NovelToon NovelToon
Bound By Capital Chains

Bound By Capital Chains

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Obsesi / Percintaan Konglomerat
Popularitas:930
Nilai: 5
Nama Author: hellosi

Ketika takdir bisnis mengikat mereka dalam sebuah pertunangan, keduanya melihatnya sebagai transaksi sempurna, saling memanfaatkan, tanpa melibatkan hati.

Ini adalah fakta bisnis, bukan janji cinta.

​Tapi ikatan strategis itu perlahan berubah menjadi personal. Menciptakan garis tipis antara manipulasi dan ketertarikan yang tak terbantahkan.

***

​"Seharusnya kau tidak kembali," desis Aiden, suaranya lebih berbahaya daripada teriakan.

"Kau datang ke wilayah perang yang aktif. Mengapa?"

​"Aku datang untukmu, Kak."

"Aku tidak bisa membiarkan tunanganku berada dalam kekacauan emosional atau fisik sendirian." Jawab Helena, menatap langsung ke matanya.

​Tiba-tiba, Aiden menarik Helena erat ke tubuhnya.

​"Bodoh," bisik Aiden ke rambutnya, napasnya panas.

"Bodoh, keras kepala, dan bodoh."

​"Ya," bisik Helena, membiarkan dirinya ditahan.

"Aku aset yang tidak patuh."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hellosi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Malam itu, di asrama HBS, suasana tenang yang diselimuti bau kopi dingin.

Aiden Aliston sedang menelaah Analisis Risiko Pasar Aliston dari tabletnya, sementara di sampingnya, Noa Ryder tampak serius menatap layar laptop, meski tatapannya terlalu tegang untuk sekedar mengerjakan tugas.

"Aliston, aku butuh bantuanmu," ujar Noa, nadanya santai, tetapi sorot matanya tajam dan penuh perhitungan.

"Aku sedang mengerjakan studi kasus merger teknologi. Kasusnya mirip situasinya dengan Aliston Robotics. Ada beberapa celah strategis yang perlu kututup."

Aiden mendongak, alisnya menyatu.

"Celah? Gunakan logika dasar, Ryder. Jangan buang waktuku."

"Logika membutuhkan variabel yang tepat, dan variabel itu berada ribuan mil dari sini," balas Noa, menggeser laptopnya perlahan agar Aiden bisa melihat layar sebuah tampilan grafik dan model keuangan yang rumit.

"Mari kita lihat cara pandang tunanganmu."

Aiden menahan diri untuk tidak membantah.

Dia tahu ini bukan tentang studi kasus Noa, ini adalah ujian pengetahuan dan kepercayaan.

Aiden menghela napas pendek, menyerah pada permainan tersebut.

"Apa yang kau butuhkan?"

"Telepon tunanganmu, Aliston," tuntut Noa, tanpa basa-basi.

Aiden mengambil ponselnya. Jemarinya menekan ikon berlian di layarnya.

Di layar, Helena Nelson muncul. Wajahnya cerah, tetapi ada kelelahan samar di bawah matanya.

Di belakangnya, lampu baca menyorot tumpukan buku tebal tentang Hukum M&A dan Manajemen Risiko yang berserakan di tempat tidur, sebuah pemandangan yang menunjukkan dia juga berjuang keras, bukan sekedar pewaris beruntung yang hanya tahu cara berbelanja.

Senyum Helena masih terukir saat dia melihat Noa mencondongkan tubuh ke samping Aiden, hampir seperti bayangan yang mengancam.

"Ada apa, Kak? Dan Tuan Ryder juga ada di sana?" tanya Helena, suaranya halus dan seceria biasanya.

"Nona Nelson, selamat malam," sapa Noa, senyumnya menyeringai sebuah ekspresi yang tidak pernah mencapai matanya.

"Saya mohon maaf telah mengganggu malam belajarmu. Kami sedang berada di tengah kasus studi, dan kami membutuhkan pandangan unik Anda sebagai pihak pemberi pinjaman."

Noa tidak membuang waktu. Dia langsung menembakkan pertanyaannya, nadanya penuh keraguan yang direkayasa, seolah sedang menguji seorang saksi di pengadilan.

"Aku melihat kontrak pinjaman antara Aliston dan Nelson. Secara finansial, hak veto Nelson atas Aliston Robotics adalah risiko likuiditas yang sangat tinggi bagi prospek pasar artinya, setiap keputusan strategis Aliston Robotics sekarang dikendalikan oleh Nelson. Jujur saja, Nona Nelson,"

Noa mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke kamera, matanya mengunci Helena,

"apakah Nelson benar-benar siap menanggung risiko reputasi dan kerugian finansial masif jika hak veto Anda kelak menghancurkan Aliston Robotics?"

Noa sengaja menggunakan bahasa yang menekan dan provokatif, berharap Helena akan panik atas klausul kontrak tersebut.

Dia ingin melihat retakan di baju zirah Nelson dari pewarisnya.

Aiden hanya memperhatikan.

​Wajah Helena tidak menunjukkan kepanikan yang diharapkan Noa.

Sebaliknya, senyum tipis sedikit lebih dingin dari sebelumnya terukir di bibirnya.

Matanya yang tajam menatap lurus ke kamera, seolah Noa dan Aiden hanyalah dua variabel dalam persamaan rumit yang sudah dia kuasai.

​"Tuan Ryder," jawab Helena, suaranya tenang dan terukur,

"pertanyaan Anda logis, tetapi premisnya salah."

​Noa mengangkat satu alisnya, ekspresinya menantang.

"Salah?"

​"Risiko reputasi yang Anda sebutkan itu tidak ada," lanjut Helena.

Dia menyandarkan punggungnya, posturnya seketika menjadi seorang profesional yang berunding.

"Nelson tidak pernah berbisnis berdasarkan emosi atau reputasi semu. Kami berbisnis berdasarkan nilai aset jangka panjang. Hak veto itu bukan 'risiko likuiditas' bagi Nelson, melainkan perlindungan premium terhadap investasi kami."

​Helena mengambil jeda singkat, tatapannya beralih ke Aiden, memberinya anggukan singkat penuh makna sebuah pesan yang jelas, Aku memegang kendali.

​"Jika Aliston Robotics gagal karena keputusan ceroboh manajemen internal yang artinya, kegagalan di pihak Aliston maka Nelson memiliki hak untuk mengambil alih dan menjual aset untuk memulihkan modal kami. Sederhana. Hak veto itu memastikan kami tidak perlu menanggung kerugian karena kebodohan orang lain."

​Helena kembali menatap Noa, senyumnya kini menjadi senjata tajam.

​"Tetapi, jika yang Anda khawatirkan adalah kami akan menghancurkan Aliston melalui hak veto, tanyakan pada diri Anda, Tuan Ryder, Apa untungnya bagi kami? Nelson bukan predator yang menghancurkan mangsanya. Kami adalah investor strategis. Kerugian Aliston adalah kerugian Nelson. Kami jauh lebih berkepentingan melihat Aliston Robotics berhasil daripada Anda ."

​Dia memiringkan kepalanya sedikit. "Jika Anda mencari celah strategis, Tuan Ryder, sebaiknya Anda fokus pada manajemen Aliston itu sendiri. Bukan pada klausul Nelson."

​Noa terdiam.

Dia tidak mendapatkan reaksi emosional yang dia inginkan.

Helena mengubah hak veto yang tampak jahat menjadi klausul bisnis yang sangat cerdas dan dingin.

​Aiden menatap Helena dengan campuran kejutan dan kebanggaan.

Dia telah mengenal kecerdasan bisnis tunangannya, tetapi melihatnya menangkis serangan psikologis Noa dengan presisi tersebut adalah hal yang berbeda.

Noa terdiam, seringainya perlahan menghilang.

Dia menoleh ke arah Aiden, mencari dukungan. Aiden, yang duduk kaku di sampingnya, kini tersenyum tipis.

Dia tidak membela Helena, tetapi matanya memancarkan kebanggaan dingin. Aiden tidak perlu bicara.

Helena telah menghancurkan argumen Noa dengan datanya sendiri.

"Wow," gumam Noa, mundur sedikit dari layar.

"Anda benar-benar memahami detailnya, Nona Nelson."

"Tentu," balas Helena, senyum manisnya kembali muncul.

"Itu adalah tugasku. Investasi harus dijaga dengan baik."

Helena kemudian menatap Aiden.

"Selamat belajar, Kak. Jaga dirimu."

Panggilan itu terputus.

Noa menyandarkan dirinya di kursi.

"Aliston," katanya, senyumnya kini berubah menjadi seringai respek.

"Tunanganmu itu... Dia berlian."

***

Setelah mendapatkan pengakuan fungsional dari Felix, Helena tidak menyia-nyiakan satu hari pun dari sisa libur semesternya.

Dia bekerja dari pagi hingga larut malam. Felix, yang secara alami kaku, tidak pernah menunjukkan kehangatan, tetapi tindakannya jauh lebih memperhatikan Helena.

Dia tidak hanya terus memberikan Helena tugas-tugas analisis strategis yang penting, tetapi dia juga mulai mempercayai penilaian Helena, terutama yang berkaitan dengan etika dan soft power yang dia gunakan.

Helena membuktikan, dia memiliki kecepatan Aliston yang dia pelajari dari Aiden, tetapi dia menggunakannya untuk memperkuat fondasi "Batu Nelson."

Waktu berlalu dengan cepat. Dua tahun kemudian, tibalah saatnya Helena untuk lulus dari Helios Academy.

Helena dan Aiden telah mempertahankan hubungan jarak jauh mereka melalui panggilan video yang fokus pada strategi dan analisis pasar bilateral.

Malam setelah upacara kelulusannya, Helena menghubungi Aiden.

"Selamat, Kak," kata Helena, tersenyum lebar.

"Selamat untukmu juga," balas Aiden dari Boston.

"Kau lulus dengan pujian."

Aiden tersenyum.

"Jadi, sekarang, apa rencanamu, Helena?"

"Aku akan pergi, Kak. London Business School (LBS), program MBA dua tahun," katanya, menyebutkan nama pesaing langsung Harvard.

Aiden terdiam sejenak. "LBS? Kau benar-benar pergi kesana?"

"Tentu," balas Helena, matanya berkilat penuh ambisi.

"Dua tahun kau memperkuat Aliston di Amerika. Dua tahun ini, aku akan memperkuat Nelson di Eropa. Dan saat aku kembali, aku akan memiliki aset, jaringan, dan gelar yang setara denganmu."

Aiden, yang biasanya dingin, menunjukkan sedikit rasa hormat dan kegembiraan.

"London Business School. Itu adalah pilihan yang sangat baik, Helena. Strategi global yang sempurna."

"Tentu saja strategis, Kak," balas Helena.

"Aku sudah belajar cukup banyak. Sekarang waktunya aku membuktikan bahwa Nelson tidak hanya bermain bertahan. Kami juga bisa menyerang, jika itu menguntungkan."

Aiden menyeringai.

"Aku menantikan itu, Helena."

"Jaga dirimu. Dan jangan kaget jika nilai pasar Nelson Corporation menjadi lebih mahal dari yang kau harapkan saat kau kembali." tutup Helena

Seminggu kemudian, Helena terbang ke London. Dia tahu, sama seperti Aiden, dia tidak pergi untuk belajar apa yang harus dilakukan, tetapi untuk menguji kemampuannya di arena global dan mengumpulkan amunisi baru.

Kini, dua pewaris, terpisah oleh Samudra Atlantik, sedang menjalankan misi masing-masing, Aiden di Boston membangun benteng kepemimpinan dan jaringan Amerika, dan Helena di London membangun kekuatan Nelson dan jaringan Eropa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!