NovelToon NovelToon
Adiwijaya Si Pendekar Kera

Adiwijaya Si Pendekar Kera

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Ilmu Kanuragan
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Abdul Rizqi

--bukan novel Horor--
--bukan novel bertema Mafia--
ini novel bertema Pendekar dan kesaktian jika tidak suka jangan di baca karena akan merugikan author jika kalian membaca tidak selesai. hargai karya orang lain.

***

Adiwijaya Bagaskoro merupakan anak yang selalu di manja kedua orang tuanya yang merupakan seorang demang di desanya. Namun penghianatan terjadi paman Adiwijaya membunuh kedua orang tua Adiwijaya dan mengambil mustika keluarga.

Adiwijaya mengejar Pamannya yang kabur ke dalam hutan hingga Akhirnya Adiwijaya bertemu dengan banyak kera dan seorang petapa sakti yang sulit mati sebelum menurunkan ketiga Ajiannya yaitu Ajian Anoman Obong, Pancasona, dan Ajian Bayu Saketi.

Bagaimana kisah Adiwijaya selanjutnya? dan akankah Adiwijaya mampu membunuh Pamannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kembali menyelamatkan orang

"Sudahlah Lastri kita kembali ke keluargamu, keluargamu yang lain pasti akan menerimamu." Ucap Adiwijaya.

"Hei pemuda kera jangan ikut campur urusan orang, jalanmu saja sudah aneh tidak perlu kamu bersimpati kepadanya." Ucap Surya Putra.

"Kamu sudah mengenal Lastri sejak kecil jika memang kamu menyukainya, maka kamu pasti akan menerima dia apa adanya dan apapun kondisinya. Aku memang orang asing tapi aku rela bersusah payah menolongnya dan membalaskan dendam kematian keluarganya, jika aku tidak menyelamatkannya kamu sudah tidak akan melihat Lastri lagi, tidakkah kamu menghargainya? Apakah aku perlu menghajarmu terlebih dahulu, agar kamu sadar bahwa kamu sudah melukai perasaan wanita." Tanya Adiwijaya sambil memainkan api di tangannya.

Menyadari bahwa ternyata pemuda lusuh ini adalah pendekar hebat, membuat Surya Putra ketakutan dia sama sekali tidak menyangka orang yang membawa Lastri adalah pendekar sakti.

Perlu di ketahui memang keberadaan pendekar di perdesaan seperti ini sangat di hormati dan di takuti. Walaupun keluarga Surya Putra keluarga terpandang namun di hadapan kekuatan sejati harta tidaklah berguna.

"Ampuni aku Tuan Pendekar, aku memang bodoh." Ucap Surya Putra.

"Minta maaflah kepada Lastri, karena di hatinya cuma ada kamu yang dia pikirkan setelah kembali ke desa Banyu Batu." Ucap Adiwijaya.

"Lastri maafkan aku, A.. Aku mengaku salah tidak seharusnya aku mengatakan hal seperti itu kepadamu." Ucap Surya Putra.

"Iya kang aku memaafkanmu, aku tidak akan memaksa kakang jika kakang sudah tidak mencintaiku." Ucap Lastri.

Lastri kemudian menatap Adiwijaya, "Kang Adi, aku ingin ikut kamu mengembara." Ucap Lastri.

Adiwijaya terkejut mendengarnya, tanpa di sadari Adiwijaya sudah membuat Lastri berhutang nyawa kepadanya.

"Tidak Lastri, hidupku penuh dengan bahaya kamu hanya akan mati di luar sana, aku juga tidak bisa mengajakmu mengembara karena hampir setiap hari aku bertarung untuk mempertahankan nyawa." Ucap Adiwijaya.

Lastri mengerti apa yang di maksud Adiwijaya dia tidak berani membantah omongan itu karena memang ada benarnya.

"Lastri, aku yakin surya putra kekasihmu masih mau menerimamu, jika dia menelantarkanmu aku sendiri yang akan membunuhnya, aku sudah memasang mantra di tubuhmu aku bisa tahu jika Surya Putra menyakitimu maka aku akan langsung datang dan membunuhnya." Bohong Adiwijaya.

Sontak Lastri dan Surya Putra terkejut.

"Tuan Pendekar, aku pasti akan merubah sikapku, aku pastikan Lastri bahagia hidup bersamaku." Ucap Surya Putra panik.

"Bagus kalau begitu, aku juga harus pergi dari sini. Ingat pesanku Surya Putra jangan sekalipun buat Lastri bersedih atau aku akan datang lagi dan membunuhmu." Ucap Adiwijaya yang menakut-nakuti Surya Putra. Adiwijaya sendiri tidak memasang mantra apapun di tubuh Lastri itu hanya akal-akalan Adiwijaya saja.

Surya Putra menganggukan kepalanya mendengar ucapan Adiwijaya, Surya Putra dan Lastri kembali akur karena memang mereka berdua sejatinya saling mencintai hanya saja Surya Putra tadi kecewa karena kesucian Lastri di renggut Ki Kelabang Wungu.

"Aku sangat Berhutang budi kepada kakang Adi." Ucap Lastri kepada Surya Putra.

"Maafkan aku Lastri, tidak seharusnya aku mengecewakanmu, apa yang di katakan Tuan Pendekar memang benar jika memang aku tulus mencintaimu maka aku akan menerimamu apa adanya. Aku janji akan menikahimu dan kita akan hidup bahagia." Ucap Surya Putra.

Adiwijaya pergi meninggalkan rumah Surya Putra, setelah di takut-takuti Adiwijaya sendiri sangat yakin bahwa Surya Putra pasti akan menepati janjinya, walau bisa di katakan bohong itu salah.

"Aku yakin sekali kelak desa ini akan maju dan semakin ramai." Ucap Adiwijaya setelah meninggalkan desa Banyu Batu.

Adiwijaya melanjutkan perjalanannya dia kembali berada di hutan belantara dan perkebunan. Siapa sangka dia tiba di sebuah gubuk tidak berpenghuni, di sana dia berteduh karena tiba-tiba hujan perutnya juga terasa cukup lapar, Adiwijaya sedikit kesal mengapa dia bisa selalu lapar ketika menggunakan kesaktiannya.

Tiba-tiba Adiwijaya melihat seorang pria paruh baya yang berjalan sempoyongan menghampirinya dan meminta pertolongan. Dia meminta tolong untuk menyelamatkan anaknya.

"Tuan selamatkan anak saya." Ucap Pria itu dengan nafas ngos-ngosan.

"Selamatkan dari apa, ki?" Tanya Adiwijaya..

"Ada siluman Pohon yang menculik anak saya di hutan!" Jawab pak tua itu.

"Siluman pohon?" ulang Adiwijaya Dia bertanya-tanah dalam hatinya.

"Benar tuan, tolong aku. Tempatnya tidak jauh dari sini." Ucapnya.

Adiwijaya bergegas menuju ke hutan wilayah desa Banyu Batu. Dia melihat sosok pohon besar dengan akar-akar yang mencuat bahkan siluman Pohon itu memiliki mata, hidung dan mulut di batangnya.

Grrrraaaarrrr!!!

Raung siluman Pohon itu.

"Lepaskan anak itu siluman!" Ucap Adiwijaya.

"Beraninya kalian para manusia menganggukku!" Ucap Siluman Pohon itu.

"Lepaskan anak itu, pohon tidak memakan manusia pohon hanya menyerap air! Jadi lepaskan anak itu atau aku akan menghanguskanmu!" Ancam Adiwijaya.

Adiwijaya langsung mengeluarkan Ajian Anoman Obong namun apinya langsung padam karena air hujan.

"Aku tidak bisa menggunakan ajian Anoman Obong karena hujan, terpaksa jurus kera saja." Batin Adiwijaya.

Adiwijaya mengangkat batu besar di dekatnya dan melemparkannya ke batang siluman Pohon itu. Namun dengan cepat akar-akar siluman Pohon itu menjerat batu besar yang melesat hingga berhenti.

Adiwijaya kemudian mengambil parang yang masih tersarung di pinggang pria paruh baya itu.

"Ki menyingkirlah terlebih dahulu." Ucap Adiwijaya.

Pria Paruh Baya itu mengangguk.

Sring!

Adiwijaya menghunuskan parang itu.

Adiwijaya melesat dengan sangat cepat menuju ke siluman Pohon itu, dia bergerak lincah melewati setiap akar yang hendak melilitnya seolah Adiwijaya adalah kera.

Slash!

Slash!

Slash!

Sesekali Adiwijaya akan memotong akar-akar yang menghalangi jalannya dengan parang yang dia pegang. Banyaknya akar, kuatnya angin dan derasnya Air hujan benar-benar tidak bisa menghentikan atau memperlambat gerakan lincah dari Adiwijaya.

Akar besar mencuat dari mulut siluman Pohon itu, dengan Cepat Adiwijaya melompat menghindari akar besar itu karena mustahil untuk Adiwijaya potong. Secara tidak sengaja parang di genggaman Adiwijaya lepas dan mencelat ke udara karena Adiwijaya melompat. Adiwijaya masih bisa tenang, dia kemudian bersalto dan menendang parang itu.

Parang itu melesat dengan cepat menuju mata dari siluman Pohon itu.

Crok!

"Arrrgghhh!!! Sakit mataku!" Teriak siluman Pohon itu.

Kini fokus siluman Pohon itu terpecah. Memanfaatkan hal ini Adiwijaya bergelantungan dan melompat menuju akar yang menjerat anak dari pria paruh baya itu.

Adiwijaya menarik paksa anak itu hingga akar yang melilitnya terlepas.

"Ayo ki, kita segera pergi dari sini." Ucap Adiwijaya sambil menggendong anak dari pria paruh baya itu yang pingsan karena ketakutan.

Mereka bertiga segera pergi menjauh dari siluman Pohon yang masih kesakitan karena matanya tertancap parang.

Mereka bertiga kembali ke gubuk itu.

"Apakah Tuan tidak apa-apa?" Tanya Pria Paruh Baya itu.

"Aku tidak apa-apa ki." Jawab Adiwijaya.

"Ayo tuan mampir ke rumahku, aku punya beberapa pakaian dan makanan sebagai tanda terimakasihku kepada Tuan."

"Terimakasih ki, kebetulan aku juga lapar." Adiwijaya tidak menolak karena memang dia lapar.

Akhirnya ketiga orang itu kembali ke desa Banyu Batu.

1
neni nuraeni
wiiiih mantaap
Aqlul /aqlan
lnjut
neni nuraeni
hebaaat
neni nuraeni
lnjut
Aqlul /aqlan
dah sehari cek kok blm up thor...
Y. Haryadi
lanjut
neni nuraeni
alah Aya si gelo...Adi Aya si gelo mahesapati di tukang ppsan jg Ki Joko,ayo Adi podran tuh si mahesapati
Aqlul /aqlan
lnjutkn...
neni nuraeni
walaah ati" adi
Was pray
sudah lebih baik perangai Adiwijaya, otak manusianya sudah dipakai bukan otak kera....lanjut
Was pray
sudah lebih baik perangai Adiwijaya, otak manusianya sudah dipakai bukan otak kera....lanjut
Aqlul /aqlan
lnjut...
Was pray
kita lihat dulu pertumbuhan dan perkembangan MC nya masih jadi jiwa egois , tempramental apa udah jadian insan yg lurus, baru kasih b5
Aqlul /aqlan
heeemmm.....lnjut
neni nuraeni
semoga sja Adi tidak esmosi lgi,lnjut thor
Was pray
kita lihat Adi tetap berjiwa hewan atau berjiwa manusia setelah berlatih di bawah bimbingan srimulyani
Aqlul /aqlan
joosss sdh dilatih pasti lbih tenang...lnjut
Was pray
yah.....Adiwijaya kesaktian baru Segede upil udah merasa paling sakti seantero jagad, MC nya kokk jadi tolol sih?
Was pray
yah.....Adiwijaya kesaktian baru Segede upil udah merasa paling sakti seantero jagad, MC nya kokk jadi tolol sih?
Aqlul /aqlan
novel si cantik(puspa) kok dah nggak up thor apa macet kna demo... trmksh...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!