NovelToon NovelToon
Transmigrasi Aziya

Transmigrasi Aziya

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Transmigrasi / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: lailararista

Aziya terbangun di tubuh gadis cupu setelah di khianati kekasihnya.

Untuk kembali ke raganya. Aziya mempunyai misi menyelesaikan dendam tubuh yang di tempatinya.

Aziya pikir tidak akan sulit, ternyata banyak rahasia yang selama ini tidak di ketahuinya terkuak.

Mampukah Aziya membalaskan dendam tubuh ini dan kembali ke raga aslinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lailararista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa yang aneh

Aziya memberhentikan mobilnya ditepi jalan yang kelihatan sunyi. Hanya satu-dua kendaraan yang lewat, tapi Aziya sama sekali tidak takut.

Aziya menyandarkan punggungnya kasar kejok mobil. Ia mengusap pelan keningnya dengan mata terpejam.

Ia harus melakukan sesuatu. Tidak mungkin ia diam saja tanpa berbuat apa-apa. Aziya mengambil buku kecil dari dalam laci dashboard tidak lupa dengan pulpen, ia harus mencatat rencana yang ia lakukan.

Pertama..

- Membuka kedok keluarganya didepan papanya.

- Membuka kedok Azura didepan keluarganya.

- Mencari tahu Kenapa Azura dan Azira tidak mirip.

Kedua..

- Mencari raganya.

- Membalas perbuatan mantan biadap.

Aziya melempar kasar buku itu kedalam laci kembali. Segitu saja yang ada dipikiran Aziya sekarang, ia tidak tau entah masih ada masalah lain dibelakang Aziya yang Aziya tidak tau.

Tapi yang pasti Aziya harus menyelesaikan misi pertama. Ia harus memikirkan bagai mana cara membuka kedok empat manusia sampah itu didepan Arion.

Aziya sedikit tersentak saat seseorang menggedor kaca jendelanya sedikit tidak sabaran. Aziya berdecak kesal mereka pasti preman dijalan ini.

Dengan santai Aziya keluar dari dalam mobil, ia menatap 7 orang pria bertubuh besar dihadapannya.

"Wih cewek bro"ucap salah satu dari mereka menatap Aziya minat.

"Cantik ya?"ucap yang lainnya dan diangguki semuanya.

"Ngapain malam-malam sendirian neng?"Aziya menatap orang yang menggedor kaca mobilnya tadi sambil bersidekap dada dan bersandar di pintu mobil.

Orang sebanyak ini Aziya tidak mungkin bisa menghajar mereka sendiri. Sebenarnya bisa tapi Aziya takut nantinya ia terkecoh dan malah berimbas pada dirinya.

"Nih cewek songong banget deh kayaknya" pria yang menggedor pintu tadi menatap teman-temannya.

"Dia nggak takut kayaknya bos"pria yang menggedor tadi mengangguk.

"Lo? Siapa nama lo?"tanya Aziya dengan wajah datar menatap pria yang menggedor kaca mobil tadi.

"Gue Jamal kenapa?"Aziya sedikit mengerinyit mendengar nama Jamal. Namanya kampungan.

"Nama lo gak ada kekinian banget"jamal berdecak kesal.

"Lo liat orang disebelah gue?"Aziya mengangguk.

Pria yang ditunjuk Jamal menghela nafas dan mereka semua menyebutkan nama mereka atas perintah Jamal.

"Asep"

"Udin"

"Burhan"

"Agung"

"Toib"

"Tomi"

Aziya melotot tidak percaya. Kenapa nama mereka unik sekali? Aziya menggelengkan kepalanya tidak mau ambil pusing, ia beralih menatap Jamal.

Aziya sedikit terdiam. Ide licik muncul dipikirin Aziya, Aziya tersenyum miring dan menatap Jamal dengan tenang.

"Dari pada kalian gangguin gue yang nanti pasti berimbas ke diri kalian sendiri, mending kalian kerja sama, sama gue"mereka semua mengerinyit tidak mengerti.

"Maksud lo?"

"Nanti gue kasih tau apa aja yang kalian lakuin, yang penting kalian mau dulu kerja sama sama gue"

"Apa untungnya buat kita?"

"Gue bakal bayar 500 juta nanti kalian tinggal bagi" mereka semua yang ada disana terdiam. Seperti apa uang 500 juta itu? Mereka sama sekali tidak pernah melihatnya.

"Lo nggak becanda kan?"Aziya menggeleng.

"Lo boleh simpan nomer hp gue, nanti gue kabarin kalau gue butuh bantuan kalian"Aziya melirik salah satu dari mereka, setelah itu ia kembali melirik Jamal.

"Jamal, lo pemimpin disini?"Jamal mengangguk."gue kayaknya lebih banyak butuh dia, siapa namanya?"

Jamal menatap kearah yang ditunjuk Aziya, seorang yang hanya diam sedari tadi.

"Dia agung, Kenapa harus dia?"Aziya menaikan bahunya acuh.

"Karena cuma tampang dia yang memungkinkan kan."

"Cih, Mandang fisik."

...~ transmigrasi Aziya ~...

Malas sekali Aziya pagi ini makan satu meja dengan para sampah. Arion juga tidak ada dirumah jadi tambah tidak mood.

Tapi melihat Zero yang memanggilnya untuk makan Aziya terpaksa ikut duduk disebelahnya.

"Zira, kamu bawa mobil sendiri?" Aziya hanya berdehem mendengar pertanyaan Azura.

"Kakak, Zero pengen diantar sama kakak"Aziya tersenyum kecil sambil mengusap kepala Zero gemas.

"Zero mau kakak antar?"Zero dengan semangat mengangguk.

"Gak usah, biar supir aja."Aziya melirik Brianna yang kembali fokus ke memakannya, Aziya beralih melirik Zero yang menunduk sedih.

"Biarin aku yang ngantarin Zero."putus Aziya menatap Brianna.

"Mama bilang gak usah ya gak usah!"Aziya menatap tajam Brianna saat melihat Zero yang terperanjat kaget mendengar bentakan Brianna.

Aziya mengusap punggung Zero memberikan ketenangan, ia kembali menatap Brianna dengan wajah sedingin es.

"Bisa? Kalau ngomong gak usah ngegas? Mama liat Zero ketakutan, bisa becus jadi orang tua gak sih?"Brianna menatap Aziya tidak percaya. Lagi-lagi ia terkejut dengan ucapan Aziya.

Pranggg

Semua orang terlonjak kaget mendengar bunyi sendok yang dihempaskan kepiring, kecuali Aziya. Ia hanya menatap datar orang yang melempar sendok itu.

"Lo bisa ngomong yang sopan sama mama?!" Aziya tersenyum miring menatap pria yang memakai setelan jas formal diseberangnya.

"Lo mau gue ngomong sopan?"balik tanya Aziya yang membuat Jonatan yang memarahi nya tadi terdiam, ia memang sempat dengar kabar kalau Azira berubah. Tapi karena sibuk ia jadi jarang bertemu Aziya selain dimeja makan.

"Zira kamu gak boleh ngomong gitu"Aziya memalingkan wajahnya dari hadapan Jonatan kepada Azura.

"Terus gue harus ngomong gimana? Menye-menye kayak lo?"Azura mengepalkan tangannya dibawah meja mendengar nada bicara Aziya yang seperti mengejek.

"Azira!"

Bukanya kaget Aziya kembali menatap Jonatan menantang.

"Jangan pernah bentak gue pakai mulut kotor lo itu! Kalian semua sama aja! Sama-sama gak becus jadi kakak dan orang tua!"Aziya menatap tajam semua orang dihadapannya.

"Kalau ditanya siapa yang paling gue benci di dunia ini? Gue akan bilang, gue benci kalian semua! Kalian orang yang paling gue benci!"

Aziya menaik turunkan dadanya pertanda ia sangat marah. Aziya menarik lembut tangan Zero dan membawanya keluar rumah.

Semua yang ada dimeja makan masih melongo tidak percaya. Hati mereka samakan gelisah mendengar penuturan Aziya. Kecuali Azura, ia malah menatap punggung Aziya yang menjauh dengan tajam.

...~ Transmigrasi Aziya ~...

"Gue bilang gak mau ya gak mau!"ucap Aziya kesal.

Sedari tadi Gabriel terus memaksanya untuk pulang bersama, padahal Aziya bawa mobil sendiri.

Aziya kembali melangkah kakinya dikoridor yang sudah sedikit sepi.

"Aku gak mau tau, kamu pulang bareng aku"Aziya berdecak kesal dan memberhentikan langkahnya tepat dilobby sekolah.

"Gue bawa mobil El, bawa mobil!"ucap Aziya dengan menekan semua kata-katanya.

"Nanti biar orang suruhan aku yang anterin kerumah."Aziya kembali menggeleng.

"Lo kok maksa sih!"

"Ayo ikut."Aziya menyentak kasar tangannya yang digenggam Gabriel.

"Aakhh Gabriel anjing!"pekik Aziya kaget.

Gabriel yang jengah memilih menggendong Aziya ala karung beras dan mendudukkan Aziya tepat dijok belakang motor nya.

Gabriel tersenyum miring melihat wajah kesal Aziya. Gabriel menatap malas paha Aziya yang terekspos, ia membuka jaketnya untuk menutup paha Aziya.

Aziya menarik nafas pasrah dan membiarkan Gabriel membawanya kemana saja dia mau. Toh kalau Gabriel macam-macam jangan salahin Aziya kalau Gabriel pulang tinggal nama.

Aziya berdecak kesal saat Gabriel menarik tangannya untuk memeluk pinggangnya, Aziya hanya menurut saja. Ia memeluk pinggang Gabriel sambil menyandarkan kepalanya di bahu Gabriel.

Tidak lama kemudian mereka telah sampai ditempat yang sangat sejuk. Aziya dapat merasakan hembusan angin sepoi-sepoi diwajahnya.

Aziya menatap tempat indah itu, dihadapannya ada sebuah danau yang dipinggiran nya dipenuhi pepohonan.

Gabriel telah turun dari motor, tapi Aziya sama sekali tidak bergeming dari duduknya. Gabriel terkekeh gemas dan mengecup sekilas pipi gembul Aziya.

Aziya menatap sinis Gabriel."Gak usah lancang cium-cium"

Gabriel menaikan bahunya acuh dan berdiri disebelah Aziya sambil memeluk pinggang Aziya. Aziya yang hendak membantah terdiam melihat tatapan Gabriel kepadanya, wajah mereka sangat dekat hanya berjarak beberapa Senti saja.

Aziya dapat melihat Gabriel yang tersenyum kepadanya. Senyum yang sangat manis, tanpa sadar Aziya juga membalas senyum itu.

Aziya mengusap gemas kepala Gabriel, kenapa bisa pacar Azira setampan ini? Apa boleh Aziya merebutnya?

Gabriel yang diperlakukan seperti itu malah menutup matanya dan menyandarkan kepalanya didada Aziya. Membiarkan Aziya yang terus mengusap kepalanya, ia sangat nyaman diperlukan seperti itu.

"Jangan berhenti."rengek Gabriel saat Aziya hendak menjauh kan tangannya.

Aziya yang gemas mendengar nada bicara Gabriel kembali mengusap kepala Gabriel sambil mengecup kepalanya berkali-kali.

"Jangan pernah tinggalin aku Zira."

Deg

Entah kenapa hati Aziya sangat sakit mendengar Gabriel menyebut nama Azira bukan Aziya. Padahal yang ada bersamanya saat ini Aziya, Azira sudah mati!

1
lailararista
selamat membacaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!