Drasha, si gadis desa yang cantik dan planga-plongo tiba-tiba diklaim sebagai keturunan keluarga Alveroz yang hilang 15 tahun silam.
Kecuali Nyonya Besar Alveroz, tidak ada dari keluarga itu yang menerima Drasha. Bahkan dua orang yang katanya mama papa biologis Drasha lebih mengutamakan sang anak angkat.
Bagi mereka, Drasha adalah putri palsu yang hanya ingin memanfaatkan harta keluarga Alveroz. Sementara itu, sang anak angkat yang pandai mengambil hati keluarga, membuat posisi Drasha semakin terpojok.
Tanpa mereka tahu, planga-plongo itu hanyalah topeng Drasha, gadis itu juga bukan ingin memeras harta keluarga Alveroz. Tetapi, dia datang membawa dendam dalam hatinya selama bertahun-tahun.
Siapa Drasha sebenarnya? Apakah dia memang putri palsu atau justru putri asli keluarga Alveroz? Dendam apa yang dibawa oleh Drasha? Apakah dia akan berhasil membalaskan dendamnya itu?
Yuk temukan jawabannya di cerita Drasha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadi Impostor
Semua anak platinum 2 yang menjadikan Drasha bahan taruhan sama-sama mengalami kejadian aneh sore ini.
Salah satu ban supercar Rafanza tiba-tiba kempes, Sang peringkat satu kelas platinum tahun kedua itu sampai kesal menendang bannya.
Annalise, senar cellonya putus, kalau Kenneth, oli motornya bocor. Begitu pula anak-anak platinum 2 yang lain, tiba-tiba dapat kena hari sial. Cherryl pun kena walaupun tidak ikut taruhan.
Dan, mereka tidak tahu itu perbuatan Adriel.
Satu lagi, ingat Ronny dan Bryan yang pernah sering mengganggu Drasha?
Mereka tiba-tiba berhenti mengusik Drasha juga karena sudah diberi pelajaran oleh Adriel. Di luar sekolah.
Bagaimana Adriel bisa tahu dua cowok itu mengganggu Drasha?
Yap, saat Adriel bolos, dia lewat di depan kelas Drasha dan menyaksikan Adriel dan Bryan melempar bola-bola kertas ke punggung Drasha.
Geramnya Adriel waktu itu.
Sekarang, dia ada di toilet cowok, membersihkan tangannya. Dia juga baru saja mengempeskan ban motornya sendiri. Apalagi kalau bukan untuk menciptakan alibi.
Para anak platinum 2 kena sial di hari yang sama, jadi dia juga harus membuat dirinya seolah-olah kena juga. Bagaimana? Adriel cukup cerdik bukan?
Jadi, seumpama para platinum itu membahas kesialan mereka hari ini, Adriel akan ikut membahasnya. Seolah-olah korban, padahal dia pelaku. Jadi impostor.
Siapa suruh menjadikan Drasha bahan taruhan.
Selanjutnya, Adriel menempelkan hapenya di telinga, menelepon seseorang.
"Halo, Pak Leo, tolong urus motor saya di sekolah, bannya bocor."
"Baik, Tuan Muda, saya akan meminta sopir untuk menjemput Anda."
"Tidak perlu, saya masih mau nginep di luar."
***
Adriel berjalan cepat menaiki tangga area outdoor sekolah, berniat menuju gerbang sekolah. Cowok itu mengenakan tas selempang berwarna putih sambil menggantung tali tas bola basket abu-abunya yang transparan di bahu, memperlihatkan bola bundar bewarna oranye.
Namun, langkahnya melambat di sebuah jalur pejalan sampai akhirnya berhenti karena seseorang berdiri di hadapannya, menghadang Adriel.
Ternyata Kayrell. Kakak sepupunya.
Adriel menghela napas tipis lalu memandang ke sembarangan arah. "Ngapain lo di sini, bukannya lo anti muncul di area anak-anak bronze dan silver."
"Karena gue nyariin lo."
"Kenapa? Cepetan! Gue ada urusan penting."
"Kakek minta ketemu sama lo. Kenapa juga lo jarang nginep di mansion, malah keluyuran di luar," oceh Kayrell.
"Bilang sama kakek tua itu … kalau dia mau jodoh-jodohin gue lagi, gue gak bakalan balik ke sana," tatap Adriel kesal.
Ingat saat Adriel bertemu Drasha di toilet perempuan?
Ya, sebenarnya waktu itu Adriel diundang kakeknya makan malam, tapi siapa sangka ternyata Adriel mau dijodohkan sehingga dia kabur dan dikejar-kejar oleh pengawal kakeknya. Supaya berhenti dikejar, dia memilih tempat yang tidak mungkin para pengawal itu sangka Adriel ada di sana. Maka, cowok itu memilih masuk ke toilet perempuan.
Lanjut, ke kakak beradik itu.
Kayrell menghela napas kecil. "Ngertiin aja lah kalau kakek kayak gitu, kalaupun lo dijodohin ya nurut aja terus susun skenario buat batali perjodohan itu. Lo bisa minta pihak cewek yang mutusin lo atau apa lah. Nggak perlu sampai kabur-kaburan. Lo tau, kakek cuma punya kita berdua sekarang. Dia pasti mikirin masa depan kita."
"Pokoknya gue nggak mau dijodoh-jodohin," Adriel melangkah melewati Kayrell. "BYE!"
Kayrell menoleh sedikit dan hanya bisa geleng-geleng dengan kelakuan adik sepupunya itu.
***
Adriel kini berdiri di samping gerbang sekolah sambil menendang-nendang angin. Apa itu urusan penting yang dia maksud?
Tentu bukan. Dia sedang menunggu Drasha. Dia tahu gadis itu akan lewat sini beberapa saat lagi.
Adriel melihat jam tangan di pergelangan tangan kanannya. Harusnya Drasha sudah selesai dengan latihan orkestranya.
Jangan lupa, dia juga sempat mendengar percakapan Drasha dan Rachelle di aula CoC kalau mereka tidak akan belajar bareng hari ini karena Rachelle ada urusan dengan daddy mommy-nya.
Jadi, pastinya Drasha akan pulang.
Adriel terus menunggu. Selain menendang angin, dia juga mengayun-ayunkan tali tas bola basketnya.
Tak lama kemudian, cowok itu melihat Drasha yang mengayuh sepedanya.
Sudut bibir Adriel terangkat sekilas. Selanjutnya dia berlari semut menghampiri Drasha.
Strechhh…
Gadis itu rem mendadak karena Adriel tiba-tiba melompat dan mendarat di depannya.
"Kamu?" Drasha terkejut.
"Hari ini gue gak bakalan ngasih tugas-tugas gue, tapi anterin gue ke toko olahraga."
Drasha mengernyit. "Motor kamu kemana? Bukannya kamu pakai motor ke sekolah?"
"Ban motor gue bocor jadi gue butuh tumpangan."
"Kamu suka yang cepet-cepet sampai, kenapa nggak pakai ojek online?"
Astaga, Drasha ini. Andai dia mengerti kalau Adriel mau bareng sama dia sebenarnya.
Cowok itu tanpa aba-aba menaruh bola basketnya yang terbungkus tas transparan di keranjang sepeda Drasha. "Gue lagi hemat sekarang." Matanya menyipit sedikit dan menghela napas kesal.
Dia mengambil case biola Drasha lalu naik ke jok belakang sepeda Drasha. "Jalan! Tokonya searah sama tempat tinggal lo."
Drasha mengembuskan napas berat. Hemat dari mananya cowok ini? Adriel kan bagian dari Yoseviano Family yang punya kekayaan melimpah ruah, bisnis di mana-mana dan setara dengan Alveroz Group.
Kenapa seorang Adriel William Yoseviano ini bisa mengeluarkan kata hemat dari bibirnya yang semerah kulit apel yang segar itu?
Drasha mulai mengayuh sepedanya melewati jalanan yang sedikit lenggang sore ini. Di boncengan belakang, Adriel tersenyum santai sambil memegang case biola Drasha. Kaki panjangnya diangkat sehingga menggantung di kedua sisi ban belakang.
Angin sore menerpa wajah mereka dan menerbangkan helaian rambut kedua remaja itu.
Adriel memiringkan kepala sedikit dan melirik wajah cantik Drasha dari samping.
Sudut bibirnya terangkat lagi.
"Drasha…," panggil Adriel dengan nada deepnya yang menawan.
"Hm?" sahut Drasha singkat, dia fokus mengayuh sepedanya.
"Lo nggak penasaran kenapa gue sampai tahu Miss Rosalina, ibu lo?"
"Kamu pernah bilang dia mantan guru musik di Alveroz Highschool."
"Iya, tapi gue kan belum SMA waktu dia jadi guru musik di sana, menurut lo kenapa gue bisa kenal dia?"
"Karena kamu sempat baca soal kasusnya."
"Selain itu ada lagi?"
"Apa?"
"Dia ... sahabat mendiang mama gue."
Strechhh…
Drasha tiba-tiba menekan rem dan hampir saja mereka jatuh karena kehilangan keseimbangan. Untung saja tangan Adriel cepat menahan bahu Drasha. Tapi dengan cepat juga cowok itu menyingkirkan tangannya.
Mata dua remaja itu lalu bertemu dan terpaku beberapa saat. Hening sejenak.
Selanjutnya, Adriel turun dari sepeda dan meminta untuk bertukar tempat.
Kini, Adriel yang membonceng Drasha. Dia mengayuh sepeda lebih cepat dari gadis itu. Jelas, tenaga mereka beda.
"Jadi mendiang mama kamu dan mendiang ibu aku bersahabat dekat?" tanya Drasha memastikan.
"Hm, deket banget, entar gue kirim fotonya."
"Oke."