NovelToon NovelToon
Iparku

Iparku

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Beda Usia / Keluarga / Romansa / Sugar daddy
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Khozi Khozi

"mbak meli ,besar nanti adek mau sekolah dikota smaa mbak "ucap lita yang masih kelas 1 SMP
" iya dek kuliahnya dikota sama mbak "ucap meli yang sudah menikah dan tinggal dikota bersama suaminya roni.

apakah persetujuan meli dan niat baiknya yang ingin bersama adiknya membawa sebuah akhir kebahagiaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khozi Khozi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 4 sahabat lita

Mereka berdua bergegas menuju taman belakang sekolah, tempat yang sepi dan jauh dari pandangan guru.

"Lita, naik ke pundak aku dulu. Pas kamu lempar tas ke atas," bisik Arya cepat.

Lita mendengus sambil menjejak kakinya, “Setiap berangkat sama lo, selalu harus manjat begini. Berasa kayak monyet.”

“Udah, diem. Jangan berisik. Nanti ada yang dengar,” potong Arya sambil melirik kanan-kiri.

Arya berjongkok sedikit. “Cepetan, sini naik.”

Lita perlahan menapakkan kakinya ke punggung Arya, tubuhnya sedikit bergetar menahan keseimbangan. Tangannya mengayun, melempar tas melewati pagar, lalu menunduk mencari tanda-tanda keberadaan guru. Aman Dengan napas yang ditahan, Lita berjongkok sebentar, lalu meloncat dari atas bahu Arya. Kakinya mendarat ringan di tanah. Gerakan itu luwes, nyaris tanpa suara—hasil latihan diam-diam mereka setiap pagi.

“cepetan giliran lo yang lompat !” seru Lita sambil menahan napas.

Dengan gerakan luwes, Arya menjejak tembok dan melompat, tubuhnya nyaris tak terdengar saat mendarat di sisi lain pagar. Tanpa banyak bicara, mereka berjalan cepat namun hati-hati menuju kelas yang berada di pojok gedung sekolah.

Untung saja, kelas itu kosong—guru belum datang. Napas mereka masih terengah ketika Lita dan Arya duduk di kursi

Mengingat masa lalu, Lita tersenyum tipis. Dulu mereka sempat dipisahkan ke kelas yang berbeda, tapi Arya menolak mentah-mentah. Bahkan, ia rela menyogok gurunya demi tetap satu kelas dengan Lita. Memang, sepasang sahabat ini terkenal selalu datang mepet bel.

“Lita, mending lu berangkat sama Rian deh, biar nggak telat terus,” celetuk Amel sambil menggeleng.

“Saat-saat begini lu malah nyuci otaknya Lita,” balas Arya, menyipitkan mata.

“Woy, nggak sadar diri? Lu yang nyuci otaknya Lita,” timpal Amel cepat, nada suaranya setengah bercanda tapi penuh sindiran.

“Eh, gurunya udah mau masuk, jangan berisik,” bisik Rai, ketua kelas, sambil memberi kode dengan tangannya.

Pintu kelas terbuka perlahan. “Selamat pagi semuanya,” sapa Bu Nisa dengan senyum hangat.

“Pagi, Bu!” jawab seluruh murid serempak, meski ada yang masih setengah menguap.

“Baik, sekarang kita mulai pelajaran Bahasa Indonesia. Topik hari ini: kaidah kebahasaan,” ucap Bu Nisa sambil menuliskan judul besar di papan tulis, Ia lalu mulai menjelaskan, suaranya tenang tapi tegas, sementara sebagian murid sibuk mencatat dan sebagian lain berusaha menahan kantuk.

Waktu terasa berjalan lambat, namun akhirnya suara bel istirahat memecah keheningan—kringgg!

“Materinya sampai sini dulu, kalian bisa beristirahat,” kata Bu Nisa sambil menutup buku dan melangkah keluar kelas.

“Terima kasih, Bu!” sahut Rai dengan nada resmi, diikuti beberapa murid lainnya.

Amel langsung menoleh ke Lita, matanya berbinar. “Lit, ayo ke kantin. Gue udah lapar banget,” ajaknya sambil meraih tas kecilnya.

"sebentar, arya kamu mau ke kantin gak?" ucap lita

" kamu duluan aja, aku masih ngantuk" jawab arya menaruh kepalanya dimeja lagi dengan mata yang terpejam

"kita ke kantin sekarang arya gk ikut " ucap meli sebelum itu mengeluarkan bekal makan untuk membawanya dikantin

"tumben nih bawa bekel dari siapa tuh" goda amel

" dari mbak meli toh, kamu kira dari siapa" ucap lita penasaran

" aku kira dari arya , mbakmu pulang kapan toh "? ucap amel

" makanya jangan sok tau dulu " ucap meli heran yang dipikirkan sahabatnya tentang dirinya dan arya yang seperti kekasih

"iya,tapi jawab dulu ngapa " tanya amel

“Iya, Mbak Meli udah pulang,” ujar Lita santai saat mereka tiba di kantin yang riuh oleh suara siswa. Aroma gorengan bercampur kopi sachet memenuhi udara

Lita langsung meneliti ruangan, matanya mencari kursi kosong. Sementara itu, Amel sudah melangkah ke meja pemesanan untuk membeli minuman.

Akhirnya, Lita menemukan kursi kosong di pojok dekat jendela. Ia duduk, membuka kotak bekalnya perlahan—aroma nasi hangat dan lauk rumahan membuatnya tersenyum kecil.

“Nih, minumnya. Jangan sampai keselek,” kata Amel sambil meletakkan gelas plastik dingin di depan Lita.

Lita hanya mengangguk, meneguk sedikit.

“Lit, lo tuh beruntung banget, lho,” ujar Amel tiba-tiba, nada suaranya setengah bercanda tapi ada irinya iri. “Kakak ipar lo ganteng, banyak duit lagi. Kalau gue yang jadi lo… udah gue porotin abis-abisan.”

Lita mendengus sambil tersenyum miring, “Dasar lo, Mel…”

“Udah sana makan, biar nggak ngantri,” kata Lita sambil menatap Amel yang masih asyik mengoceh.

“Tapi beneran, kakak ipar lo itu…” Amel mencondongkan tubuh, berbisik dramatis, “Hot! gantengnya nggak main-main.”

Lita mengangkat bahu. “Biasa aja sih menurut gue.”

Belum sempat Amel membalas, sebuah suara muncul tepat di belakang Lita.

“Kalian berdua ngomongin apa, nih?” tanya seseorang sambil menaruh nampan berisi nasi goreng dan segelas es teh di meja.

Amel sontak menoleh. “Astaga, tiba-tiba nongol nih bocah!”

Rian memutar matanya sambil menarik kursi. “Bocah apaan? Gue lebih tua dari lo, tahu! Enak aja dibilang bocah.”

Amel hanya nyengir, sementara Lita menahan tawa melihat keduanya berantem

"gue mau ke kelas nih kalian mau ikut atau nyusul " ucap lita

" bareng aja sekalian,"ucap rian mereka bertiga berjalan menuju kelas lita diantara sahabatnya rian yang berbeda kelas sendiri karna dia kelas unggulan

Kelas itu sunyi. teman temanya sudah dilapangan menonton pertandingan bola basket .

Hanya Arya yang masih terlelap di bangkunya, kepala terkulai, napas teratur seperti sedang mencoba kabur dari kenyataan lewat mimpi.

“Arya, bangun. Lo nggak makan?” suara Lita pelan , kini duduk di kursi sebelahnya.

“Nanti... gue makan,” jawab Arya setengah sadar, matanya hanya terbuka sepersekian detik sebelum kembali terpejam.

“Duh, malah tidur lagi nih anak,” gumam Rian sambil menggeleng.

“Biarin aja... mungkin dia capek kerja,” sahut Lita lirih.

Ya, Arya memang bekerja. Bukan sekadar kerja paruh waktu anak SMA biasa—tapi kerja untuk menghidupi adik dan keluarganya.

Sejak kelas 1 SMA, hidupnya berubah total. Semuanya bermula ketika ayahnya memilih meninggalkan mereka, lari bersama seorang janda yang kemudian dinikahinya. Sejak itu, keluarga Arya dibiarkan seperti tidak dipedulikan lagi .

Rian, kamu ke kantin, beliin makanan buat dia. Bangun nanti ,” ucap Lita cepat, nadanya setengah memerintah sambil melirik Arya yang masih terlelap.

“Kenapa nggak dari tadi beli pas dikantin , sih?” sahut Rian, nada suaranya terdengar kesal.

“Cerewet banget, tinggal nurut aja,” potong Amel sambil melipat tangan di dada, matanya tajam menatap Rian.

“Gue ya disuruh… malah kena marah juga,” gerutu Rian, tapi kakinya tetap melangkah keluar kelas. meski.bibirnya masih komat kamit tidak jelas , namun tetap menuruti.

"lita dilihat² kasian juga nih temen kita " ucap amel menatap Arya sedih

" otak bapaknya didengkul kali ya , ora waras "

" gue juga kasihan sih tapi dia pinter nutupin kesedihannya sama kita² "ucap lita

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!