( Musim Ke 2 : Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat )
Setelah menepati janjinya yang tersisa pada Sekte Langit Baru dan Tetua Huo, Tian Feng tidak lagi bersembunyi. Didorong oleh sumpah pembalasannya, ia memulai perburuan sistematis terhadap Aula Jiwa Bayangan. Bersama Han Xue dan Ying sebagai mata-mata utamanya, mereka membongkar satu per satu markas rahasia Aula Jiwa Bayangan, bergerak seperti dua hantu pembalas dendam melintasi Benua Tengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 300
Di Aula Utama Sekte Langit Baru, Tian Feng menyimpan gulungan intelijen terakhir ke dalam Cincin Ruang Semesta miliknya. Ia telah mendapatkan semua yang ia butuhkan. Setelah mengucapkan perpisahan terakhir yang singkat namun penuh makna kepada Master Sekte Wu Tian dan Tetua Huo, ia tidak lagi membuang waktu.
Dengan satu langkah, ia merobek ruang di depannya. Sosoknya lenyap dari Wilayah Barat, meninggalkan para tetua Dou Zong yang menatap takjub pada fluktuasi ruang yang ditinggalkannya.
Hanya butuh beberapa tarikan napas baginya untuk melintasi benua. Ia muncul kembali, bukan di Paviliun Naga Tersembunyi, melainkan langsung di puncak tertinggi akademi, di dalam Taman Bambu yang diselimuti kabut abadi.
Lin Hao dan Xu Zhao sedang duduk berhadapan di meja batu giok, papan catur kuno terbentang di antara mereka, seolah-olah tidak ada waktu yang berlalu.
Tian Feng mendarat tanpa suara di depan mereka.
Lin Hao mendongak dari papan catur, senyum tipis di wajahnya. "Ziarahmu selesai. Ikatan fanamu telah dijernihkan."
Xu Zhao, dalam wujud Dou Sheng Bintang Satu barunya, meletakkan bidak naga hitam dengan keras. "Hmph. Cukup cepat. Aku baru saja akan bosan bermain dengan kura-kura tua ini." Ia berdiri, tubuhnya yang kekar memancarkan aura perang yang terpendam. "Jadi. Kapan kita berangkat?"
Ia dengan sengaja menekankan kata "kita".
Tian Feng menatap gurunya. "Aku sudah mendapatkan jejaknya. Pegunungan Api Penyucian Hitam di Tanah Tandus Iblis. Tempat itu dijaga ketat, kemungkinan besar oleh Dou Sheng Puncak yang lolos dari akademi."
"Bagus!" Xu Zhao menyeringai buas. "Sudah lama aku tidak meregangkan otot-otot baru ini. Melawan seorang Dou Sheng Puncak... kedengarannya seperti pemanasan yang bagus."
"Kau yakin mau ikut?" tanya Tian Feng, meskipun ia sudah tahu jawabannya. "Aku bisa..."
"Omong kosong!" potong Xu Zhao, suaranya kini dipenuhi oleh otoritas Jenderal Naga. "Aku, Jenderal Naga Hitam, tidak akan pernah membiarkan Kaisarku Tuan Muda-ku—berburu musuh selevel itu sendirian! Aku ikut. Ini bukan permintaan, ini adalah fakta."
Lin Hao terkekeh pelan. "Biarkan dia ikut, Tian Feng. Naga tua ini sudah gatal ingin bertarung sejak dia mendapatkan tubuh barunya. Selain itu, menghadapi Tetua Pertama Aula Jiwa Bayangan dan Gu Yao... kau memang membutuhkan bantuan."
Tian Feng mengangguk, senyum tipis yang langka muncul di bibirnya. Ia tahu ia tidak bisa (dan tidak mau) menolak perlindungan dari seorang Jenderal Dou Sheng. "Baiklah. Tapi kita butuh mata. Aku tidak bisa melacak Gu Yao sendirian di wilayah yang begitu luas."
"Serahkan itu padaku," sebuah suara dingin terdengar dari bayang-bayang bambu.
Han Xue (Dou Zong 4) muncul tanpa suara, didampingi oleh Ying yang kini seukuran kuda poni. Ia telah merasakan kedatangan Tian Feng melalui Jaring Bayangan dan langsung melapor. "Jaringku sudah memiliki mata-mata di perbatasan Tanah Tandus Iblis sejak kau pergi. Aku tahu di mana harus mencari."
Tian Feng menatapnya. Ia tidak berniat membawa Han Xue ke dalam pertempuran Dou Sheng yang berbahaya. Tapi Han Xue menatapnya kembali, matanya yang sedingin es tidak menunjukkan keraguan. "Kau adalah palu godam. Kau adalah pedangnya. Aku adalah bayangannya. Kau membutuhkan kami."
Sebelum Tian Feng bisa berdebat, Xu Zhao tertawa. "Gadis kecil ini benar! Sebuah tim pemburu yang sempurna! Sang Kaisar (kekuatan fisik), Sang Jenderal (kekuatan hukum Dao), dan Sang Pembunuh Bayangan (mata-mata). Aku suka ini!"
Tian Feng menghela napas, menyerah pada antusiasme kedua rekannya yang keras kepala. "Baiklah," katanya. "Han Xue, kau hanya mengintai. Jangan libatkan diri dalam pertarungan. Itu perintah."
Han Xue hanya mengangguk singkat, yang bisa berarti apa saja.
Tian Feng berbalik menghadap Lin Hao. "Kami berangkat. Jaga Paviliun Naga Tersembunyi."
"Pergilah," kata Lin Hao, matanya kini serius. "Tuntaskan balas dendammu. Dan bersihkan racun Aula Jiwa Bayangan dari benua ini."
Tian Feng mengangguk. Ia melangkah maju, meletakkan satu tangan di bahu Xu Zhao dan satu lagi di bahu Han Xue. Dengan kekuatan Ban Sheng Puncak dan Fisik Dou Di miliknya, ia mengaktifkan kekuatan ruangnya.
"Pegang erat-erat."
Dengan satu tarikan napas, ketiga sosok itu—Sang Kaisar Naga, Sang Jenderal Naga, dan Sang Hantu Es lenyap dari Akademi Qing Yun, merobek ruang.