NovelToon NovelToon
Kutu Buku Mendapatkan Sistem

Kutu Buku Mendapatkan Sistem

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Sistem
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: jenos

Kehidupan Jansen, seorang pemuda biasa, berubah secara drastis ketika ia secara tak terduga mendapatkan sesuatu yang misterius bernama "System". Sistem ini memberinya kekuatan untuk mengubah takdir hidupnya dan membawanya ke jalan kesuksesan dan kebahagiaan.

Dengan bantuan sistem ini, Jansen berusaha untuk meraih impian dan cinta sejatinya, sambil menghadapi berbagai rintangan yang menguji keteguhan hatinya.

Akankah Jansen mampu mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencapai kehidupan yang ia inginkan, ataukah ia akan terjebak dalam keputusasaan karena kekuatan baru yang ia miliki?

Jansen mendapatkan beberapa kemampuan dari sistem tersebut, seperti kemampuan bertarung, peningkatan kecepatan dan kekuatan, serta kemampuan untuk mempelajari teknik baru lebih cepat. Sistem tersebut juga memberikan Hansen akses ke pengetahuan yang luas tentang dunia, sejarah, dan berbagai aspek kehidupan, yang membantu Jansen dalam menghadapi berbagai tantangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 12

Siswa-siswi di kelas merasa gugup, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dengan dosen yang memiliki kepribadian ganda ini.

"Apa yang terjadi padamu, Lino?" Ardi bertanya dengan garang, wajahnya menegang saat dia menatap Li No yang meringis kesakitan, sambil memegang kakinya yang bengkak.

"Maaf Pak Ardi, kakiku terkilir," jawab Lino dengan suara serak, terlihat jelas rasa sakit yang mendera dirinya.

"Mengapa bisa terjatuh?" Dalam sekejap, sikap garang Ardi berubah menjadi lembut, dan saat ini matanya berkedip-kedip penuh perhatian menatap Li No yang kesakitan.

Li No bergidik melihat kelakuan Pak Ardi yang mendatanginya, merasa tidak nyaman dengan perubahan sikap mendadak itu.

"Dia pelakunya, dia menendang kakiku, Pak!" Lino menuding ke arah Hans yang duduk tidak jauh darinya dengan wajah datar.

Saat mendengar itu, Pak Ardi segera

Menatap Jansen. Tapi tidak ada kemarahan yang terpancar dari matanya, sebab dia tahu betul bagaimana sifat Jansen. Namun, Ardi memutuskan untuk menegur Jansen agar tidak mengulangi perbuatannya.

"Jansen, jangan ulangi lagi perbuatanmu itu. Kali ini aku tidak akan menghukummu, tapi ingat, jika kau mengulanginya, aku tak segan-segan memberimu hukuman yang pantas," ujar Ardi dengan suara tegas, mengingatkan Jansen agar lebih mengendalikan tindak tanduknya.

Jansen hanya mengangguk pasrah, menyadari kesalahannya dan berjanji dalam hati untuk tidak mengulanginya lagi. Sementara itu, Li No terus merasakan sakit yang menjalar di kakinya, berharap cepat-cepat sembuh agar ia bisa melanjutkan aktivitasnya seperti biasa.

Dony dan teman-temannya berkumpul di pojokan lapangan sekolah. Mereka memutuskan untuk tidak masuk kelas dan malah fokus merencanakan sesuatu. Wajah mereka tampak serius, dan satu per satu mulai

Menyampaikan ide mereka.

"Eh, kita bisa buat Jansen jatuh dari tangga sekolah," usul Raka sambil tersenyum licik.

"Bahkan kita telah melemparnya ke kereta Api yang tengah melaju, tapi dia masih hidup." tolak Angga yang merasa kurang setuju dengan ide tersebut.

Dony mengangguk-anggukkan kepala, mencoba mencari ide yang lebih baik.

"Bagaimana kalau kita hanya membuatnya malu di depan banyak orang? Kita bisa menyebarkan gosip yang menghina tentang dia," saran Dony.

Mereka tampak serius dan termotivasi untuk menghabisi Jansen, yang baru-baru ini menjadi musuh bersama mereka. Jansen, siswa yang paling tidak populer di sekolah.

"Oke, kita sepakat dengan ide Tuan Muda Dony. Kita akan menyebarkan gosip tentang Jansen dan membuatnya malu di depan banyak orang," putus Andika.

Lorenza melangkah anggun di koridor yang penuh sesak dengan orang-orang yang berlalu lalang. Semua mata seakan tertuju padanya, membuat seolah dunia berhenti sejenak untuk mengagumi kecantikan yang dimilikinya. Rasa risih mulai menyelimuti hati Lorenza saat menyadari pandangan tajam para lelaki yang menilai tubuhnya bak sepotong daging.

Dia mengerti apa yang sedang mereka pikirkan, seolah dia sedang berjalan tanpa busana di hadapan mereka. Menelan ludah, Lorenza berusaha menepis perasaan risih tersebut dan terus melanjutkan langkahnya.

Tak bisa dipungkiri, tubuh Lorenza memang mempesona. Rok pendek berwarna merah muda yang melingkar di pinggangnya, menutupi pahanya yang bulat dan kencang, membuat daya tarik yang sulit untuk diabaikan. Kaki jenjangnya yang terbentang panjang, menambah aura sensual yang tidak disengaja.

Walau begitu, Lorenza mencoba mengabaikan pandangan-pandangan yang

Membuatnya merasa tak nyaman. Dia berusaha mengalihkan pikirannya dari para lelaki yang seolah ingin menggigit tubuhnya dengan tatapan mereka.

Lorenza melangkah anggun memasuki ruang kelas, matanya mencari-cari sejenak sebelum ia bertanya dengan suara lembut yang menawan, "Apakah Jansen ada?" Seolah terpesona, seluruh murid di kelas saling berbisik, mereka merasa pendengaran mereka seperti direkayasa hari ini. Siapa sangka kutu buku itu akan didatangi oleh Peri Dingin yang begitu dikagumi? Tepat di saat itu, kelas telah selesai sehingga tak ada dosen di dalam ruangan.

Jansen yang mendengar suara Lorenza terkejut dan sontak mendongak. Dalam hati, dia seolah merasa terpojok, "Mengapa wanita ini datang kesini sih? Apa dia tidak tahu bahwa kehadirannya akan membawa malapetaka untukku?" Namun, tak sekalipun Jansen berani mengungkapkan isi hatinya. Ia hanya berani berkata dalam hati. Jansen kemudian bangkit dari kursinya, tak berkata sepatah kata pun, berjalan keluar dengan

Ekspresi datar. Lorenza dengan cepat mengikuti langkahnya.

"Hebat sekali, itu Lorenza!" Seru seorang mahasiswa, tercengang sambil mengambil ponselnya dan memotret dua orang tersebut. Tanpa buang waktu, ia langsung mengunggah foto mereka di Forum Universitas dengan hashtag "Kutu Buku VS Peri Dingin, apakah mereka bersama?" Kabar mengenai keduanya pun seketika menjadi perbincangan hangat di kalangan mahasiswa.

"Luar biasa, Lorenza, Peri Dingin akhirnya di luluh kan." Seru seseorang yang melihat tulisan di forum tersebut. Ia lalu membagikan berita itu dan dalam sekejap, hampir seluruh kampus mengetahuinya.

Jansen pulang, tak begitu mempedulikan berita hangat yang ramai dibicarakan di Forum Kampus. Namun, di dekat pintu gerbang, tiba-tiba Lino dan beberapa kawannya muncul, menghadangnya.

Dony dan rekannya yang tengah merencanakan mempermalukan Jansen melihatnya dari kejauhan. Mereka menepi, bersembunyi. "Kita tunggu dan biarkan saja si Lino itu memberi pelajaran pada Jansen itu!"

kata Dony penuh semangat, yang lain mengangguk.

Jansen menatap Lino yang berjalan tampak pincang. Suasana menjadi tegang dan penuh emosi. "Hei, kutu buku! Di kelas memang aku tidak bisa membalasmu. Tapi sekarang, kamu harus merasakan bagaimana rasanya kaki sakit itu!" ujar Lino dengan lantang dan penuh amarah.

Jansen, seolah takut dan gemetaran,

Memasang ekspresi wajah ketakutan yang begitu nyata. Padahal, itu hanyalah sandiwara belaka. Pasalnya, dengan kekuatan yang ia peroleh dari Sistem yang meningkatkan fisiknya, mengalahkan lima orang itu bukanlah perkara sulit baginya.

"Ayolah, kita kan sebenarnya tak ada masalah. Bagaimana kalau aku anggap kamu sebagai kakak saja?" usul Jansen dengan nada menggumam. Wajahnya tampak pasrah dan mencoba menghindari konflik. "Nggak bisa, aku pengin patahin kaki lo. Mau nggak kalau lo yang lakukan sendiri?" balas Lino dengan nada sinis dan penuh emosi.

Dari kejauhan, Jansen melihat Dony dan kawan-kawan yang mengamati kejadian tersebut. Dia hanya bisa tersenyum kecut sebentar, lalu kembali menampilkan wajah ketakutan. Tiba-tiba, suara lembut nan anggun terdengar dari belakang mereka. "Lino, ini kan kampus, lo mau bikin onar?" Terdengar suara Lorena yang tegas dan berwibawa.

Rupanya, yang datang adalah Lorenza yang

Kebetulan melihat kegaduhan itu dari jauh. Waktu dia mau masuk mobil, dia melihat ada keributan di depan dan mendekat untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Eh, ternyata itu Jansen. Jelas saja dia marah, padahal dia tak mengerti alasan di balik kemarahan itu. Sebab selama ini, dia tak pernah peduli dengan urusan cowok-cowok.

1
Pakde
lanjut thor
Pakde
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!