”

"Tidak bisakah kamu sekali saja memikirkan posisiku, Hana?” suara Jisung terdengar menyakitkan, “sekali saja, pikirkan tentang perasaanku. Kamu pikir bagaimana rasanya mempertahankan hubungan dengan seseorang yang kita tahu kalau cintanya bukan untuk kita?”

Hana menatap Jisung, matanya memerah, “aku minta maaf, Jisung.”

Jisung memejamkan mata untuk menahan air mata yang hendak jatuh, “aku memaafkanmu, Hana. Tapi kita memang harus berakhir di sini.”

Hana semakin menangis. Tapi ia tahu, tidak ada gunanya lagi memohon. Maaf Jisung hanya sebatas di bibir. Suaminya itu tidak akan memberinya kesempatan lagi.

"Aku akan tetap membantumu untuk mendapatkan izin mengunjungi Yewon dari Yewon sendiri, sebelum mendapatkan izin berkunjung yang tertulis dari hukum. Tapi sebagai suami, aku sudah selesai. Kita akan segera bercerai.”

...----------------...

Jam makan siang sudah tiba. Jisung merasa sangat lelah, energinya terkuras setelah bertemu dengan Hana. Dan ia butuh mengisi kembali energinya. Entah bagaimana, kini ia sudah berada di depan gedung RHEA Corp. Gedung itu tampak megah seperti biasa. Ia langsung masuk dan menuju ke ruangan Yujin setelah memberi kabar. Jisung dan Yujin kini duduk bersebelahan di sofa tamu di ruangan Yujin. Dua kotak bekal terbuka di atas meja, berisi nasi, ayam panggang, dan kimchi buatan rumah.

"Dagingnya empuk. Kamu masak sendiri?" tanya Jisung sambil mengunyah pelan.

Yujin tertawa kecil, “dibantu Sumin. Dia yang meracik bumbu.”

Jisung mengangkat alis, “Wah, dia berbakat juga ternyata.”

Mereka duduk berhadapan sambil memakan bekal masing-masing. Tawa mereka sesekali pecah di antara gumaman pelan tentang pekerjaan dan cerita anak-anak. Yujin tampak lebih santai hari ini. Rambutnya masih digelung rapi seperti tadi, ditambah dengan make-up tipis. Sorot matanya tampak hidup.

Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka membuat mereka tersentak.

Jihoon berdiri di ambang pintu.

Wajahnya kaku dan matanya menajam saat melihat Jisung makan siang berdua dengan Yujin. Suasana langsung berubah.

“Masuk ruangan orang lain tanpa mengetuk. Dimana sopan santunmu, Kim Jihoon?” Yujin berdiri dan berbicara dengan suara tegas dan tajam.

Jihoon tertawa remeh, “kenapa? Kamu malu karena kepergok berduaan dengan pria lain oleh suamimu sendiri?”

“Lihat siapa yang bicara,” sindir Yujin sambil berdecih.

Rahang Jihoon mengeras. Ia mengambil langkah lebar mendekati Yujin. Jisung refleks berdiri di depan Yujin untuk melindunginya.

Jihoon melirik Jisung, lalu tersenyum miring, “kalian memandang aku dan Hana hina. Tapi kalian sendiri juga bermain api di belakang kami.”

“Jangan samakan kami dengan perbuatan kotor kalian,” geram Jisung dengan suara rendah.

Jihoon hendak melawan ucapan Jisung, tapi Yujin sudah lebih dulu menarik lengan Jisung untuk kembali duduk di sofa.

“Sudahlah, tidak ada gunanya juga menjelaskan apapun padamu,” ucap Yujin pada Jihoon, “jika kamu tidak memiliki urusan di sini, lebih baik keluar dari ruanganku. Aku dan Jisung tidak ingin menyia-nyiakan bekal yang sudah disiapkan oleh Sumin.”

“Sumin?” wajah angkuh Jihoon luntur seketika, “Sumin menyiapkan bekal untuk kalian?”

Giliran Yujin yang memasang senyum kemenangan, “tentu saja. Putriku sangat perhatian sampai menyiapkan bekal untuk mama dan pamannya.”

Api cemburu langsung memenuhi dada Jihoon, “jangan berbohong. Sumin tidak pernah menyiapkan bekal untuk siapapun, bahkan untuk dirinya sendiri.”

Yujin mengedikkan bahu, “aku juga sempat terkejut tadi. Mungkin Sumin sudah mulai terbuka sekarang dan ingin menunjukkan cintanya pada orang-orang yang berharga untuknya.”

Jisung yang sedari tadi makan tanpa peduli, menutup kotak bekalnya perlahan, “kami sedang istirahat makan siang. Kalau kamu ada urusan pekerjaan, sampaikan saja.”

Jihoon kesal dengan sang adik yang bersikap seolah memiliki kendali atas Yujin dan urusan mereka, tapi ia menahan diri untuk tidak bicara dengan Jisung.

Jihoon menatap Yujin lama, sebelum akhirnya menyindir, “kamu benar-benar tidak bisa hidup tanpa lelaki, ya?”

Yujin mendengus kesal, “lalu apa yang kamu harapkan dariku? Memohon padamu untuk kembali? Terus berduka karena penderitaan yang kamu sebabkan?”

“Setidaknya jangan buat aku terlihat seperti suami gagal di depan semua orang,” desis Jihoon.

Yujin berdecak kesal, “reputasimu adalah tanggung jawabmu sendiri. Kamu yang memutuskan untuk meninggalkan keluarga kita. Jadi sekarang, tanggung sendiri akibatnya. Jangan salahkan aku. Dan jangan berpikir aku di sini hanya bertujuan untuk mempermalukanmu. Tidak, Kim Jihoon. Aku di sini untuk bertanggung jawab atas urusan pekerjaan dan perusahaanku.”

Jihoon menahan napas. Wajahnya memerah. Ia pergi begitu saja tanpa bicara lagi. Pintu ditutup dengan kasar. Jisung dan Yujin saling berpandangan.

“Maaf,” ucap Yujin akhirnya.

Jisung menggeleng, “kamu tidak salah apa-apa.”

“Padahal kamu ke sini untuk menyegarkan pikiran, tapi malah harus menghadapi si brengsek itu,” gumam Yujin dengan wajah cemberut.

Jisung tertawa pelan, lalu mencubit pipi gembil Yujin, “pikiranku sudah segar sekarang.”

...🥀🥀🥀🥀🥀...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!