Sejak kecil, Eyliana terbiasa dengan kesepian. Rumahnya bukan tempat bernaung, melainkan medan perang tanpa henti antara kedua orang tuanya. Kematian mereka tidak meninggalkan duka, justru tawa ironis yang melegakan. Berbekal warisan, ia merintis karier sebagai aktris, tetapi popularitas membawa tantangan baru—pengkhianatan, fitnah, dan obsesi gelap dari penggemar.
Saat sebuah tragedi merenggut nyawanya, Eyliana terbangun kembali. Bukan di dunianya, melainkan di dalam komik 'To Be Queen', sebagai Erika, si putri sempurna yang hidupnya penuh kebahagiaan. Ironisnya, kehidupan impian ini justru membuatnya cemas. Semua pencapaiannya sebagai Eyliana—kekayaan, koleksi, dan orang-orang terpercaya—kini lenyap tak berbekas. Eyliana harus beradaptasi di dunia yang serba sempurna ini, sambil bertanya-tanya, apakah kebahagiaan sejati benar-benar ada?
"Haruskah aku mengikuti alur cerita komik sebenarnya?" Pikir Eyliana yang berubah menjadi Erika Serriot
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moonbellss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Bagaimana Aku Kembali?
Erika duduk di lantai, menatap seorang pria yang berlutut di depannya. Pria itu telah mengaku sebagai kakaknya. Matanya berwarna biru safir, rambutnya silver, dan wajahnya tampan, tetapi memiliki garis muka yang sama dengan Erika.
"Kau kakakku?" tanya Erika pelan.
Pria itu memasang wajah bingung melihat gadis kecil yang terduduk di lantai dengan wajah pucat dan terkejut. Pria itu merasa Erika sedikit aneh dan berbicara tidak formal kepadanya seperti biasanya. Di sisi lain, ia suka dengan Erika yang berbicara santai dengannya, tapi bukan itu masalah utamanya.
"Apa yang kau bicarakan? Jangan bercanda. Bagaimana bisa kamu melupakan kakakmu ini?" kata pria itu sambil memegang kedua pundak adiknya, menuntunnya agar Erika berdiri.
"Erika? Kau sangat aneh hari ini," kata pria itu dengan khawatir.
"Aku butuh waktu sendiri," kata Erika, menatap pria itu dengan wajah sedikit memohon.
Pria itu berpikir sejenak lalu mengangguk, tanda setuju. Tak lama kemudian, dua pelayan dan pria itu meninggalkan kamar Erika dengan sedikit ragu.
Erika berdiri dan menatap cermin lagi. Dia berpikir keras, mencoba menggunakan logikanya. Namun, menurutnya, ini adalah hal yang mustahil.
"Pertama… aku datang ke acara award nasional… lalu… tertusuk fans gila… lalu aku bangun dengan wajah…," kata Erika, mengingat kejadian terakhir dalam pikirannya. Dia melihat wanita cantik di cermin di depannya.
"Apakah ini kehidupanku yang kedua? Apakah aku sudah mati tertusuk oleh fans fanatik gila itu? Ini tidak masuk akal sehatku," kata Erika sambil memutar badannya untuk melihat penampilannya yang memukau.
"Apa ini yang dinamakan reinkarnasi? Tapi aku ingat semua kehidupan masa lalu. Ini benar-benar gila. Lalu bagaimana dengan Rara dan Raka? Bukankah ini mimpi?" kata Erika yang masih tidak percaya, lalu mencubit pipinya dengan keras. “Akh!” Jerit sakitnya.
"Sial. Ini kenyataan," katanya sambil mengelus pipinya. Kini matanya kembali melihat dirinya di cermin.
"Gila. Tubuh wanita ini luar biasa cantik dan sempurna," katanya, mendekatkan diri ke kaca dan menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan wajahnya. Terlihat kulit wajah Erika yang sehat dan terawat.
"Mata biru ini bukan softlens tapi warna asli. Bahkan rambutnya begitu sehat, terawat, dan lembut," kata Erika, memegang rambutnya sendiri.
"Erika… nama yang tidak asing… Dari tampilan sekarang yang aku miliki, seperti tokoh dalam komik yang kubaca. Tidak mungkin kan aku masuk ke dalam buku bacaan? Ini tidak masuk akal dan konyol," kata Erika yang masih mencoba memutar otak dan merasionalkan keadaannya. Ia menggigit ibu jarinya sambil berpikir. ‘Tuk..Tuk’ Suara gigitan ibu jari terus menerus.
"Erika… Erika…" Gumam Erika, mencoba mengingat nama yang tidak asing itu. Tiba-tiba dia terkejut karena berhasil mengingatnya.
"Erika Serriot?... Ini nama tokoh utama komik ‘To Be Queen’ yang dipinjamkan Rara! Tsk!” Dia terkejut sambil berdecak.
“Sial, aku belum selesai membacanya. Seharusnya aku menyelesaikannya sebelum ini terjadi... APA?! Apa yang aku aku pikirkan? Aarrgghh, siapa juga yang mengharapkan ini terjadi? Kehidupanku sebagai artis kaya raya sudah selesai! Sial, sial, aku bangun dengan susah payah! Lalu mati konyol tertusuk fans gila itu! Ini gila! Semua komikku yang susah aku koleksi! Karier! Orang yang kupercaya! Semua hilang dalam semalam!!" kata Erika, marah pada dirinya sendiri sambil memegang kepalanya dengan kedua tangan.
"Aku harus cari jalan keluar. Aku juga tidak tahu akan jadi seperti ini. Aku harus berpikir mencari solusi, jangan panik!" kata Erika, berjalan lalu duduk di sofa kamarnya.
Ia berusaha tenang dan menarik napas dalam-dalam. Namun, wajah panik dan gelisah sulit ia tutupi. Dia tidak mengetahui alur cerita komik ‘To Be Queen’, karena dia hanya membaca setengah buku seri tersebut. Tidak ada konflik besar selama ia membaca. Tapi Erika mengingat ucapan Rara bahwa sebenarnya ada tokoh antagonis yang akan muncul.
"Sial. Percuma kalau aku hanya mengingat cerita di komik. Aku ingin kembali ke dunia asliku! Aku sudah lelah bekerja dan berhasil jadi kaya, terkenal, serta memiliki perpustakaan impianku. Di sisi lain, aku punya teman Raka dan Rara. Kalau di sini terus, aku tidak tahu siapa yang bisa kupercaya," gumam Erika, yang kembali menggigit ibu jarinya sambil memikirkan sebuah solusi agar kembali ke dunia aslinya.
"Bagaimana? Bagaimana ini? Bagaimana… kalau aku mati? Apakah aku akan…. kembali?" kata Erika, berdiri dari duduknya dengan semangat. Entah apa yang merasuki dirinya dengan pikiran tidak masuk akal tersebut.
"Aku datang dengan mati, berarti aku kembali dengan mati. Ini gila tapi layak dicoba, kan?" katanya dengan yakin. Ia melihat sekitar kamarnya untuk mencari benda yang bisa membuatnya kehilangan nyawanya. Erika berjalan ke setiap meja dan membuka beberapa laci. Meja yang dia buka hanya berisi peralatan pribadi seperti perawatan diri. Ia juga menemukan meja seperti meja kerja kecil yang berlaci. Laci pertama terdapat dokumen dan kertas kosong. Kertas yang memiliki aroma mawar dan terdapat logo bangsawan yang bertuliskan Serriot.
"Kertas mewah untuk surat? Sesuai dalam cerita. Di sini tidak ada ponsel?" pikir Erika, melihat kertas itu. Laci kedua ada bak tinta dan buku. Erika mengambil buku itu dan membukanya. Sepertinya buku itu adalah buku harian Erika sebelum dirinya. Tertulis, ‘Hari ini aku makan bersama kakak. Dia memberiku puding coklat kesukaanku’. Erika menutup buku itu dan tidak membaca lebih lanjut. Ia mengembalikan buku tersebut ke dalam laci kembali. Kini mata Erika tertuju pada pena berbulu.
"Ini pena tulis? Unik sekali. Mirip seperti di gambar," gumam Erika pelan sambil melihat ujung pena yang tajam.
Dia berpikir ujung pena cukup tajam untuk menusuk dirinya. Erika memegang perutnya yang sebenarnya sedikit sakit karena mimpi tusukan dari fans fanatiknya. Entah itu mimpi atau nyata, Erika merasa bingung saat ini. Erika menggenggam pena itu dengan kedua tangan secara kuat lalu ia menarik napas untuk bersiap menancapkan pena ke perut bagian ulu hati. Ya, bagian dia merasakan tusukan dari fans fanatiknya di kehidupan sebelumnya.
Saat Erika menggerakkan tangannya yang hendak menusuk dirinya, ia berhenti sebelum mengenai perutnya. Tangannya bergetar hebat karena membayangkan rasa sakit jika pena tersebut menusuk dirinya.
"Sepertinya aku tidak ingin mati dengan rasa yang sama," gumam Erika sambil kesal menaruh pena di atas meja.
Erika mencoba melihat sekeliling untuk mencari ide agar bisa mengakhiri kehidupan ini dan kembali ke dunia sebelumnya. Kali ini dia berjalan ke depan cermin dan menatap lekat tubuh dan wajahnya. Ia memegang cermin itu dengan kedua tangan dengan kuat lalu membenturkan kepala ke cermin itu. "PRAAANGK," suara kaca cermin pecah hancur yang membuat kepala Erika berdarah dan mengalir membasahi wajah dan pakaiannya. Matanya mulai kabur dan pusing sehingga dia terjatuh ke lantai tak sadarkan diri. “ekh..” Eram sakitnya sebelum kesadarannya benar-benar menghilang.
Bersambung...