Aira Maulida Bahira, gadis dua puluh satu tahun yang terlihat kalem dan memiliki wajah yang bisa di katakan kurang menarik apalagi cantik. kulit wajahnya sawo matang, ada tahi lalat kecil di pipi kanannya membuat penampilan wajahnya semakin tidak menarik di mata lelaki terlebih lelaki seperti Yusuf Ibrahim seorang CEO kaya raya yang terpaksa harus menikahi gadis yang menurutnya buruk rupa seperti Aira.
Yusuf merahasiakan status pernikahannya dengan Aira karena ia malu memiliki istri yang tidak cantik.
Di tengah masalah pelik rumah tangganya, seseorang dari masalalu muncul di hadapan Aira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 4 Derita Di Mulai
Aira menu langit mobil pengantin ia ikut tinggal di rumah keluarga Ibrahim mulai sekarang. ia. adalah menantu utama yaitu istri dari anak sulung keluarga itu. Aira duduk di kursi belakang bersandingan dengan Yusuf . sepanjang perjalanan Yusuf tak menghiraukan Aira ia sibuk dengan ponselnya. sementara Aira hanya terdiam memalingkan wajahnya menatap jalanan.
Aira tidak tahu kehidupannya setelah ini. ia akan tinggal bersama orang yang asing baginya. mereka semua terlihat tidak ramah kecuali tuan Ibrahim yang terlihat baik pada Aira.
Yusuf mengendurkan dasinya dengan wajah gusar ia melihat jam tangannya. Yusuf seolah tidak tahan lagi duduk berlama-lama dengan Aira. beberapa kali Aira mendengar Yusuf menghela napas lebih tepatnya mendengus kesal. entah apa yang membuat hatinya kesal dan gusar mungkin pernikahannya dengan Aira.
Mobil tiba di pelataran rumah megah yang di tempati Yusuf beserta keluarganya dan sekarang Aira juga akan mulai tinggal disana.
Yusuf turun dari mobil setengah membanting pintu mobil lalu berjalan cuek memasuki ruang utama. ia sama. sekali tidak menghiraukan keberadaan Aira.
Aira mengikuti langkah Yusuf memasuki rumah.
"Aduh mama lelah sekali!" keluh mama Monica sembari melirik ketus kearah Aira yang berdiri menenteng tas berisi pakaiannya.
"Duduklah kita bicara" kata Yusuf dengan nada suara dingin pada Aira.
Aira menuruti permintaan suaminya. ia duduk di sofa ruang tamu sembari meletakkan tas pakaian di pangkuannya.
"Kita memang sudah menikah, kau juga mulai sekarang tinggal bersama ku. kita akan tidur satu kamar jika ada papa di rumah. jika tidak maka kau harus pindah ke kamar belakang bersama para pelayan!"
Aira terdiam mendengarkan sama sekali ia tidak berminat menimpali ucapan Yusuf.
"Jika kau keluar rumah tidak perlu mengatakan pada siapapun jika kau adalah istri Yusuf Ibrahim! aku tidak ingin orang lain tahu soal pernikahan ini" kata Yusuf tajam menembus hati Aira. rasanya pedih dan sakit.
"Kau mengerti?" tanya Yusuf kesal karena Aira hanya diam saja.
"Saya mengerti" kata Aira menahan air matanya agar tidak menetes.
"Bagus, malam ini kau boleh masuk ke kamar ku karena papa sedang di rumah. besok papa akan keluar kota untuk urusan bisnis jadi kau tidur di kamar pelayan!"
Aira mengangguk samar.
"Pergi ke kamar sekarang dan ganti bajumu! aku malas melihat mu memakai baju pengantin itu"
"Iya" jawab Aira datar.
Aira mengedarkan pandangannya ia tidak tahu dimana kamar Yusuf.
"Apa benar tuan Yusuf menikah dengan dia?" seorang wanita terlihat berjalan mendekati Aira sembari sedang memberi penilaian pada penampilan Aira. wanita itu mengenakan seragam pelayan.
"Dimana kamar mas Yusuf?" tanya Aira pada wanita itu.
"Di lantai dua, paling ujung" kata wanita berseragam pelayan itu tanpa rasa hormat apalagi sopan santun pada Aira.
Aira menapaki tangga menuju lantai dua sembari berpikir. pelayan saja yang baru ia temui sama sekali tidak menghargai dirinya apalagi Yusuf dan mama Monica pasti dia orang itu akan menginjak-injak habis harga diri Aira.
Aira berjalan menuju ruangan di sudut lantai dua yang berukuran luas. ia menarik handel pintu lalu menatap ruangan itu beserta seluruh isinya.
terlalu megah bagi Aira, tapi keindahan ruangan itu juga menggambarkan kehidupan Aira di rumah itu pasti bak di neraka.
Aira melepas alas kakinya meletakkannya di belakang pintu lalu meletakkan tasnya di atas kursi rias.
Aroma parfum Yusuf menyeruak memenuhi pencium Aira. ruangan itu terlihat sangat rapi dan bersih.
"Memang siapa peduli dengannya? aku hanya menikahinya untuk menyenangkan papa saja" Aira mendengar Yusuf berbicara di telepon dengan seseorang sembari memasuki kamar.
"Biarkan saja, aku tidak menginginkannya" kata Yusuf.
Aira menguatkan hatinya, rasanya ia ingin kembali pulang saja kerumah Abah dan Umi.
jangan kalah ma Malika ,,itu wanita hitam legam kaye kedele item makanya di panggil Malika ehh CEO jatuh cintrong