NovelToon NovelToon
BENANG KUSUT

BENANG KUSUT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Gemini 75

Kirana berusaha menjaga keluarga, sementara Riana menyimpan rahasia. Cinta terlarang menguji mereka. Antara keluarga dan hati, pilihan sulit menanti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dilema Seorang Kakak

Setelah beberapa saat berperang dengan perasaannya antara menanyai Kirana secara langsung atau tidak, Jantung Riana berdebar kencang saat ia akhirnya mengetuk pintu kamar Kirana. Setelah percakapan singkat dengan Raka sebelumnya, ia merasa memiliki sedikit kekuatan, namun rasa takut dan cemas masih menghantuinya. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu.

"Kirana, ini Kakak. Boleh Kakak masuk?" tanyanya lembut.

Tidak ada jawaban. Riana mengetuk sekali lagi, sedikit lebih keras.

"Kirana?"

Kali ini, terdengar suara lirih dari dalam. "Masuk saja, Kak."

Riana membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Kirana masih berbaring di ranjang, wajahnya pucat dan matanya sembab. Riana duduk di tepi ranjang dan meraih tangan adiknya.

"Kirana, Kakak tahu kamu pasti bingung dan takut," ucap Riana lembut. "Tapi Kakak ingin kamu tahu, Kakak akan selalu ada untuk kamu. Apapun yang terjadi."

Kirana menatap Riana dengan tatapan kosong. "Kakak tahu?" bisiknya lirih.

Riana mengangguk. "Iya, Kakak tahu tentang tespek itu."

Air mata kembali mengalir di pipi Kirana. "Maafin Kirana, Kak," ucapnya dengan suara bergetar. "Kirana sudah mengecewakan Kakak."

Riana mengusap air mata Kirana dengan lembut. "Tidak, Sayang. Kamu tidak mengecewakan Kakak. Kakak hanya ingin kamu jujur sama Kakak. Siapa ayah dari bayi itu?"

Kirana terdiam sejenak. Ia tampak ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan Riana.

"Kirana takut, Kak," ucapnya akhirnya. "Kakak pasti marah sama Kirana."

"Kakak janji, Kakak tidak akan marah. Kakak hanya ingin tahu yang sebenarnya."

Kirana menarik napas dalam-dalam dan menatap Riana dengan tatapan penuh ketakutan. "Ayahnya... ayahnya adalah Kak Raka."

Riana terkejut mendengar pengakuan Kirana. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Kak Raka?" bisik Riana tak percaya. "Maksud kamu... kekasih Kakak?"

Kirana mengangguk pelan. Air mata semakin deras mengalir di pipinya.

"Tapi... bagaimana bisa?" tanya Riana dengan nada bingung.

"Itu terjadi waktu kita liburan di villa, Kak," jawab Kirana dengan suara bergetar. "Kak Raka menginap di kamar Kirana malam itu."

Riana mencoba mengingat kejadian di villa itu. Ia ingat bahwa malam itu ia merasa tidak enak badan dan tidur lebih awal. Ia tidak tahu apa yang terjadi setelah itu.

"Kirana tahu ini salah, Kak," lanjut Kirana. "Kirana sangat menyesal. Kirana tidak tahu harus bagaimana."

Riana terdiam sejenak, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja diterimanya. Ia merasa seperti dunia runtuh di sekelilingnya. Kekasihnya sendiri menghamili adiknya. Pengkhianatan ini terlalu menyakitkan untuk diterima.

"Kenapa kamu tidak cerita sama Kakak dari awal?" tanya Riana dengan nada kecewa.

"Kirana takut, Kak," jawab Kirana. "Kirana takut Kakak marah dan membenci Kirana. Kirana takut Kakak akan meninggalkan Kak Raka."

Riana menatap Kirana dengan tatapan penuh kekecewaan. Ia merasa dikhianati oleh dua orang yang paling ia sayangi.

"Kamu tahu Kakak sayang sama Kak Raka," ucap Riana dengan suara bergetar. "Kenapa kamu melakukan ini pada Kakak?"

"Kirana tidak sengaja, Kak," jawab Kirana dengan nada memohon. "Itu terjadi begitu saja. Kirana tidak bisa mengendalikan diri."

"Tidak sengaja?" ulang Riana dengan nada sinis. "Kamu pikir ini bisa dimaafkan begitu saja? Kamu sudah menghancurkan hidup Kakak!"

"Maafin Kirana, Kak," isak Kirana. "Kirana tahu Kirana salah. Kirana siap menerima hukuman apapun dari Kakak."

Riana berdiri dari duduknya dan berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Ia merasa marah, kecewa, dan sakit hati. Ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Kakak butuh waktu untuk berpikir," ucap Riana akhirnya, suaranya tercekat. "Kakak tidak bisa memutuskan apapun sekarang."

Riana berbalik dan berjalan cepat menuju pintu, lalu keluar dari kamar Kirana. Ia meninggalkan Kirana yang menangis tersedu-sedu di ranjangnya.

Riana berjalan menuju ruang keluarga, tempat yang biasanya menjadi tempatnya mencari ketenangan. Ia duduk di sofa dan memeluk bantal erat-erat. Air mata mulai mengalir deras membasahi pipinya.

Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Ia merasa bingung, marah, dan terluka. Ia merasa seperti kehilangan segalanya.

Kekasihnya, yang selama ini ia cintai dan percayai, ternyata telah mengkhianatinya dengan adiknya sendiri. Adiknya, yang selama ini ia lindungi dan sayangi, ternyata telah menyembunyikan rahasia besar darinya.

Riana merasa sendirian dan tak berdaya. Ia tidak tahu kepada siapa ia bisa mengadu. Ia merasa semua orang telah mengecewakannya.

Ia memejamkan matanya erat-erat, mencoba menenangkan diri. Ia tahu, ia tidak bisa terus-menerus larut dalam kesedihan. Ia harus melakukan sesuatu. Ia harus mencari jalan keluar dari situasi yang sulit ini.

Namun, ia tidak tahu harus mulai dari mana. Ia merasa terlalu sakit dan bingung untuk berpikir jernih.

Riana membuka matanya dan menatap sekelilingnya. Ruang keluarga yang biasanya terasa hangat dan nyaman, kini terasa dingin dan asing. Ia merasa seperti orang asing di rumahnya sendiri.

Ia berdiri dari sofa dan berjalan menuju jendela. Ia menatap keluar, melihat pemandangan taman yang indah di halaman rumahnya. Namun, keindahan itu tidak mampu menghibur hatinya yang sedang terluka.

Riana menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia mencoba menenangkan diri dan menjernihkan pikirannya. Ia tahu, ia harus kuat. Ia harus menghadapi semua ini dengan kepala dingin.

Ia memutuskan untuk pergi dari rumah itu. Ia merasa tidak sanggup lagi berada di sana, di tengah pengkhianatan dan kebohongan yang begitu menyesakkan. Ia berpamitan pada Yu Sarti dengan alasan ada pekerjaan mendadak yang harus diselesaikan. Yu Sarti tampak khawatir melihat wajah Riana yang pucat, namun ia tidak bertanya lebih lanjut. Riana hanya tersenyum tipis dan berjanji akan segera kembali.

Di dalam mobil, air mata Riana kembali tumpah. Ia tidak bisa menahan emosinya lagi. Ia merasa hancur, marah, dan bingung. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya, atau bagaimana ia bisa menghadapi semua ini.

Apartemennya yang biasanya terasa nyaman dan damai, kini terasa sunyi dan dingin. Riana merebahkan diri di ranjang, membiarkan air mata membasahi pipinya yang putih. Ia merasa lelah secara fisik dan emosional. Ia memejamkan matanya, berharap bisa melupakan semua yang telah terjadi. Namun, bayangan Kirana dan Raka terus berputar di benaknya. Akhirnya, ia terlelap dalam tidur yang penuh mimpi buruk, tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

1
SitiGemini75
tunggu aja nanti 🤣
SitiGemini75
iya kak hukum aja 😍
SitiGemini75
kapan ya kak soalnya aku masih seneng mainin hidup Riana sih kak
SitiGemini75
iya ya kak kenapa nggak di blokir aja 😄😄🤭
kalea rizuky
riana oon blokir no semua mantan qm. itu bodoh
kalea rizuky
riana di hancur kan berkali. kali. kapan bahagia nya thor jahat lu
kalea rizuky
jahat qm. bim ya ampun riana nasib mu
kalea rizuky
moga Bima obat ya bukan luka baru
kalea rizuky
heleh g punya pilihan tp doyan buktiknya lu hamil najis
kalea rizuky
nunggu karma para penghianat
kalea rizuky
kasian riana adek kurang ajar
Heny
Kasian Riana di khianati
SitiGemini75: sebenarnya kasian juga tapi namanya takdir harus gimana lagi
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!