NovelToon NovelToon
Senja Di Aksara Bintang

Senja Di Aksara Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:372
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Alden berjalan sendirian di jalanan kota yang mulai diselimuti dengan senja. Hidupnya tidak pernah beruntung, selalu ada badai yang menghalangi langkahnya.

Dania, adalah cahaya dibalik kegelapan baginya. Tapi, kata-katanya selalu menusuk kalbu, "Alden, pergilah... Aku tidak layak untukmu."

Apa yang menyebabkan Dania menyuruh Alden pergi tanpa alasan? Nantikan jawabannya hanya di “Senja di aksara bintang”, sebuah cerita tentang cinta, pengorbanan dan rahasia yang akan merubah hidup Alden selamanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4: Nomor tidak dikenal

Alden sedang beristirahat di bawah pohon rindang, setelah menjajakan dagangannya selama berjam-jam.

Cuaca yang terik membuat Alden cepat merasa lelah, terlebih malam tadi ia tidak bisa tidur karena bayang-bayang masa lalu yang tiba-tiba muncul.

"Alden!" tiba-tiba suara seseorang memanggil dari kejauhan sambil melambaikan tangannya.

Alden menyipitkan mata, ia tidak bisa melihat jelas siapa yang memanggilnya. Cahaya matahari yang silau membuat pandangannya sedikit buram.

"Siapa ya?" batinnya, tatapan matanya masih tertuju pada orang yang memanggilnya.

Orang itu berjalan mendekat, Alden mulai menyadari siapa orang yang sedang berjalan ke arahnya.

"Hai," ujar gadis berambut panjang sepunggung ketika berdiri di depannya.

"Hai juga," ujar Alden sambil menyunggingkan senyum. Gadis itu langsung mengambil posisi untuk duduk di sebelahnya.

"Kamu lagi apa, Alden?" tanya Dania sambil melirik keranjang kue Alden. "Sedang istirahat sebentar, panas banget hari ini." Balas Alden.

"Iya memang. Kuenya masih ada? Aku lapar hehe." ujar Dania dengan terkekeh kecil. "Haha, masih ada kok. Pilih aja sendiri," jelas Alden sambil membuka keranjangnya.

"Coba lihat," ujar Dania mendekatkan posisinya dan melihat isi keranjang kue Alden.

"Ada banyak kue nya. Aku jual kue-kue tradisional, kamu suka yang mana?" tanya Alden sedikit lebih hangat daripada pertemuan sebelumnya.

"Hmm, yang ini aja deh." ujar Dania sambil mengambil salah satu kue dan membayarnya. "Oh iya, bungkus juga ya Alden. Aku mau yang ini sama yang ini aja," tunjuk Dania pada kue yang ada di keranjang Alden.

"Oke, siap!" ujar Alden antusias dan langsung mengambil kue-kue yang dipilih Dania ke dalam kantong plastik.

"Kamu tau gak, Alden? Hari ini aku kesal banget," ujar Dania dengan helaan nafas panjang.

"Kenapa?" jawab Alden sambil menyerahkan kue yang sudah ia letakkan di kantong plastik.

"Itu tuh, teman sekelas aku nyebelin banget. Suka ganggu terus," jelas Dania kesal.

Alden terkekeh kecil dan menggelengkan kepalanya, ia mengira Dania kesal karena sesuatu yang lain, tapi ternyata malah karena temannya.

"Kok tertawa sih?" ujar Dania dengan muka kesal, melihat Alden yang tertawa.

"Maaf-maaf... Ya, kalo diganggu menjauh aja, Dania." ujar Alden santai.

"Masalahnya gak semudah itu. Dia suka bikin kesal terus," ujar Dania kemudian.

"Yaudah, sabar aja kalo gitu. Aku gak bisa ngomong apa-apa," ujar Alden dengan niat bercanda, tapi malah dipukul buku oleh Dania yang kesal.

Dania yang awalnya kesal, langsung tertawa melihat reaksi Alden yang terkejut dan menggosok kepalanya.

"Wah-wah... Tega kamu Dania," ujar Alden dengan gelengan kepala. "Maaf, refleks." jawab Dania dengan terkekeh kecil. Mereka berdua akhirnya tertawa bersama.

"Oh, boleh tukar kontak gak Alden?" ujar Dania kemudian. "Boleh kok," ujar Alden dengan anggukan singkat.

Alden mengeluarkan ponselnya, Dania juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua bertukar kontak dan memasukkannya ke ponsel masing-masing.

"Makasih Alden," ujar Dania ceria setelah mendapatkan nomor Alden. "Iya, sama-sama." balas Alden singkat dengan seutas senyum.

Keduanya jadi hening, hanya suara desiran angin yang terdengar serta suara knalpot dari kendaraan yang berlalu-lalang.

"Oh, kamu bilang punya satu teman di sekolah. Tapi, aku belum pernah liat kamu dengan dia," ujar Alden di sela-sela keheningan.

"Iya, aku jarang pulang sama dia. Maklum, dia anggota OSIS, jadi jadwalnya lumayan sibuk." jelas Dania kemudian.

"Oh, gitu ya," ujar Alden dengan anggukan singkat dan ditanggapi dengan senyuman oleh Dania.

"Alden, aku duluan ya? Aku harus pulang, mau mengerjakan tugas sekolah." ujar Dania sambil berdiri.

Alden juga berdiri dan mengambil keranjang kuenya, "Iya, aku juga harus menjajakan kue-kue ini lagi."

"Semoga dagangannya laris!"

Dania menyemangati, Alden sendiri merasa sedikit terhibur dengan support dari Dania. "Iya, makasih." ujar Alden dengan senyuman.

"Sama-sama, aku duluan ya Alden." ujar Dania sambil melangkah pergi. Alden hanya mengangguk singkat tidak mengatakan apa-apa sebelum akhirnya melangkahkan kakinya ke arah yang berbeda.

Mereka berdua berpisah, dan mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikan mereka dari jauh. Tangannya terkepal dan tatapannya yang tajam seolah tidak menyukai salah satu dari mereka.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

Alden membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, dengan ponsel di tangannya. Alden merasa sangat lelah hari ini.

Kepalanya terasa cenat cenut, mungkin karena efek cuaca terik hari ini. Alden memijit pelipisnya untuk mengurangi rasa pusingnya.

Ting!

Tiba-tiba notifikasi pesan masuk di layar ponselnya. Alden membuka pesan itu, tapi tidak ada nama tertera di atasnya. Ya, pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

"Woi, lo jauhi Dania atau lo terima akibatnya!"

"Siapa?" Alden mengernyitkan dahi dan mengirimkan balasan singkat.

Alden menunggu beberapa saat, tapi tidak ada balasan pesan lagi dari nomor itu. Alden menaikkan sebelah alisnya, tidak mengerti apa maksud dari si pengirim.

"Alden, sini sebentar nak!" panggil ibunya dari arah dapur.

"Iya Bu!" Alden langsung bergegas menghampiri ibunya, membiarkan ponselnya tergeletak begitu saja di atas ranjangnya.

"Alden, tolong bantu ibu sebentar ya nak." ujar ibunya ketika Alden tiba di dapur. "Tolong bungkus kue-kue untuk berjualan besok ya, nak. Ibu masih bikin kue yang lainnya."

"Siap ibu!" Alden mengangguk dan langsung membantu ibunya mengemasi kue-kue dan menyusunnya ke dalam wadah.

Setelah menyelesaikan tugasnya, Alden kembali ke kamarnya dan matanya tertuju pada layar ponselnya.

Alden membuka ponselnya, dan melihat pesan dari nomor tidak dikenal tadi. Belum sempat Alden membacanya, pesannya langsung di hapus oleh si pengirim.

"Aneh," batinnya, lalu ia meletakkan ponselnya dan memutuskan untuk tidur.

Ting!

Baru saja memejamkan matanya, tiba-tiba ponselnya kembali bergetar. Pesan masuk dari nomor tidak dikenal kembali mengganggu Alden.

Tapi, bukan dari nomor yang sama. Melainkan dari nomor lain dengan ancaman yang berbeda.

"Lo gak akan bisa bahagia selamanya!"

"Ini lagi, siapa sih?!" kesal Alden, sembari memperhatikan nomor baru yang tidak dikenal itu.

Alden tidak berniat untuk membalasnya dan lebih memilih untuk mengabaikannya. Ia meletakkan ponselnya di atas meja, lalu merebahkan diri di atas tempat tidurnya.

Alden memandangi langit-langit kamarnya, ia merasa jengah dan tidak mengerti mengapa orang-orang suka mencari masalah dengannya.

Padahal Alden sendiri tidak pernah memancing keributan atau mencari masalah dengan orang lain. Tapi, mereka sepertinya tidak bisa melihat Alden tenang.

Jiwa Alden di kamarnya, tapi pikirannya melayang jauh ke dua nomor yang tidak dikenalinya itu. Kepalanya yang pusing semakin terasa cenat cenut memikirkan tentang sesuatu yang seharusnya tidak dipikirkannya.

"Mending tidur," gumam Alden pada dirinya sendiri dan memejamkan mata. Ia berusaha mengesampingkan pikirannya dari hal yang tidak perlu.

^^^Bersambung...^^^

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!