Ketika cinta berubah menjadi luka, dan keluarga sendiri menjadi pengkhianat. Dela kehilangan segalanya di hari yang seharusnya menjadi miliknya cinta, kepercayaan, bahkan harga diri.
Namun dalam keputusasaan, Tuhan mempertemukannya dengan sosok misterius yang kelak menjadi penyelamat sekaligus takdir barunya. Tapi apakah Dela siap membuka hati lagi, ketika dunia justru menuduhnya melakukan dosa yang tak pernah ia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Jatuhnya Bisa Fitnah
Sebenarnya Surya merasa sangat berat jika putri keduanya mau pergi. Namun, Surya juga merasa kasihan dengan Dela, karena di rumah dia selalu disisihkan oleh Ibu dan kedua saudara tirinya.
"Apa kamu sudah memikirkan baik-baik keputusan ini? Bapak masih berat jika kamu pergi," ujar Surya dengan sangat sedih.
"Biarkan saja dia pergi Pak. Nanti juga bakal balik lagi," seru Rena tanpa rasa khawatir sedikit pun.
"Iya mana bisa sih dia hidup di luaran sana. Mau jadi gembel," imbuh Eka dengan mengejek.
"Sudah deh gak usah sok gaya mau pergi beneran. Nanti malah nyesel, ujung-ujungnya juga bakal balik ke sini lagi kan malu," ujar Tika.
Mendengar perkataan meremehkan dari Ibunya serta Kakak dan adiknya, membuat Dela semakin yakin untuk pergi dari rumah.
"Maaf Pak Dela akan pergi saja dari sini." Setelah mengatakan itu, Dela langsung pergi ke dalam kamarnya untuk segera berkemas.
Sebenarnya Dela juga merasa sangat berat untuk pergi dari rumah, meninggalkan Bapaknya. Dela tau betul jika dirinya pergi, Bapaknya nanti tidak akan ada yang mengurusnya. Ibunya serta Kakak dan adiknya mana pernah peduli dengan Bapaknya.
"Kalian memang benar-benar sangat keterlaluan, Dela itu juga anak kandung kamu loh Bu. Bisa-bisanya kamu mengusir dia begitu," ujar Surya, ketika Dela sudah pergi ke kamarnya.
"Kamu juga Tika, Eka. Dela itu juga saudara kandung kalian kenapa kalian berdua seakan menyisihkannya juga heran Bapak, kalian itu gak usah ikut-ikutan Ibu kalian begitu kasihan Dela," lanjutnya.
"Ya ampun gak usah lebay begitu kenapa. Ibu yakin kalau Dela itu gak akan bisa hidup di luaran sana, cepat atau lambat nanti dia juga bakal balik lagi ke rumah ini," balas Rena.
"Tau nih Bapak khawatir banget. Hasil kerjanya dia itu gak akan cukup untuk hidup di luaran sana," imbuh Tika.
"Dia bisa bilang begitu karena belum pernah merasakan susahnya hidup di luaran sana, dipikir mudah untuk bertahan hidup di luaran sana," ujar Eka.
"Memang susah ngomong sama kalian itu, jangan pernah menyesal ya nanti kalian." Setelah mengatakan itu, Surya langsung pergi ke kamarnya.
Surya mau mengambil uang pemberian dari Arsen kemarin untuk diberikannya ke Dela. Surya takut jika anaknya itu gak punya pegangan uang di luaran sana. Sebenarnya Surya kemarin agak kaget kala membuka amplop pemberian dari menantunya itu, karena isi amplop itu ternyata uang sebanyak 5 juta.
Sedangkan di dalam kamar, Arsen yang baru saja keluar dari kamar mandi dibuat terkejut dengan istrinya yang tiba-tiba menangis.
"Loh Sayang. Kenapa kamu nangis?" Tanya Arsen, yang merasa panik saat melihat bekas tamparan di pipi istrinya.
"Maaf Mas aku sudah tidak bisa lagi untuk tinggal di rumah ini. Aku sudah gak kuat," ujar Dela.
Mendengar perkataan dari istrinya, Arsen langsung menghembuskan napasnya dengan kasar. Arsen sudah bisa menebak jika sang istri habis bertengkar dengan Ibu dan kedua saudaranya. Sebenarnya Arsen sendiri juga tidak nyaman tinggal di rumah istrinya, tapi mau bagaimana lagi, istrinya juga terlihat ragu sewaktu Arsen menawarkan untuk tinggal sendiri.
"Gak apa-apa kan Mas. Jika kita harus tinggal sendiri?" Tanya Dela yang takut jika suaminya bakal keberatan, mengingat biaya tinggal sendiri akan jauh lebih mahal.
Arsen langsung menghampiri ke arah istrinya. "Kamu gak perlu minta maaf begitu, kamu tidak bersalah jadi gak perlu minta maaf."
"Tapi kalau kita tinggal sendiri, otomatis pengeluaran akan lebih membengkak," ujar Dela dengan kekhawatiran.
"Sudah kamu percayakan saja sama suamimu ini. Sekarang kamu adalah tanggung jawabku, jadi ikutlah denganku."
"Tapi nanti kita akan tinggal di mana Mas?" Tanya Dela.
"Kamu ikut saja denganku nanti kamu juga akan tau. Sekarang bereskan barang-barang kamu. Bawa yang seperlunya saja, jangan dibawa semua nanti malah repot."
Dela hanya mengangguk saja, lalu gegas membereskan barang-barangnya. Sesuai perkataan dari suaminya, Dela hanya membawa barang yang seperlunya saja, seperti beberapa baju mahal yang dibelikan oleh suaminya kemarin, uang, dan juga ponselnya. Baju-baju Arsen juga hanya sedikit, hanya ada beberapa saja di sana.
Setelah semuanya beres, mereka berdua langsung keluar dari kamar dengan hanya membawa tas yang berukuran sedang. Melihat itu, Surya langsung menghampiri keduanya.
"Dela tunggu ini kamu bawa saja, kamu pasti akan lebih membutuhkannya dari pada Bapak." Terlihat Surya memberikan sebuah amplop cokelat yang berisikan uang.
Dela sangat ingat betul, jika amplop itu adalah amplop yang diberikan oleh suaminya ke Bapaknya kemarin.
"Jangan Pak itu untuk Bapak saja, Dela masih ada pegangan uang kok," tolak Dela yang melihat kode gelengan kepala dari suaminya.
Sementara Rena langsung melotot kala melihat suaminya memberikan amplop berisikan uang ke Dela. Saat Rena minta uang buat acara nikahan Tika saja suaminya bilang gak punya, tapi kini Surya malah mau memberikan uang ke Dela.
"Oh bagus ya Pak. Kemarin Ibu minta uang buat acara nikahannya Tika bilangnya gak punya, kini malah mau memberikan uang itu sama Dela," ujar Rena dengan mata yang melotot.
"Kok Bapak begitu banget sih. Padahal aku lebih membutuhkan uang itu loh," protes Tika.
"Eh tapi Bapak bisa punya uang itu dari mana? Bukannya Bapak itu gak kerja?" Tanya Eka.
"Sudah Dela masih ada uang simpanan kok Pak. Itu uangnya buat Bapak saja, di sini udah gak ada Dela nanti gak ada yang beliin obat untuk Bapak kalau Bapak sakit," tolak Dela dengan menyindir.
Rena, adik, dan kakaknya langsung mendelik mendengar perkataan dari Dela, karena mereka merasa tersindir.
"Sudah Dela mau pamit dulu ya Pak."
"Arsen pamit ya Pak. Walaupun kami sudah tinggal sendiri tapi nanti kita masih akan main ke sini kok buat menengok Bapak," Arsen lekas menyalami Bapak mertuanya.
"Ya sudah kalian hati-hati ya. Bapak titip Dela ya Arsen, tolong jagain dan bahagiakan putri Bapak ini. Sejak lahir hidupnya sangat kasihan, karena tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarganya sendiri," ujar Surya dengan menyindir istri dan kedua anaknya.
Dela dan Arsen langsung memeluk Bapaknya secara bergantian. Setelah itu Dela langsung berpamitan dengan Ibunya dengan menyalaminya. Bagaimanapun juga Rena itu adalah Ibu kandungnya, Dela berusaha mengesampingkan egonya.
Sedangkan Rena malah langsung menyentak tangan Dela dengan kasar.
"Gak usah lebay kalau mau pergi ya pergi saja sana. Palingan gak lama juga kamu bakal balik lagi ke sini," ujar Rena yang membuat Surya mengelus dada.
"Sudah kalau mau pergi ya pergi saja sana. Jangan harap kami akan mencegahmu seperti di sinetron ya," imbuh Tika dengan nada yang sinis, sehingga membuat Eka tertawa mengejek.
Dela dan Arsen langsung pergi dari rumah dengan mengendarai motor butut yang dibawa oleh Arsen.
"Semoga saja Arsen bisa membahagiakan Dela," doa Surya.
"Mau membahagiakan bagaimana orang motornya aja butut begitu, cepat atau lambat mereka pasti akan balik lagi ke rumah ini," ujar Tika dengan keyakinannya.
"Betul memangnya dipikir gak susah apa hidup sendiri dengan ekonomi yang pas-pasan," imbuh Eka.
"Eh mana uangnya itu Tika itu masih tanggung jawab orang tua, seharusnya Bapak yang nanggung biaya acara pernikahan Tika," pinta Rena.
"Kalau menikah seadanya juga bakal ditanggung Bu. Masalahnya dia itu menuntut pesta yang mewah, sedangkan calon suaminya saja gak ada ngasih uang seserahan," ujar Surya.
"Bukannya Mas Riki itu gak ngasih Pak. Tapi orangnya terlalu sibuk jadi belum ada waktu buat ngasih," bela Tika.
"Alah kalau niat ngasih sesibuk apapun dia akan memberikannya. Zaman sekarang itu sudah canggih, bisa pakai jasa transfer, jadi tidak mempengaruhi kesibukannya," ujar Surya.
"Sudah-sudah ini uangnya Ibu ambil buat tambahan biaya pernikahan Tika," Rena langsung mengambil amplop berisi uang dari tangan suaminya itu dengan cara yang sedikit kasar.
Dengan tidak sabar, Rena langsung membuka amplop itu. Mata Rena langsung membola kala melihat isinya, karena isinya ada uang lembaran seratus ribuan banyak.
"Banyak sekali uangnya," ujar Rena.
"Eka penasaran Bapak bisa punya uang itu dari mana? Bukannya Bapak selama ini gak kerja dan hanya tiduran melulu di kamar?" Tanya Eka.
"Jangan-jangan selama ini secara diam-diam Bapak kerja ya. Bapak sengaja gak memberitahu kita supaya uangnya bisa Bapak nikmati sendiri," tuduh Tika yang membuat Surya menggelengkan kepalanya dengan sikap putri bungsunya itu.
"Memangnya Bapak kerja apaan di dalam kamar ngepet? Asal kalian tau uang itu yang memberikan Arsen, katanya untuk pegangan Bapak," beritahu Surya yang membuat semuanya kaget.
"Apa Arsen yang memberikannya? Gak mungkin dia itu cuma kuli bangunan mana mungkin bisa ngasih uang sebanyak itu," ujar Eka dengan tidak percaya.
Sementara Rena gak peduli uang itu dari siapa, Rena langsung sibuk menghitung uang itu lalu disimpan di dalam saku bajunya.
"Jangan-jangan itu uang hasil nyolong lagi," duga Tika.
"Hus jangan bicara sembarangan kamu. Kalau tidak ada buktinya jatuhnya bisa fitnah," peringat Surya.
"Tapi itu semua sangat mencurigakan Pak. Coba deh Bapak pikir, dia itu cuma kerja jadi kuli bangunan, sedangkan Mbak Dela cuma jualan kue yang hasilnya gak seberapa. Gak mungkin mereka bisa ngasih Bapak uang sebanyak itu gak itu saja. Mbak Dela juga bisa ngasih uang sumbangan 5 juta yang diminta sama Ibu, terus kemarin aku juga melihat dia belanja baju-baju mahal di Mall. Uang dari mana mereka kalau gak nyolong," ujar Tika yang berasumsi begitu.
"Eh iya benar kata Tika loh," imbuh Eka.
"Kalian kok asal mengklaim kalau Arsen itu pekerja kuli bangunan. Memangnya dia pernah bilang ke kalian kalau dia itu kerjanya sebagai kuli bangunan?" Tanya Surya yang membuat Tika dan Eka jadi saling pandang, karena Arsen memang tidak pernah memberitahu soal pekerjaannya.
"Halah gak usah dikasih tau kita juga udah tau Pak. Lihatlah pakaiannya itu kucel seperti kuli bangunan, plus bawanya motor butut lagi," ujar Eka yang diangguki kepala sama Tika.
Sedangkan Surya dibuat begitu kesal dengan kedua putrinya itu. Kalau dinasihati sangat susah, maunya dengan asumsinya sendiri.