Spinoff The Lost Emir
Nandara Blair, pembalap MotoGP dari tim Ducati, tanpa sengaja menabrak seorang gadis saat menghindari seekor kuda yang lari. Akibatnya, Wening Harmanto, putri duta besar Indonesia untuk Saudi Arabia yang sedang berlibur di Dubai, mengalami kebutaan. Nandara yang merasa bersalah, bersedia bertanggung jawab bahkan ikhlas menjadi mata bagi Wening. Bagaimana kisah antara Emir Blair dan seorang seniman tembikar yang harus kehilangan penglihatannya?
Generasi Ketujuh Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prove It That You'll Be Shine
"Bukan princess Wening, pak Harmanto tapi Emir Radhi Blair dan Emir Nandara Blair. Mereka yang meminta Pak Harmanto dan Bu Azizah untuk memutuskan hubungan," jawab Septian.
"Jadi ... Wening sudah berani meminta mertuanya seperti ini?" geram Duta Besar Harmanto.
"Bukan pak ...."
"Baik! Saya tanda tangan! Lagipula saya dan Azizah tidak suka dengan pilihannya menjadi seniman! Harusnya dia lahir anak laki-laki! Bukan perempuan lagi! Saya butuh anak laki-laki karena perempuan saya sudah ada Mischa!" ucap Duta Besar Harmanto membuat Septian hanya bisa mengelus dada.
Astaghfirullah.
"Wening tidak dapat warisan!" tegas Duta Besar Harmanto.
"Princess Wening tidak membutuhkan itu! Suaminya bisa membiayai semuanya," jawab Septian dingin. Memang seberapa sih warisan elu!
"Semua akan saya beri ke Mischa dan suaminya!"
"Silahkan pak. Princess Wening sudah ikhlas. Hanya satu pesan beliau. Jangan ganggu kehidupannya dan Emir Blair!" jawab Septian dengan nada terkendali meskipun dia ingin bejek-bejek pria di depannya.
"Princess? Bagaimana bisa Wening punya gelar?" cebik Duta Besar Harmanto.
"Apa anda lupa siapa besan anda? Menantu anda? Mereka Emir Dubai dan nona Wening mendapatkan gelar princess." Septian mengambil map yang tadi dia berikan ke Harmanto. "Oke, sudah semua. Terima kasih pak Duta Besar."
"Bawa saja Wening! Sudah waktunya Mischa yang tampil! Dia cantik, pintar dan sarjana ekonomi dari Singapura! Dia punya jabatan di bank internasional! Tidak seperti anak tanah liat itu !"
Septian menggelengkan kepalanya. "Pak Harmanto, nona Wening juga tidak minta dilahirkan di tengah-tengah anda dan Bu Azizah. Tapi dia anak sah bapak! Dia bernasab! Tapi bapak memilih anak bapak yang tidak bernasab karena kesalahan anda sendiri! Hanya karena princess Wening bukan anak laki-laki? Picik sekali anda! Tapi jangan khawatir, nona Wening mendapatkan keluarga yang baru! Yang lebih menghargai siapa dirinya! Saya tekankan ya pak, sebagai pengacara keluarga Emir Blair, jika suatu hari anda mendapatkan masalah baik dengan anak kesayangan anda atau apapun, jangan cari nona Wening! Pintu silahturahmi anda dan ibu sudah tertutup! Terserah anda mau bilang nona Wening durhaka tapi anda lebih tega sama anak sendiri! Anda berdua tidak ada empati saat nona Wening membutuhkan anda, kedua orangtuanya! Memang Allah itu baik. Anda dan istri anda mengacuhkan nona Wening tapi Allah menggantikan keluarga yang sayang padanya melebihi anda sendiri! Ingat ya pak, jangan cari nona Wening jika anda mendapatkan masalah! Selamat siang!" Septian pun keluar dari ruangan pertemuan itu dengan wajah geram.
Orang tua cupet!
***
Dubai Tiga Hari Kemudian
"Mungkin kalau kamu ada disana Radhi, kamu pengen hajar sendiri!" omel Septian yang datang ke Dubai demi mengantarkan surat pelepasan hak dan serta pemutusan hubungan orang tua dan anak ke Radhi dan Nandara. Pengacara senior itu berada di ruang kerja Radhi. Damian dan Alaric pun ada di dalam. "Aku sendiri kalau tidak ingat encok, sudah aku hajar!"
Alaric tertawa. "Tian, ingat umur!"
"Itu dia!"
Damian menatap Radhi. "Aku setuju dengan keputusan kamu! Yang namanya orang tua, mau itu anak yang tidak kamu harapkan, tapi tetap anak kamu! Kita saja menerima Alaska dan Aspen saat tahu mereka adalah keturunan Opa Masayuki! Lha ini ... Anak kandung lho! Dalam kondisi tidak baik-baik saja! Untung Wening sama kita! Kalau sama orang yang jahat? Dia akan lebih nelangsa lagi karena tidak ada yang membela dia!"
Nandara hanya mengeraskan rahangnya. "Oom Tian, kasus yang Oom tangani sebelumnya ... Yang sama dengan kasus ini, endingnya?"
"Harta orang tuanya dihabiskan anak tak bernasab itu. Ortunya dibuang ke panti jompo. Sementara anak sahnya sudah pindah keluar Jawa dan tidak mau kembali. Dia terlalu sakit hati. Orang panti sampai mencarinya dan saat mendapatkan alamatnya, dia pun tidak mau mengurus orang tuanya sendiri."
"Astaghfirullah ... Luka batin dari kecil hingga remaja itu sangat membekas," ucap Damian.
"Ya semoga kakaknya Wening baik tapi kalau tidak ya ... Itu hukum tabur tuai." Radhi menatap semua orang di ruang kerjanya. "Kita lihat saja nanti."
***
Ruang Rawat Wening
"Kamu jadi ke Bahrain?" tanya Wening saat Nandara datang ke ruang rawat inapnya.
"Jadilah! Nanti kamu marah, bilang aku tidak profesional." Nandara duduk di pinggir tempat tidur Wening. "Apakah mata kamu baik-baik saja? Ada rasa tidak nyaman? Gatal?"
Wening menggeleng. "Alhamdulillah so far nggak sih Nanda."
Nandara meraih tangan Wening dan menggenggamnya. "Ning, ada kabar. Papamu sudah memutuskan hubungan dengan kamu. Sudah ada hitam diatas putih. Aku tahu ini berat buat kamu, tapi ... Aku ngeman kamu! Mereka tidak tahu betapa kamu sangat berharga, kamu itu berbakat dan asal kamu tahu, Oom Ale Moretti, suka dengan tembikar kamu. Oom Alessandro Moretti adalah pemilik butik Morr."
"Tunggu Nanda ... Bapak melepaskan aku?" Wening tampak terluka. "Tidak ada ... Perlawanan? Pembelaan atas aku?"
"Maaf Wening ...."
Wening hanya menghela nafas panjang dan Nandara tahu betapa hancurnya hati istrinya. Bahkan detik terakhir pun Duta Besar Harmanto tidak ada satu katapun membela Wening berdasarkan video yang diperlihatkan Septian. Seolah keluarga Harmanto lega Wening lepas dari mereka.
"Nanda ... Tega mereka! Tegaaaa!" Wening pun menangis dalam pelukan suaminya. Nandara memeluk erat Wening.
"Dengarkan aku, kamu tidak sendirian. Ingat ya Ning, kamu tidak sendirian! Kamu punya aku, punya mommy, punya Daddy, punya Nefa dan Vampir Tiga. Kamu punya keluarga aku! Kita yang akan membela kamu! Kita yang akan selalu ada bersama kamu!" ucap Nandara sambil menciumi pelipis Wening yang masih terbalut perban.
"Aku tidak mau bertemu mereka ...."
"Tidak akan!"
"Ya Allah, aku sedih sekali ... Aku sakit hati ...." Wening menangis lebih keras. "Aku sudah berusaha tegar tapi ...."
Nandara tetap memeluk erat Wening. Tanpa sadar, air mata Nandara menitik karena tahu bagaimana perasaan istrinya. Dia hanya minta kasih sayang yang tulus.
"Jangan tinggalkan aku Nanda ...."
"Kan aku sudah bilang, aku tidak pernah meninggalkan kamu kecuali bertapa cari wangsit!" jawab Nandara berusaha menghibur istrinya.
"Joke kamu garing," ucap Wening di sela-sela tangisnya.
"Dengar, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu. Bukankah aku sudah bersumpah saat mengucapkan Kabul? We're always be together for better and worse ( kita akan selalu bersama dalam suka dan duka ). Ingat Wening, stand up! Buktikan bahwa kamu bisa bersinar dari dalam diri kamu sendiri!" ucap Nandara.
Wening mengangguk. "I will!" ucapnya penuh dengan tekad.
***
Yuhuuuu up sore yaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
biarkan Wening bahagia dengan keluarga barunya..