Pangeran Dari kerajaan Vazkal tiba-tiba mendapatkan sistem auto pilot saat kerajaannya diserang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kekuatan yang diakui
Sistem autopilot, sebuah kecerdasan buatan yang bersemayam dalam benak Pangeran Sekya, senantiasa memberikan bantuan yang tak terhingga kepada sang pangeran dalam setiap proses pelatihan pasukannya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa dalam kurun waktu yang relatif singkat, kekuatan militer Kerajaan Vazkal telah mencapai tingkat yang sungguh mengagumkan, jauh melampaui ekspektasi sebelumnya.
Pangeran Sekya berdiri tegak di puncak menara pengawas yang menjulang tinggi. Pandangannya menyapu luas ke arah pasukannya yang sedang berlatih di bawah sana. Sebuah senyum tipis, penuh rasa bangga, terukir jelas di sudut bibirnya.
Ia masih ingat betul, bagaimana dulu mereka hanyalah sekelompok prajurit yang diliputi keraguan dan memiliki tingkat pelatihan yang masih sangat minim. Namun, kini, dengan mata kepalanya sendiri, ia menyaksikan setiap gerakan mereka yang begitu presisi. Seolah-olah mereka adalah bagian dari sebuah mesin perang yang dirancang dengan sangat sempurna.
Suara dentingan pedang yang saling beradu dan teriakan aba-aba yang lantang terdengar serentak, mengisi seluruh penjuru udara pagi yang masih terasa dingin.
"Sistem," bisiknya pelan dalam hati, suaranya nyaris tak terdengar, "mereka semua telah mencapai tingkat kekuatan yang sangat memuaskan. Jadi, apa yang harus kita lakukan selanjutnya untuk terus mengembangkan kemampuan mereka?"
{Analisis data yang telah kami kumpulkan dengan cermat menunjukkan bahwa tingkat moral dan kekompakan di antara seluruh anggota pasukan telah mencapai titik optimal yang sangat baik}, suara sistem itu menjawab. Nadanya tetap datar dan tanpa emosi, namun informasi yang disampaikannya begitu jelas dan lugas.
{Meskipun demikian, masih terdapat potensi yang sangat besar untuk peningkatan lebih lanjut yang dapat kita raih. Integrasi taktik perang modern yang lebih kompleks dan pelaksanaan latihan simulasi pertempuran dalam skala besar akan menyempurnakan kemampuan mereka secara signifikan.}
Pangeran Sekya mengangguk perlahan, sebuah tanda persetujuan atas apa yang dikatakan sistem. Ia sangat menyadari bahwa kekuatan yang dimiliki pasukannya saat ini tidak hanya berasal dari otot dan pedang yang mereka genggam. Melainkan juga dari pikiran yang telah terkoordinasi dengan sangat baik, semua berkat bimbingan dan arahan yang diberikan oleh sistem.
Ia telah menjadi saksi mata bagaimana sistem itu dengan cermat mengidentifikasi setiap kelemahan yang dimiliki oleh setiap prajurit. Kemudian, sistem merancang program latihan yang disesuaikan secara individual, memperbaiki setiap gerakan mereka hingga mencapai kesempurnaan, dan menanamkan strategi perang yang efektif langsung ke dalam benak mereka.
"Baiklah, Sistem," jawab Pangeran Sekya dengan tegas. "Aku ingin kau segera mempersiapkan simulasi pertempuran terbesar yang pernah ada dalam sejarah kerajaan ini. Aku ingin mereka menghadapi skenario terburuk yang bisa terjadi, seolah-olah musuh sudah benar-benar berada di hadapan mata, siap menyerang kapan saja."
Beberapa hari kemudian, lapangan latihan utama yang luas telah diubah sepenuhnya menjadi sebuah medan perang mini yang sangat realistis. Berbagai rintangan buatan yang menantang, target-target bergerak yang menyerupai musuh, dan bahkan ilusi optik yang diciptakan dengan memanfaatkan teknologi sederhana, semuanya dirancang secara detail untuk meniru kondisi pertempuran yang sesungguhnya.
Para prajurit, yang kini mengenakan seragam baru dengan lambang Kerajaan Vazkal yang gagah tersemat di dada mereka, tampak sangat bersemangat dan penuh antusiasme.
"Dengarkan baik-baik, kalian semua!" Pangeran Sekya berseru, suaranya menggelegar dan memecah keheningan yang sempat menyelimuti, menarik perhatian seluruh prajurit. "Ini bukanlah sekadar latihan biasa. Ini adalah sebuah ujian sejati yang akan mengukur kemampuan kalian."
"Anggaplah setiap rintangan yang kalian hadapi adalah musuh yang harus dikalahkan, dan setiap bayangan yang muncul adalah ancaman yang nyata. Bergeraklah sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan, lindungi rekan-rekan kalian dengan segenap jiwa, dan jangan pernah sekalipun menyerah!"
{Aktifkan mode simulasi. Prioritaskan adaptasi yang cepat terhadap perubahan situasi dan pengambilan keputusan yang tepat di bawah tekanan yang sangat tinggi}, sistem itu berbisik dalam benak Pangeran Sekya, memberikan panduan yang sangat jelas dan terarah.
Simulasi pun dimulai. Para prajurit bergerak dengan sangat sigap dan cekatan, menerapkan setiap pelajaran yang telah mereka serap selama pelatihan. Mereka melompati parit dengan mudah, merangkak di bawah kawat berduri dengan lincah, dan melumpuhkan target dengan akurasi yang sungguh memukau.
Pangeran Sekya menyaksikan semua itu dengan perasaan bangga yang meluap-luap, melihat bagaimana setiap unit bekerja sama dengan sangat baik, mengatasi setiap tantangan yang dilemparkan sistem kepada mereka.
Namun, di tengah semua kemajuan dan kehebatan itu, Pangeran Sekya tidak bisa mengabaikan bisikan kecil yang terus mengusik hatinya. Kekuatan ini, kecepatan yang luar biasa ini, semuanya terasa begitu... mudah untuk dicapai.
Ia mulai bertanya-tanya dalam hati, apakah ia masih seorang pemimpin sejati yang memegang kendali penuh, ataukah ia kini hanyalah sebuah pion yang bergerak sesuai dengan arahan sistem? Pertanyaan itu terus menghantuinya, menjadi sebuah bayangan kecil yang menyelimuti kemenangan besar yang telah mereka raih.
"Yang Mulia," Jenderal Nisan mendekat, napasnya sedikit terengah-engah setelah mengawasi jalannya simulasi yang intens. "Ini sungguh luar biasa. Saya tidak pernah membayangkan bahwa pasukan kita bisa mencapai level kemampuan seperti ini. Mereka bergerak seperti... seperti bayangan yang tak terlihat."
Pangeran Sekya menoleh, menatap jenderal itu dengan tatapan yang tenang. "Ini semua adalah hasil dari kerja keras mereka yang tak kenal lelah, Jenderal. Dan tentu saja, berkat metode pelatihan baru yang telah kita terapkan dengan sangat efektif." Ia memilih setiap kata-katanya dengan sangat hati-hati, memastikan rahasia keberadaan sistem itu tetap terjaga dengan aman.
"Tapi, Yang Mulia," Jenderal Legium menimpali, alisnya berkerut dalam, menunjukkan kebingungan yang mendalam. "Ada sesuatu yang terasa berbeda. Mereka tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga memiliki pemahaman taktis yang sangat cepat. Seolah-olah mereka bisa membaca setiap pikiran musuh sebelum musuh itu sendiri bergerak."
Pangeran Sekya hanya tersenyum tipis, sebuah senyuman yang penuh rahasia. Ia tahu persis mengapa hal itu bisa terjadi. Sistem autopilot tidak hanya melatih kemampuan fisik para prajurit, tetapi juga secara cerdas memprogram pikiran mereka, menanamkan pola pikir strategis yang sangat efisien dan efektif.
{Simulasi telah selesai. Tingkat keberhasilan yang tercatat adalah sembilan puluh lima persen. Dengan demikian, pasukan kini telah siap sepenuhnya untuk menghadapi setiap ancaman eksternal yang mungkin datang}, suara sistem itu mengumumkan, mengakhiri sesi latihan yang panjang.
Pangeran Sekya menatap pasukannya yang kini telah berkumpul, wajah mereka memancarkan kebanggaan yang mendalam bercampur dengan kelelahan yang nyata. Mereka adalah bukti hidup dari kekuatan luar biasa yang dimiliki sistem itu. Namun, ia juga sangat menyadari bahwa kekuatan yang besar selalu datang bersama dengan tanggung jawab yang jauh lebih besar. Ia harus memastikan bahwa kekuatan ini akan selalu digunakan untuk melindungi rakyatnya, bukan untuk menindas atau menyalahgunakannya.
Pada suatu sore, setelah menjalani sesi latihan yang sangat intensif, Pangeran Sekya berdiri tegak di tengah lapangan yang luas. Pandangannya tertuju pada ratusan prajuritnya yang kini tampak jauh lebih tangguh dan terlatih. Tiba-tiba, sebuah ide melintas begitu saja di benaknya, sebuah dorongan kuat untuk menguji batas kemampuan sistem dan juga dirinya sendiri.
"Sistem," panggilnya dalam hati, suaranya penuh tekad, "aku ingin menguji kemampuan penuhmu. Aku ingin berduel dengan seluruh prajuritku secara bersamaan. Apakah hal itu mungkin untuk dilakukan?"
Hening sejenak menyelimuti, hanya suara napas Pangeran Sekya yang terdengar. Kemudian, suara sistem itu terdengar, nadanya tetap datar seperti biasa, namun kali ini ada jeda yang tidak biasa sebelum merespons.
{Secara teoritis, hal itu memang mungkin untuk dilakukan. Sistem dapat mengoptimalkan setiap gerakanmu untuk menghadapi banyak lawan sekaligus. Namun, terdapat faktor lain yang harus dipertimbangkan dengan sangat serius.}
Pangeran Sekya mengernyitkan dahi, dahinya berkerut dalam. "Faktor apa yang kau maksud?" tanyanya, penasaran.
{Stamina fisikmu, Pangeran Sekya}, sistem itu menjelaskan dengan sangat rinci. {Meskipun Sistem memiliki kemampuan untuk mengendalikan setiap gerakanmu dengan sempurna, tubuh fisikmu memiliki batasan energi yang tidak dapat diabaikan. Menghadapi ratusan prajurit secara terus-menerus dalam sebuah pertarungan akan menguras staminamu dengan sangat cepat, jauh melebihi batas kemampuan manusia biasa.}
"Aku mengerti," Pangeran Sekya menjawab, ada sedikit nada kekecewaan dalam suaranya. "Tapi aku tetap ingin mencobanya. Aku harus tahu seberapa jauh batas kemampuanku, dan seberapa besar sistem ini benar-benar bisa membantuku dalam situasi ekstrem."
{Baiklah. Sistem akan segera mengaktifkan mode pertarungan ekstrem. Prioritaskan efisiensi energi dalam setiap gerakan dan lakukan serangan yang melumpuhkan lawan dengan cepat}, sistem itu akhirnya menyetujui permintaan Pangeran Sekya.
Pangeran Sekya kemudian mengumumkan tantangannya kepada seluruh prajurit. Pada awalnya, mereka tampak ragu dan enggan, tidak ingin melukai pangeran mereka yang sangat mereka hormati. Namun, Pangeran Sekya berhasil meyakinkan mereka bahwa ini adalah bagian dari latihan, sebuah ujian penting untuk mengukur kekuatan dan kemampuan mereka.
Pertarungan pun dimulai. Ratusan prajurit menyerbu Pangeran Sekya dari segala arah, membentuk lingkaran yang rapat. Namun, Pangeran Sekya bergerak dengan kecepatan yang sungguh tidak masuk akal, nyaris tak terlihat oleh mata telanjang.
Ia meliuk dengan lincah, menghindari setiap serangan, dan melumpuhkan lawan-lawannya dengan gerakan yang sangat presisi. Setiap tendangan dan pukulan yang ia lancarkan tepat sasaran, membuat para prajurit terhuyung dan jatuh tak berdaya tanpa bisa memberikan perlawanan yang berarti.
Sistem autopilot bekerja dengan sangat luar biasa, menganalisis setiap gerakan lawan, memprediksi arah serangan mereka, dan memberikan respons yang sempurna dalam sepersekian detik.
Pangeran Sekya adalah badai yang tak terbendung di tengah lapangan. Puluhan prajurit tumbang dalam hitungan menit, tergeletak di tanah. Ia bergerak seperti bayangan, tidak bisa disentuh, tidak bisa dihentikan oleh siapa pun.
Para prajurit yang masih berdiri mulai saling pandang, keheranan terpancar jelas di wajah mereka. Mereka tidak pernah menyaksikan kemampuan bertarung yang sedemikian rupa.
"Luar biasa!" teriak Jenderal Nisan, matanya membelalak kagum. "Dia... dia benar-benar tak terkalahkan!"
Namun, di tengah semua kehebatan yang ia tunjukkan, Pangeran Sekya mulai merasakan tubuhnya berteriak, memohon untuk berhenti. Napasnya memburu dengan cepat, keringat membanjiri seluruh wajahnya, dan otot-ototnya terasa kaku dan nyeri.
Sistem masih terus memberinya instruksi yang sempurna, tetapi tubuhnya tidak bisa lagi mengikutinya dengan kecepatan dan ketepatan yang sama. Setiap gerakan terasa semakin berat dan melelahkan.
{Stamina pengguna menurun drastis. Efisiensi gerakan menurun secara signifikan. Disarankan untuk segera menghentikan simulasi}, suara sistem itu memperingatkan, nadanya kini terdengar sedikit lebih mendesak dan khawatir.
Pangeran Sekya mencoba terus bergerak, memaksakan diri, tetapi kakinya terasa seperti timah yang sangat berat. Ia meleset dari satu serangan, lalu terhuyung saat mencoba menghindari serangan yang lain.
Ia tahu, sistem itu memang luar biasa, mampu melakukan hal-hal yang tak terbayangkan. Namun, ia tetaplah manusia, dengan batasan fisik yang nyata dan tidak bisa ditembus. Ia tidak bisa lagi mempertahankan kecepatan dan presisi yang sama seperti di awal pertarungan.
"Hentikan!" Pangeran Sekya akhirnya berseru, suaranya serak dan terengah-engah, nyaris tidak terdengar. Ia terjatuh berlutut, mencoba mengatur napasnya yang tidak beraturan.
Para prajurit segera menghentikan pertarungan, berlari mendekat dengan wajah penuh kekhawatiran. Pangeran Sekya mengangkat tangannya, memberikan isyarat bahwa ia baik-baik saja, meskipun seluruh tubuhnya terasa seperti baru saja dihantam badai yang sangat dahsyat.
"Kalian... kalian semua sangat kuat," katanya, mencoba tersenyum di tengah kelelahan yang luar biasa. "Aku... aku sangat bangga pada kalian semua."
{Simulasi telah dihentikan. Pengguna mencapai batas fisik maksimal. Data stamina telah dicatat untuk analisis lebih lanjut}, sistem itu mengumumkan, mengakhiri sesi uji coba yang sangat melelahkan itu.
Pangeran Sekya tahu, ia telah menemukan batas baru dalam dirinya. Sistem autopilot memang luar biasa, mampu mengubahnya menjadi seorang petarung yang tak terkalahkan. Namun, ia tetaplah seorang manusia, dengan batasan fisik yang nyata dan tidak bisa diabaikan.
Ini adalah pelajaran yang sangat penting, bahwa teknologi adalah sebuah alat yang sangat kuat, tetapi kekuatan sejati juga membutuhkan keseimbangan dan pemahaman yang mendalam akan diri sendiri.
Malam itu, Pangeran Sekya kembali merenung dalam kesunyian kamarnya yang temaram. Ia duduk di dekat jendela, pandangannya terarah pada bintang-bintang yang berkelip indah di langit yang gelap gulita. Peristiwa duel melawan pasukannya masih terbayang jelas dalam benaknya, seolah baru saja terjadi.
Ia telah melihat dengan mata kepalanya sendiri betapa luar biasanya sistem itu, tetapi pada saat yang sama, ia juga merasakan batasan yang dimiliki oleh dirinya sendiri sebagai seorang manusia.
"Sistem," bisiknya pelan, suaranya nyaris berbisik, "aku sudah memahaminya sekarang."
{Memahami apa yang kau maksud, Pangeran Sekya?}, suara sistem itu bertanya, nadanya seperti biasa, datar dan tanpa emosi.
"Kau bukan boneka yang mengendalikanku," Pangeran Sekya menjelaskan, suaranya kini penuh keyakinan yang mendalam dan tak tergoyahkan. "Kau adalah kekuatanku yang baru. Kau adalah perpanjangan dari diriku sendiri, sebuah alat yang sangat canggih yang membantuku mencapai potensi maksimal yang selama ini tersembunyi."
"Aku masih Sekya yang sama, hanya saja kini aku memiliki kemampuan yang jauh lebih besar dan tak terbayangkan sebelumnya."
Hening sejenak menyelimuti ruangan, seolah sistem itu sedang memproses setiap pernyataan yang diucapkan oleh Pangeran Sekya.
{Analisis menunjukkan bahwa tingkat pemahaman pengguna telah meningkat secara signifikan. Ini merupakan perkembangan yang sangat positif dan patut diapresiasi}, sistem itu akhirnya merespons, nadanya tetap datar namun ada kesan persetujuan.
Pangeran Sekya mengepalkan tangannya dengan kuat. Sebuah tekad baru yang membara kini menyala di dalam dirinya. Ia tidak lagi merasa takut atau ragu akan kekuatannya. Ia memiliki alat yang luar biasa di sisinya, dan ia berjanji akan menggunakannya untuk tujuan yang mulia, demi kebaikan kerajaannya.
"Dengan kekuatan ini," katanya, menatap pantulan dirinya sendiri di permukaan jendela yang gelap, "aku akan mengubah masa depan Kerajaan Vazkal menjadi lebih baik. Aku akan menjadikannya tempat yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih aman bagi semua rakyatku yang tercinta."
"Aku tidak akan membiarkan keraguan menghambat langkahku lagi, tidak akan pernah."
Ia tahu, perjalanan yang terbentang di hadapannya masih sangat panjang, penuh dengan tantangan yang belum terbayangkan. Namun, dengan sistem autopilot yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya, dan pemahaman baru tentang hubungannya dengan kekuatan itu, Pangeran Sekya merasa siap menghadapi apa pun yang akan datang. Ia adalah pangeran, dan kini ia memiliki kekuatan serta tekad untuk mewujudkan setiap mimpinya demi masa depan kerajaannya.