NovelToon NovelToon
Last Chance

Last Chance

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: CutyprincesSs

Daniel Ferondika Abraham adalah cucu pertama pemilik sekolah menengah atas, Garuda High School.
Wajahnya yang tampan membuatnya menjadi idaman siswi sekolahnya bahkan di luar Garuda juga. Namun tidak ada satupun yang berani mengungkapkan rasa sukanya karena sikap tempramen yang di miliki laki-laki itu.
Hal itu tak menyurutkan niat Dara Aprilia, gadis yang berada di bawah satu tingkat Daniel itu sudah terang-terangan mengungkapkan rasa sukanya, namun selalu di tolak.
Mampukah Dara meluluhkan hati Daniel? dan apa sebenarnya penyebab Daniel menjadi laki-laki seperti itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CutyprincesSs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30

(Indonesia)

Daniel sedang berada di rumah sakit. Meskipun masih menjadi pengantin baru, dia memilih untuk menjaga Abraham daripada menemani Ebie di rumah. masalah masih belum bisa dia pecahkan kok membuatnya makin tertekan, walaupun Hao dan Nicko ikut membantu agar yayasan tetap stabil.

Di kediaman Ebie, terdengar suara beberapa orang di ruang tamu. Ebie yang akan pergi ke dapur mengurungkan niatnya setelah ia mendengar nama Abraham, bahkan nama suaminya disebut. Ia tersembunyi di balik tiang dekat tangga.

"Jika terbongkar, bukan hanya kau yang hancur Dharma, tapi aku akan dicoret dari ahli pewaris!" ucap Arvin, Paman dari Daniel, adik Rena. "Apa kita akan berakhir?" suara Dharma, ayah dari Ebie juga terdengar panik, Arvin menatap Dharma, wajahnya gelisah. "Aku dapat info bahwa kakak iparku berdiskusi dengan pengacara yayasan, Daniel akan mewarisi yayasan. Dan jika ada terjadi, semua sistem akan berubah.

Bisa saja kau dilengserkan! Daniel anak yang cerdas, dia bukan lawan sembarangan! Di balik sikapnya yang pendiam, dia bisa meledak seperti bom waktu yang menghancurkan penghalang dalam satu waktu. Aku sudah yakin menutupi hal ini rapat-rapat sejak lama, jika ada satu saja yang bocor, tamat riwayat kita." mendengar hal itu Ebie menutup mulut dengan kedua tangannya. Apa-apaan ini? jadi ayahnya bekerja sama dengan paman suaminya untuk menggelapkan dan yayasan?

 

Kembali ke rumah sakit, Daniel menitipkan Abraham kepada Rani, sekretaris Abraham.

Ia harus pulang karena Rena bilang ada suatu hal penting yang dia temukan dan Daniel harus melihatnya langsung. Rena dan Hao menunggunya di rumah dengan was-was.

Bukti yang mereka temukan seakan menjadi titik terang untuk masalah yayasan. Para penjilat itu berulah saat Daniel akan dicalonkan menjadi ketua yayasan berikutnya.

"Mama menemukan ini di selipan buku yang biasa kakek baca." Rena menyerahkan catatan kecil itu. Daniel langsung menuju lantai 3 saat tiba di rumah. Ia menatap catatan kecil itu, lalu membukanya dengan hati-hati.

"Daniel, jika aku tidak sempat berbicara langsung... bukalah lukisan tua di ruang kerja. Temukan kebenarannya, lindungi yayasan dan keluarga kita."

Daniel berdiri, diletakkannya catatan itu di meja dan dia buru-buru melangkah menuju lukisan tua di belakang kursi kerja Abraham. Terlihat di balik lukisan itu sebuah amplop coklat yang sedikit tebal.

Daniel mengambilnya dan duduk di kursi Abraham. Tangannya gemetar saat melihat halaman pertama, laporan keuangan. Transaksi yang belum pernah ia lihat sebelumnya. lembar demi lembar semakin jelas menunjuk kepada siapa, Arvin. Namun bukan hanya itu, di salah satu halaman, ada nama asing, M. Dharma.

Alis Daniel bertaut, "M.Dharma?" gumamnya lirih, Hao mendekati Daniel bersama Rena. Saat mereka melihat nama itu, pandangan mereka bertemu. "Ayah mertua kamu Dan." ucap Hao. Daniel terdiam cuma emosinya meninggi. mulai detik ini, dia akan membereskan semuanya.

(Inggris)

Dara bangun lebih pagi dari biasanya. ini adalah hari pertamanya sebagai mahasiswa resmi di universitas impiannya. iya sudah mempersiapkan semuanya sejak semalam namun rasa gugup itu selalu datang.

Saat turun ke ruang makan, Dara melihat Wanda yang sedang menyeduh teh, sedangkan Erik membaca koran paginya.

"Pagi Sayang, sudah siap?" tanya Wanda dengan tatapan hangat. Dara mengangguk sambil tersenyum, "Sudah Tan, sedikit gugup sih."

Martin tiba-tiba muncul dari tangga, lengkap dengan vest volunteer kampusnya. "Chill Dara, it's just orientation. Nggak seperti yang kamu pikir." Dara cemberut manja, "Gampang buat kamu, yang udah senior."

"Justru itu, aku yakin kamu bakal baik-baik saja." Martin tersenyum sambil menepuk bahu Dara.

---

Udara pagi di kota itu masih menyisakan dingin sisa embun. Kampus itu terlihat ramai dan penuh warna. bendera dari berbagai negara terlihat berkibar di sepanjang jalan masuk, musik ringan terdengar dari area lapangan utama.

Mahasiswa baru dari berbagai belahan dunia datang dengan wajah canggung dan penuh harap.

Dara melangkah bersama Lucy di sampingnya. Mereka bertemu saat di depan gerbang yang kebetulan Martin langsung berkumpul dengan kelompok volunteer nya.

"G*la, ternyata luas juga ya kampusnya, padahal di foto kelihatan biasa aja." Lucy menatap gedung-gedung kampus dengan tatapan kagum. cara mengipas dirinya dengan brosur kampus sampai tertawa kecil. "Iya kita baru di halaman depan, belum nyasar ke gedung-gedung lain."

Mereka baru selesai registrasi dan sedang mencari tempat duduk, namun tiba-tiba ada seseorang dari panitia menghampiri mereka. Tetapi cowok itu memakai ID pengenal dan vest volunteer, berhenti di depan Lucy membuatnya bingung.

"Excuse me, are you Lucy from Singapore?" Lucy terkejut, kemudian mengangguk cepat. "Yes, i am."

"Kami kekurangan volunteer di booth informasi, kamu bisa bantu sekarang?" Lucy menoleh ke arah Dara, wajahnya ragu. "Dara, lu nggak papa kalau gue tinggal sendiri?" Dara mengangguk cepat, "It's oke. Aku juga mau keliling-keliling. kita ketemu lagi di dorm ya?" Lucy tersenyum lega, "Oke, gue ke sana dulu ya?" ia berdiri di belakang cowok itu dan berjalan menjauh meninggalkan Dara.

Setelah kepergian Lucy, Dara melihat sekeliling, dia merasa sedikit gugup. semua tampak sudah mengenal, setidaknya membentuk kelompok kecil.

Dara mengeluarkan peta kampus dari tote bagnya, mencoba mencari gedung seni namun arah dan nama gedung dalam peta itu terasa membingungkan.

"Gedung D?" tanya sebuah suara pria di belakangnya. Dara membalikkan badannya, terlihat cowok tinggi dengan hoodie hitam dan name tag volunteer tergantung di lehernya berdiri di depannya.

"Iya, aku lagi nyari gedung seni." jawab Dara pelan. "Aku juga mau ke sana, mau bareng?" tawarnya menatap Dara. Dara mengangguk, sebelumnya ingin menolak, tapi dia takut nyasar kalau cari sendiri. "Iya boleh."

Mereka berjalan bersama melewati jalur pejalan kaki kampus. Si cowok berjalan santai tak terlihat buru-buru. "Aku Nathaniel, panggil aja Nath." ucapnya sambil menoleh sedikit.

"Dara." balas Dara mengangguk kecil.

"Dari Indonesia ya?" tanyanya, melirik name tag di tas Dara. "Iya, kamu?"

"Lahir di London, tapi ibuku dari Belanda, ayahku orang Inggris aku masuk Oxford karena ke hasil temanku, Martin... wait, are you Dara Aprilia Fransiska? Martin's cousin?" Dara menatap Nath, agak heran. "You know Martin?"

"Of course, kita satu lab tahun lalu, dia sering cerita katanya sepupunya bakal join semester ini." Dara menunduk, tersenyum kecil. "Dia cerita banyak ya?" Nathaniel menghentikan langkahnya tepat di depan gedung seni ia membuka pintu, "Mostly good things. You're lucky, Martin is one of the nicest guys i've met her. Ia menoleh melihat Dara, membiarkan gadis itu masuk lebih dulu ke dalam gedung.

"Pertama ke Inggris?" tanya Nathaniel pelan, "Pertama jauh dari rumah." Dara menjawab dengan senyum kikuk. Nathan mengangguk pasti, "Awal-awal pasti berat, tapi... kamu bakal nemuin ritmemu sendiri. so, don't rush it." kata-kata Nathan membuat Dara tenang, rasa gugup dan tak nyaman saat pertama kali tiba di sini perlahan memudar, mendengar itu dari orang asing yang baru ia kenal terasa... menyentuh.

Gedung seni terlihat tenang. Dara berdiri di depan sebuah lukisan bertema "Metamorfosa" warnanya tajam dengan bentuk abstrak dan rasanya terlihat familiar. Mewakili perubahan, pencarian, luka.

"Kamu suka seni?" suara Nathaniel terdengar di sampingnya, tak terlalu jauh dan tak terlalu dekat juga. Dara mengangguk pelan, "Kadang ini bisa menjelaskan perasaan yang tak bisa dijelaskan." Nathan tersenyum.

"Kalau butuh teman buat ekspor kampus, panggil aku aja." Dara menoleh, "Emang kamu nggak keberatan?" Nathan balas menatapnya, "Enggak, kampus ini terlalu luas buat ditelusuri sendiri, kalau ada teman kan bisa diajak nyasar bareng."

Dara tertawa kecil, untuk pertama kalinya ia merasa tidak terlalu asing di tempat ini justru yang ia rasakan kampus ini seperti tempatnya sendiri.

***

Tinggalin jejak berupa kritik dan saran dong gess, biar aku tahu cerita ini punya kurang dan lebih di mana aja?

lopyuu💜💜

1
Elle Lea
Authornya tukang bully di rp bnyk bgt korbannya cari aj di fb azzara sesilia vegas, seraphina rosalie tukang bully parah
Elle Lea: Authornya suka ngebully org tp gk mau ngaca sm kesalahannya di rp bnyk bgt korbannya tp dia tebal muka gila gila pasti hbs ini dihapus awkwk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!