Akibat menentang restu, Kamila harus menanggung derita yang dilakukan oleh orang-orang suruhan Hendro yang merupakan Ayah dari Bayu kekasihnya.
Tidak main-main dengan ancamannya, Hendro tega menyuruh sejumlah orang menoda! gadis yang baru berusia 18th itu. Dan sialnya lagi, karena peristiwa itu, Kamila hamil dan tidak tau benih siapa yang ada dirahimnya.
Lalu bagaimana nasib Kamila selanjutnya dan bagaimana sikap Bayu saat mengetahui Kamila hamil anak orang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ditemukan Warga
Begitu sampai di ujung gang, pria ke-lima melihat teman-temannya yang masih berada disana, dengan nafas terengah, pria ke-lima memperlambat langkahnya dan mendekati mereka yang tengah menikmati hembusan asap ro-kok yang baru saja mereka hi-s4p.
"Ngapain aja loe, lama banget, nambah lagi?" tanya salah satu dari mereka yang kemudian diikuti tawa oleh anggota lainnya.
"Hahaha... tadi sok-sok'an gak mau, ujungnya malah nambah lagi." timpal yang lainnya.
"Tutup mulut kalian!" tegas pria ke-lima dengan nada emosional.
"Apa kalian tau, sekarang gadis itu sudah sadar?" imbuh pria ke-lima. Hal itu membuat salah satu dari mereka, yang lebih tepatnya ketua Genk terkejut dan langsung membuang putung ro-kok yang tengah ia nikmati.
"Apa loe bilang?" tanya ketua Genk sambil menarik T-sirt yang pria ke-lima kenakan.
"Ya, sebelum gue pergi, gadis itu sadar dan meminta tolong,"
Mendengar jawaban pria ke-lima, Ketua Genk semakin marah hingga kedua rahangnya mengeras sempurna, seakan ingin menghajar pria ke-lima. Namun belum sempat Ketua Genk menghajarnya, Dia dikagetkan oleh dering telponnya.
Ketua Genk melepaskan cengkraman tangannya seraya mendorong tubuh pria ke-lima menjauh dari hadapannya lalu mengambil ponsel di dalam sakunya.
"Bos..." lirih Ketua Genk, membaca nama Bos dilayar ponselnya.
"E-hallo Bos...." dengan sedikit terbata, Ketua Genk mengangkat panggilan telepon.
"Bagaimana pekerjaan kalian?" tanya seorang pria yang dipanggil Bos dari ujung telpon.
"E-beres Bos, sesuai perintah." saut Ketua Genk sambil melirik teman-temannya. Dalam hatinya sedikit timbul keraguan karena ucapan pria ke-lima yang mengatakan Kamila sudah sadarkan diri.
"Segera kirim buktinya, jika terbukti kalian sudah melakukan pekerjaan kalian dengan baik, saya akan berikan sisa pembayarannya."
"Siap Boss..." saut ketua Genk, mengakhiri panggilan telepon lalu mengirim foto Kamila yang sudah disiapkan sebagai bukti pekerjaan mereka telah selesai.
Setelah itu, Ketua Genk meminta anggota lainnya untuk segera pulang ke rumah masing-masing karena khawatir Kamila benar-benar sadar dan mendapat pertolongan dari seseorang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi harinya.
Perlahan-lahan Kamila mulai membuka mata, pandangannya kabur karena pelipis matanya yang membengkak akibat siksaan orang-orang biadab yang tanpa berkeperimanusiaan itu.
Seluruh badan yang juga terasa sakit dan sulit di gerakan membuat Kamila hanya bisa meneteskan air mata mengingat kejadian naas yang menimpanya.
"Kenapa ini terjadi kepada ku? hiks... hiks..." tangis Kamila dalam hati. Wajahnya masih dibiarkan menempel di lantai yang penuh debu, kini debu itu telah bercampur dengan darah dan air mata yang mulai mengering. Sementara Badan yang penuh luka tertutup jaket yang hanya sedikit menutupi tubuhnya, membuat Kamila tak ingin bangkit dari keadaannya saat ini. Andai Kamila bisa memilih, Ia lebih memilih orang-orang itu sekalian mencabut nyawanya daripada harus merasakan penderitaan yang akan dialaminya setelah peristiwa memilukan ini. Tapi sayangnya orang-orang itu hanya mengambil kesucian dan menyiksanya dengan brutal lalu meninggalkan nya tanpa belas kasihan.
Sesaat kemudian, dari luar terdengar suara beberapa orang melewati rumah kosong itu, seakan menjadi secercah harapan untuk Kamila. Kamila yang sebelumnya merasa sudah putus asa, perlahan mengangkat sedikit demi sedikit kepalanya untuk meminta pertolongan mereka, tapi sayang suaranya tertahan ditenggorokan serta tubuhnya yang tak berdaya membuat Kamila kembali menjatuhkan kepalanya ke tanah dan menutup mata tak sadarkan diri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sisi lain, Ningsih ibu Kamila mulai merasa cemas karena sejak malam putrinya tidak pulang. Tidak seperti biasanya Kamila yang selalu memberitahu ibunya jika ingin lembur maupun pulang terlambat, tapi kali ini Kamila sama sekali tidak memberi kabar apapun kepada ibu maupun kakaknya. Hal itu membuat Ningsih yang hanya seorang petani biasa dan buta teknologi hanya bisa mencoba menghubungi melalui panggilan telpon biasa. Akan tetapi sejak semalam, Kamila tidak mengangkat ponselnya sehingga semalaman Ningsih tidak dapat tidur memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Kamila.
"Bayu... aku akan kembali mencoba menghubungi Bayu, barangkali sekarang Bayu mengangkat telpon ku." ujar Ningsih yang dari semalam berusaha menghubungi Bayu untuk mempertanyakan perihal keberadaan putrinya. Tapi sayangnya sejak semalam juga Bayu tidak bisa dihubungi sehingga Ningsih tidak tahu harus bertanya pada siapa lagi.
"Tuttt... Tuuutttt..." berkali-kali Ningsih kembali mencoba menelpon Bayu, tapi Bayu masih belum juga mengangkat panggilan telepon darinya. padahal selama ini Ningsih mempercayai Bayu untuk menjalin hubungan dengan putrinya karena melihat sikapnya yang santun dan selalu mengantar Kamila pulang tepat waktu.
"Ada apa Bu?" tanya Kalila kakak Kamila.
"Kalila, sampai sekarang, adikmu belum juga pulang, ibu khawatir terjadi sesuatu pada adikmu."
"Sebentar aku coba telpon lagi teman pabriknya, siapa tau kali ini mereka sudah dapat kabar dari Kamila." saut Kalila yang juga dari semalam sudah mencoba menghubungi beberapa teman Kamila yang ia kenal.
Ningsih menganggukkan ucapan Kalila untuk menelpon teman-teman Kamila di pabrik, tapi sayangnya beberapa teman Kamila yang dihubungi, lagi-lagi tak ada satupun yang mengetahui kemana perginya Kamila, mereka hanya tau saat malam itu Kamila keluar dari pabrik setelah menyelesaikan jam lemburnya seperti biasanya.
"Lalu bagaimana ini Kalila, ibu tidak bisa diam saja, apa kita lapor polisi saja?"
"Apa sebaiknya kita lapor Pak RT dulu aja Bu, biar disiarkan ke Warga supaya turut mencari Kamila, Nanti kalau gak ketemu juga, baru kita lapor Polisi."
Mendengar saran anak pertamanya, Ningsih mengangguk setuju dan bergegas membuat laporan pada ketua RT setempat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Menjelang sore, Seorang pria paruh baya yang tengah mencari rerumputan di sekitar area rumah kosong sayup-sayup mendengar rintihan seorang wanita dari dalam, hal itupun membuat pria paruh baya itu merinding takut karena mengira suara berasal dari mahluk halus penunggu rumah kosong itu. Semakin lama suara itu semakin sering sehingga membuat pria paruh baya itu, segera memasukkan rumput yang sudah ia kumpulkan kedalam karung lalu bergegas lari meninggalkan lokasi.
Tapi baru separuh jalan, nalurinya seakan memanggilnya kembali untuk melihat dan memastikan suara siapakah yang ada didalam rumah kosong itu.
Dengan mengumpulkan keberanian sambil membawa sabit yang sebelumnya ia gunakan untuk memotong rumput, Pria paruh baya itu kembali ke rumah kosong. Baru saja ia membuka pintu, pria paruh baya itu kembali tersentak saat pintunya menimbulkan suara. Rasa takut yang kembali menyelimuti hatinya membuat pria paruh baya itu kembali ragu untuk masuk, tapi setelah kembali mendengar suara rintihan itu berubah menjadi tangisan pria paruh baya itu kembali melangkahkan kakinya masuk kedalam.
Semakin lama tangisan itu terdengar semakin nyata seiring langkahnya yang memasuki rumah kosong itu. Dan alangkah terkejutnya Pria itu saat melihat ada seseorang didalamnya dengan keadaan yang sangat memprihatikan.
"Astaghfirullah.... Nduk..." ucap Pria paruh baya itu mendekati Kamila yang masih meringkuk dengan tangisan lemahnya.
Melihat kondisi tubuh Kamila yang penuh luka dan hanya ditutupi jaket berwarna denim, pria paruh baya itu merasa bingung bagaimana ia harus menolongnya.
"Tunggu sebentar ya Nduk... nanti Bapak kembali lagi," ucap pria paruh baya itu yang kemudian memutuskan untuk keluar mencari pertolongan.
"Toloooong.... Toloooong...." cukup lama pria paruh baya itu berjalan kaki hingga menemukan rumah warga.
"Ada apa Pak?" tanya salah seorang pemuda yang melihat teriakan pria paruh baya itu.
"Tolong... ada seseorang di rumah kosong ujung jalan itu."
"Maksud Bapak?"
"Maksudnya di rumah kosong ujung jalan itu ada seorang wanita yang keadaannya sangat memperhatikan, mungkin ada orang jahat yang habis memm... sudah lihat sendiri saja kesana." Pria paruh baya itu tak sampai hati mengucapkan apa yang terbersit dalam pikirannya.
Mendengar penjelasan pria paruh baya itu, sang pemuda memanggil orang-orang disekitarnya yang terdiri dari remaja, bapak-bapak dan ibu-ibu untuk ikut melihat keadaan Kamila di rumah kosong yang pria paruh baya bicarakan. Memang rumah kosong itu cukup jauh dari pemukiman warga sehingga tak ada siapapun yang mendengar jeritan minta tolong Kamila saat kejadian.
"Astaghfirullah!" ucap salah seorang pemuda begitu melihat kondisi Kamila.
Bersambung...
biarkan saja,, suka suka Lo deh Defandra mau ngapain. Yg penting Kamila dan anaknya aman untuk saat ini.
lanjut mbak Noor
Harus nya DEFA lebih obyektif mengembangkan penyelidikan jangan hanya Kamila saja yang dia salah kan
supaya bisa mengarah ke bapak walikota zalim itu
ada kacang dibalik peyek 😊