NovelToon NovelToon
Aku Kalah Dengan Yang Baru

Aku Kalah Dengan Yang Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Penyesalan Suami
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Sepuluh tahun menikah bukan menjadi jaminan untuk terus bersama. gimana rasanya rumah tangga yang terlihat adem-adem saja harus berakhir karena sang istri tidak kunjung mempunyai anak lantas apakah Aisy sanggup di madu hanya untuk mendapatkan keturunan?? saksikan kisahnya hanya di Manga Toon

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Hari-hari Aisy berjalan dengan baik, bahkan di pagi ini wanita itu mulai mempersiapkan diri untuk pelatihan, tatapannya mulai kembali segar dan berseri lagi, luka yang kemarin masih sempat menggerogoti hatinya kini perlahan mulai sirna setelah melalui berbagai macam prosesnya.

  Wanita itu menatap sejuknya udara pagi melalui jendela kamarnya, suara desis angin dan burung yang berkicau, bercampur menjadi satu sebagai simfoni alam yang menyejukkan hatinya.

  "Tuhan terima kasih atas semuanya, kau selalu mempermudah jalanku, meskipun harus berliku dan kadang berkerikil, namun itu semua terbungkus menjadi sebuah pembelajaran," ucapnya terlihat mensyukuri nikmat yang saat ini tengah dia rasa.

 Beberapa menit kemudian, Aisy tampak tenang dalam balutan kemeja putih dan hijab abu muda yang menutupi lehernya dengan anggun. Ada wibawa baru yang terpancar dari dirinya, bukan sekadar seorang wanita yang mencoba bangkit, tapi dokter muda yang kembali menjemput takdirnya.

  Seperti biasa mobil Kenny sudah berhenti di depan kontrakan kecilnya, Aisy tersenyum kecil, meskipun di sisi lain ia ada sedikit rasa sungkan, karena merasa terlalu merepotkan, namun di sisi lain ada kehangatan yang menjalar di hatinya.

  "Pagi dokter Aisy," ucapnya dengan senyum yang mengembang.

  "Pagi juga Pak Kenny," sahut Aisy lembut.

  Kenny tersenyum namun dibalik senyuman itu ada rasa yang tidak bisa ia ungkapkan entah itu hanya sekedar mengagumi atau lebih, pria itu masih belum berani untuk mengutarakannya.

  "Dok, gimana pelatihannya?" tanya Kenny.

  "Alhamdulillah lancar, dan hanya ada satu hal yang belum aku urus ..." sahut Aisy sambil membekap mulutnya sendiri.

  Hampir saja Aisy keceplosan, ingin membicarakan hal yang begitu dalam di dalam hidupnya.

  Keni menatap dengan tatapan heran seperti ada yang disembunyikan dari wanita dihadapannya itu, namun ia berusaha untuk tidak segera menanyakan biar saja waktu yang akan membukanya sendiri.

  "Maaf ya Pak Kenny," ujar Aisy.

  "Oh tidak masalah, ya sudah kita masuk," ajak Kenny.

  Aisy masuk dengan senyum kikuk, dalam hati, ia merasa lega tidak terlalu bergantung dengan Kenny, mengenai rencananya sendiri yang ingin melayangkan surat pengugatan cerainya bersama dengan Reyhan agar dirinya benar-benar terbebas dari belenggu masa lalunya.

  'Alhamdulillah aku tidak melibatkan Pak Kenny lagi, Ya Allah semoga kali ini aku bisa menghadapinya sendiri.

  Mobil pun sudah berhenti di depan rumah sakit Muara Bunda, dan di sini Aisy segera turun dari mobil Kenny, mereka berdua berjalan dan terpisah di tengah-tengah lorong menuju pusat pelatihan.

  "Pak, terima kasih banyak ya," ucap Aisy.

"Sama-sama Ais, dan selamat bertugas," ujar Kenny dengan senyum khasnya.

Pusat pelatihan pagi itu ramai dengan para dokter muda yang berlalu-lalang, sebagian masih memegang map, sebagian lagi sibuk berbincang tentang jadwal dan kasus simulasi.

Aisy melangkah perlahan, menyesuaikan langkahnya di antara kerumunan. Sekilas, rasa gugup sempat menyelinap, tapi segera ia tepis. Hari ini bukan tentang masa lalu, tapi tentang dirinya yang baru.

Ia menempati meja nomor 12, di barisan tengah ruangan, bersebelahan dengan seorang peserta wanita bernama Dira.“Baru pertama ikut pelatihan di sini?” tanya Dira ramah.

Aisy tersenyum dan mengangguk. “Iya, sebelumnya sempat vakum cukup lama.”

“Oh… berarti kamu pasti punya banyak pengalaman lapangan. Wah, enak dong bisa langsung menyesuaikan,” sahut Dira antusias.

Aisy hanya tersenyum kecil. Dalam hati, ia tahu pengalamannya tak semuanya indah. Ada luka di balik jeda panjang yang ia lalui. Tapi ia memilih diam, cukup dengan senyum hangat yang menjadi tamengnya.

Beberapa jam berlalu, sesi teori dimulai. Instruktur menjelaskan tentang penanganan kegawatdaruratan pasien trauma. Aisy mendengarkan dengan saksama, mencatat setiap detail penting di buku catatannya yang rapi.

Di sela-sela penjelasan, beberapa kali matanya beradu pandang dengan Kenny yang berdiri di sisi ruangan, sedang mengawasi jalannya kegiatan. Ia tampak profesional clipboard di tangan, wajah serius, namun ada sekilas tatapan teduh yang seolah hanya tertuju padanya.

Aisy cepat-cepat menunduk, pura-pura sibuk menulis. “Fokus, Aisy. Ini waktumu untuk bangkit, bukan waktu untuk bimbang,” gumamnya dalam hati.

Menjelang siang, sesi praktik dimulai. Para peserta diminta memeriksa manekin pasien dengan skenario darurat.

Ketika gilirannya tiba, Aisy sempat merasa tangannya bergetar. Semua mata tertuju padanya. Tapi begitu jarinya menyentuh peralatan medis, naluri lamanya seolah hidup kembali. Gerakannya tenang, presisi, dan penuh empati.

Instruktur yang memperhatikan dari belakang menatap puas. “Bagus, Dokter Aisy. Naluri dan refleksmu masih sangat baik.”

Aisy hanya menunduk pelan. “Terima kasih, Dok.”

Di sudut ruangan, Kenny tersenyum samar. Ia tahu, wanita itu sedang berjuang melawan banyak hal tapi hari ini, ia melihat seorang Aisy yang berbeda: lebih tegar, lebih yakin, dan lebih bersinar dari sebelumnya.

Saat jam pelatihan berakhir, Aisy keluar menuju taman belakang rumah sakit. Ia duduk di bangku panjang sambil membuka bekal kecil yang tadi pagi sempat ia siapkan.

Langit sore menggantung tenang. Ia menghela napas panjang, menikmati udara segar yang berhembus. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa damai.

“Terima kasih, Tuhan...” bisiknya pelan. “Aku tidak tahu akan jadi apa ke depan, tapi setidaknya hari ini... aku sudah mulai lagi.”

☘️☘️☘️☘️☘️

Siang harinya suasana terik mentari terasa begitu menyengat, Aisy duduk di kursi kantin, sambil meneguk air putih dan bekal yang sudah ia siapkan dari rumah tadi, terlihat jelas saat ini, dirinya sedang menghubungi seseorang lewat telepon genggamnya itu.

"Assalamualaikum Pak Ardi," ucap Aisy terdengar lembut.

"Walaikum salam Bu Aisy," sahut pria itu dari seberang sana.

"Pak, apa bisa besok kita bertemu?" tanya Aisy begitu mantap.

"Mau bahas apa ya Bu," sahut Ardi seorang pengacara yang Ais kenal.

"Aku mau urus surat perceraian Pak," ucap Aisy hati-hati.

"Oh begitu, tapi maaf ya Bu Ais, untuk itu aku tidak bisa membantu," ujar Ardi terdengar cukup berat.

Aisy terpaku, ia menghempaskan nafas beratnya. "Oh gitu ya Pak, baiklah kalau begitu terima kasih banyak ya sudah menyempatkan waktunya," sahut Aisy.

"Iya Bu Aisy," sahut Ardi.

Telepon sudah ditutup Aisy menatap nanar ruangan kantin yang dipenuhi oleh rekan-rekan seprofesinya, namun dibalik meja sana, tanpa sengaja Kenny mendengarkan percakapan Aisy itu.

"Oh, jadi ini ucapan yang menggantung tadi pagi," ucapnya sendiri sambil melirik ke arah Aisy yang nampak sedang murung.

☘️☘️☘️☘️

Senja mulai turun saat Aisy keluar dari pusat pelatihan. Langkahnya terasa berat, bukan karena lelah fisik, tapi karena hati yang kembali remuk. Pengacara yang ia telepon siang tadi menolak menangani kasusnya, dengan alasan yang kurang valid, namun Aisy tahu, pasti dibalik semua ini ada campur tangan Reyhan. Rasanya seperti tembok besar kembali menutup jalannya untuk benar-benar bebas.

Saat ia melangkah menuju halte, mobil Kenny melintas dan berhenti di depannya. Pria itu menurunkan kaca jendela, menatap wajah Aisy yang tampak sendu.

“Ais... kamu nggak apa-apa?” suaranya lembut, namun cukup membuat Aisy kehilangan pertahanannya. Ia hanya menggeleng pelan, senyum tipisnya gemetar.

Kenny turun, berdiri di hadapannya tanpa banyak kata. “Kadang Tuhan menunda bukan untuk menyulitkan, tapi supaya kamu nggak sendirian waktu melewati semuanya,” ucap Kenny perlahan.

Aisy terdiam, menunduk, lalu akhirnya mengangguk kecil, namun ada rasa yang membuatnya heran dengan sikap pria itu yang seolah tahu akan masalahnya.

Bersambung ....

Kasih komen ya kak ... Biar rame lapak aku ..🥰🥰🥰🥰🙏🙏🙏🙏

Oh ya minta doa ya semoga lolos 20 babnya.

1
Sasikarin Sasikarin
di tgu2 karma mantan mertua blm Jgn nongol sih... othor plese tuk karma nya
Ayumarhumah: Sabar kak setelah pendekatan Aisy dulu ya sama Kenny 🙏🙏🙏
total 1 replies
Narti Sunarti
semangat author kuuu🥰🥰💪💪 d tunggu up nya
Ayumarhumah: Iya kakak ... makasih banyak ya 🥰🥰🥰🙏🙏
total 1 replies
Mela Nurmala
double up thor..
Ayumarhumah: ini udah Double kakak 🥰🥰🥰🥰
total 2 replies
Kasih Bonda
next Thor semangat
Ayumarhumah: iya kakak makasih banyak ya
total 1 replies
Dew666
😍😍
Narti Sunarti
alhamdulillah,,, prahara dgn Reyhan akhirnya selesai,, semoga aisy bahagia🥰 lanjut Thor semangaaat💪
Ayumarhumah: iya kakak ....
total 1 replies
Dew666
🌻❤️
Kasih Bonda
next Thor semangat
Ayumarhumah: Iya Kakak ....
total 1 replies
Tasmiyati Yati
bahagia selalu aisy
Narti Sunarti
d tunggu lanjutannya thor💪💪💪🥰
Siireng Siireng
gak akan bosan kalo sering2 up kak
Kasih Bonda
next Thor semangat
Dew666
😍😍
Tasmiyati Yati
kalau ada pria mau poligami dan berjanji akan adil itu bohong tak ada manusia yg bisa adil kecuali Rosulullah
Ayumarhumah: iya kakak .... 🥰🥰🥰
total 1 replies
Aether
Klise adegan suami selingkuh tapi nuduh istri yang selingkuh
Ayumarhumah: di cerita nyata juga sering kok terjadi 😂😂😂
total 2 replies
Narti Sunarti
suasana semakin memanas senangnya hatiku,,, ayo semangat Thor d tunggu up nya💪💪💪🥰🥰🥰
Kasih Bonda
next Thor semangat
Tasmiyati Yati
jangan terlalu dekat dulu Aisy takut di gunakan senjata oleh Reyhan buat memutar balikin fakta
Kasih Bonda
next Thor semangat
Tasmiyati Yati
menjalin hubungan nya jangan sekarang nanti pihak Rayhan memutar balik fakta menuduh Aisy selingkuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!