Calya, seorang siswi yang terpikat pesona Rion—ketua OSIS tampan yang menyimpan rahasia kelam—mendapati hidupnya hancur saat kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan Aksa. Aksa, si "cowok culun" yang tak sengaja ia makian di bus, ternyata adalah calon suaminya yang kini menjelma menjadi sosok menawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma~~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Jam dinding di kelas menunjukkan pukul 09.45. Bel istirahat berbunyi nyaring, mengakhiri pelajaran Sejarah yang membosankan. Begitu guru keluar, suasana kelas yang tadinya hening langsung berubah jadi riuh. Vira dan Jojo sudah berdiri di depan meja Calya, siap menariknya ke surga dunia mereka: kantin sekolah.
"Ayo, Cal, keburu habis soto ayamnya!" ajak Vira sambil menggandeng tangan Calya.
"Tumben lo semangat banget?" ledek Calya.
"Ya, gimana, laper, dong!" jawab Vira sambil tertawa.
Mereka bertiga berjalan beriringan. Calya di tengah, Vira di kanan, dan Jojo di kiri. Sambil mengobrol dan tertawa, mereka tak sadar bahwa kantin sudah sangat ramai. Para siswa berlarian, membuat lorong menjadi sempit.
Tiba-tiba, dari arah berlawanan, muncul seorang cowok yang terburu-buru. Ia menunduk, sibuk menata buku-buku tebal yang ia peluk erat di dadanya. Tanpa melihat ke depan, cowok itu langsung menabrak Calya.
BUKK!
Tabrakan itu cukup keras. Buku-buku cowok itu berjatuhan, sementara tubuh Calya terhuyung. Dan, yang paling fatal, minuman jus mangga yang dipegang cowok itu tumpah, membasahi seragam putih Calya. Baju bagian depannya kini kotor, berwarna oranye terang.
Calya terdiam, menatap noda di bajunya. Detik berikutnya, ia mendongak, matanya menyorot tajam. "Lo punya mata, enggak, sih?!" bentaknya, nadanya naik satu oktaf. Wajahnya yang semula ceria langsung berubah masam.
Cowok itu, yang sedang berjongkok untuk memungut bukunya, mengangkat kepala dengan kaget. "Maaf, maaf banget. Saya enggak sengaja," ucapnya panik.
"Enggak sengaja?! Lo liat, kan, ini baju gue jadi kayak ketumpahan cat!" Calya menunjuk noda di seragamnya. "Lo buta atau gimana, jalan kok nunduk terus?"
Jojo dan Vira yang berada di belakang Calya hanya bisa terkejut melihat reaksi Calya yang meledak-ledak. Mereka sudah terbiasa dengan sifat bar-bar Calya, tapi kemarahannya kali ini terasa lebih intens.
"Maaf, sekali lagi. Saya bisa ganti," tawar cowok itu dengan suara lirih, berusaha meredakan amarah Calya.
"Ganti? Emangnya lo pikir ganti itu gampang?!" teriak Calya. "Ini seragam gue, dan gue gak mau pake seragam yang kotor. Gue pulang aja!" Calya membalikkan badannya, berniat meninggalkan tempat itu.
"Tunggu, Calya?" suara cowok itu terdengar ragu.
Calya menghentikan langkahnya. Matanya langsung membelalak saat menyadari siapa cowok di hadapannya. Rambut rapi, kacamata tebal, dan wajah polos itu—persis seperti yang ia lihat di bus pagi tadi. Cowok yang ia duduki tanpa sengaja. Ia merasa malu sekaligus benci karena insiden itu membuatnya jadi bahan tertawaan teman-temannya. Dan sekarang, dia bertemu lagi dengan cara yang memalukan ini.
"Lo... lo yang di bus tadi, kan?" tanya Calya, suaranya tercekat. Ia merasa amarahnya semakin menjadi-jadi. "Ngapain lo di sini?"
Aksa, yang masih terlihat canggung, menundukkan kepalanya. "Aku baru pindah. Orang tuaku kerja di sini."
"Oh, pantesan," sindir Calya. "Dasar cowok aneh. Pertama di bus lo bikin gue malu, sekarang lo bikin baju gue kotor." Calya melipat tangan di dada. "Siapa sih nama lo? Biar gue inget baik-baik."
Aksa mengangkat kepala, menatap mata Calya yang menyala-nyala. "Aksa. Nama saya Aksa," jawabnya dengan suara pelan. "Sekali lagi, saya minta maaf."
"Aksa," gumam Calya, seolah-olah nama itu pernah ia dengar namun ia kembali tidak peduli. Ia menatapnya dengan pandangan dingin. "Oke, Aksa. Baju gue kotor, dan lo harus tanggung jawab. Gue mau lo ganti baju ini. Nanti gue kasih tau ukurannya."
Aksa mengangguk pasrah. "Baik, Calya."
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Calya berbalik dan berjalan pergi. Vira dan Jojo yang menyaksikan semuanya hanya bisa menahan napas. Mereka tahu, kali ini, Calya tidak main-main. Dan pertemuan ini, entah kenapa, terasa seperti awal dari sebuah permusuhan yang rumit.
...----------------...
Pelajaran hari itu telah usai. Calya, Vira, dan Jojo berjalan menuju parkiran. Vira sudah mengeluarkan kunci mobilnya, siap untuk mengantar mereka pergi. Rencana sudah matang. Mereka akan menghabiskan sore di luar, menenangkan pikiran Calya dan membantunya melupakan sejenak masalahnya.
Namun, langkah mereka terhenti. Di seberang lapangan parkir, pandangan Calya terpaku pada Rion. Hatinya yang tadinya mulai tenang, kini kembali bergejolak. Rion berdiri di samping sebuah mobil, tersenyum hangat kepada seorang siswi yang sedang memegang setumpuk buku. Mereka terlihat sangat dekat, bahkan Rion mengambil buku-buku itu dan menaruhnya di kursi belakang mobil.
Calya merasakan perih di dadanya. Pertanyaan-pertanyaan tak terduga muncul di benaknya. Siapa dia? Kenapa Rion mengantarnya? Apakah mereka dekat? Apakah dia pacar Rion?
Ia berdiri mematung, pandangannya tak lepas dari Rion. Ia begitu terpukul, sampai tidak menyadari Rion kini menoleh ke arahnya. Rion, yang selama ini sadar bahwa Calya sering mencuri pandang, kini menangkapnya basah-basah. Pandangan mereka bertemu. Senyum Rion perlahan memudar, digantikan oleh tatapan yang sulit diartikan.
Malu dan sakit hati, Calya buru-buru membuang muka. Tanpa berkata apa-apa, ia bergegas masuk ke dalam mobil Vira. Ia tak ingin lagi melihat Rion, tak ingin lagi memikirkan perasaannya. Ia hanya ingin pergi.
Vira dan Jojo yang melihat Calya tiba-tiba murung, langsung menyadari penyebabnya. Mereka tahu, hati Calya kembali retak saat melihat Rion. Vira pun berinisiatif, mencoba menghibur sahabatnya.
"Udah, Cal. Jangan dipikirin," kata Vira, mengusap bahu Calya lembut. "Dia kan emang bendahara OSIS. Wajar aja kalau sering bareng Rion."
Jojo menimpali, suaranya lebih tegas. "Iya, mereka emang sering kerja bareng. Rapat, urusan proposal, udah biasa banget. Lagian, Rion itu emang tipikal orang yang gampang deket sama siapa aja."
Hati Calya sedikit lega mendengar penjelasan itu, tapi rasa penasarannya masih kuat. "Mereka... pacaran?" tanyanya, suaranya terdengar cemas.
Namun, Jojo tidak langsung menjawab. Ia hanya menggeleng pelan. "Cal, dengerin gue. Rion itu... dia emang sering deket sama banyak cewek. Bukan cuma dia," ucap Jojo, sambil mengedikkan dagu ke arah siswi tadi. "Jadi, jangan terlalu berharap ya. Gue cuma gak mau lo sakit hati."
Jawaban Jojo itu menusuk hati Calya. Ia kembali terdiam, mencerna kata-kata Jojo. Ia tidak tahu harus merasa apa, antara lega karena Rion belum berpacaran dengan siswi itu, atau kecewa karena Jojo telah membuka matanya akan kenyataan lain tentang Rion.
Perasaan Calya kini campur aduk. Masalah yang menimpanya hari ini seakan datang bertubi-tubi. Belum lagi urusan perjodohan yang membuatnya muak, kini ia harus dihadapkan dengan kenyataan pahit melihat Rion, pujaan hatinya, bersama seorang wanita.
Di dalam mobil Vira, Calya hanya bisa terdiam. Ia menatap kosong ke luar jendela, seolah semua kegembiraan yang sempat ia rasakan telah lenyap. Hatinya kembali sakit, bukan hanya karena perjodohan itu, melainkan karena ia melihat orang yang ia cintai bersama orang lain. Calya merasa sendirian, seolah tidak ada orang yang mengerti perasaannya. Ia tidak tahu harus melakukan apa.