"Biar saya yang menikahi Dira, Om."
"Apa? Gak bisa! Aku gak mau!"
***
Niat hati menerima dan bertunangan dengan Adnan adalah untuk membuat hati sang mantan panas, Indira malah mengalami nasib nahas. Menjelang pernikahan yang tinggal menghitung hari, Adnan malah kedapatan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Di saat yang bersamaan Rada—mantan kekasihnya, datang menawarkan diri untuk menjadi pengganti Adnan. Indira jelas menolak keras karena masih memiliki dendam, tetapi kedua orang tuanya malah mendukung sang mantan.
Apa yang harus Indira lakukan? Lantas, apa yang akan terjadi jika ia dan Rada benar-benar menjadi pasangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deshika Widya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bingung
Rada memijat pelipisnya yang terasa sakit. Wajah pria itu menengadah dengan tubuh yang masih betah bertahan di atas kursi.
Ya, sebenarnya ia tidak sedang mengerjakan apa-apa. Hanya saja malas pergi makan siang. Apalagi setelah tahu ada Revan.
Jika saja tidak memiliki hutang budi, sudah pasti ia akan menghadang pria itu ketika hendak mendekati Indira.
"Sial, sial, sial!"
Rada mengumpat beberapa kali sembari memukul meja kerja yang tak bersalah. Dia merasa bodoh dan tak berguna karena tidak bisa menyelesaikan masalah Indira. Sialnya, malah Revan yang membereskan semua.
Tadi pagi saat ia bertemu Revan di parkiran, pria itu mengatakan sesuatu yang membuatnya benar-benar dilema hingga sekarang.
"Rada!" panggil Revan kala Rada keluar dari mobil.
Rada tidak terlalu menanggapi dengan ramah panggilan Revan. Ia hanya mengangguk pelan.
"Saya perlu bicara sama kamu," kata pria itu yang membuat kening Rada seketika mengkerut.
"Bicara saja, Pak."
"Kita gak bisa bicara di sini," kata Revan lagi.
Sekalipun sangat malas, Rada tetap mengangguk karena penasaran dengan apa yang akan Revan ucapkan. Jujur saja, selama bekerja di Nuswantara, baru kali ini Revan berbicara padanya secara pribadi.
Keduanya memilih kafe 24 jam yang berada di seberang kantor untuk berbicara, ditemani secangkir kopi di depan masing-masing.
"Saya gak mau banyak basa-basi." Revan mengawali pembicaraan mereka. "Saya tahu kalau sebenarnya suami Indira itu kamu, bukan Adnan."
Deg.
Rada terdiam beberapa saat dengan tubuh membeku. Tatapanya lurus pada Revan, tetapi mulutnya seolah terkunci saking terkejutnya.
Bagaimana bisa Revan tahu jika ia dan Indira adalah suami-istri?
Melihat wajah Rada yang berubah jadi pucat pasi, diam-diam Revan menyunggingkan senyum smirk. "Dan saya tahu video Rumi, Adnan dan perempuan bernama Dita sudah viral di sosial media."
Kali ini kening Rada mengkerut. Namun, matanya menatap tajam pada Revan. "Jadi, Anda tahu dari video itu?"
Revan mengangguk jujur. Jika video itu tidak sampai ke lini masanya, mungkin saja sekarang ia belum tahu bahwa Indira tidak jadi menikah dengan Adnan, tapi malah menikah dengan Rada yang merupakan rekan satu kantornya. Jelas itu sangat melanggar kebijakan yang sudah dibuat petinggi Nuswantara.
Sementara itu, Rada masih belum tahu harus berkata apa. Ia masih sangat terkejut. Kepalanya sibuk menduga apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Kamu tahu, Rada? Video itu pasti akan sampai ke beranda para petinggi juga staf Nuswantara, kalau saja saya gak segera mengambil tindakan."
"Maksudnya?" Rada belum mengerti maksud Revan.
"Saya yang berhasil menyapu bersih video itu. Saya, bukan kamu."
Seketika kedua tangan Rada terkepal di atas meja. Kenapa bisa Revan menyelesaikan masalah itu? Sementara ia saja tidak berhasil setelah meminta Alvin mengerahkan pasukan yang paham dibidang IT.
"Saya sangat-sangat berterima kasih atas itu," ucap Rada kemudian.
"Tapi, tentu semua itu gak gratis, Rada."
"Tinggalkan Dira, maka karir kalian di Nuswantara akan aman, karena saya gak akan bocorkan soal hubungan kalian."
"Sialan!"
Rada kembali mengumpat sembari memukul meja lebih keras saat ingatan menyebalkan itu kembali muncul di kepala.
"Tinggalin Dira? Dasar, cowok gila!"
Ya, Revan benar-benar gila. Bagaimana bisa ia meminta suami-istri berpisah begitu saja? Apa pria itu tidak mengerti jika pernikahan adalah sesuatu yang sakral?
"Dasar, gak waras! Bajingan!"
Rada bangkit dari kursi kerjanya dengan penuh emosi. Ia berdiri menghadap kaca besar yang memperlihatkan pemandangan gedung-gedung tinggi di depannya. Tangan pria itu kembali mengepal, hampir memukul kaca jika saja tidak mendengar suara ketukan dari luar.
"Siapa, sih?"
Meskipun kesal, Rada tetap melangkahkan kaki ke dekat pintu. Tampaklah seorang OB berdiri dengan tangan yang membawa sesuatu.
"Ada titipan buat Pak Rada," katanya sembari menyerahkan paper bag berukuran sedang pada Rada.
"Dari siapa?" tanya Rada bingung.
Pria itu menggelengkan kepala. "Saya cuma diminta antar ke sini, Pak. Kalau begitu, saya permisi."
Rada hanya diam menatap punggung pria itu yang menjauh. Kemudian, tatapannya jatuh pada paper bag yang kini ada di tangan.
Tak ingin terus merasa penasaran, gegas Rada melangkah ke dekat sofa dan meletakkan paper bag tersebut di atas meja. Ia buka isinya yang ternyata adalah sebuah box makanan.
"Siapa yang pesan makan?" gumam pria itu bingung.
Rada mencari-cari sesuatu di box tersebut. Barangkali ada nama sang pengirim di sana. Namun, ia tak menemukan apa-apa. Hingga sebuah notifikasi pesan mengalihkan perhatiannya.
Ia simpan sejenak box itu di atas meja. Kemudian, memeriksa pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.
Ternyata dari Indira.
[Aku sengaja pesan makan siang buat kamu. Jangan lupa dimakan, ya! Awas kalau sampai gak dimakan!]
Rada terkekeh pelan, tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya ketika tahu yang mengirim makanan tersebut adalah istrinya. Namun, kebahagiaan itu berubah jadi sesal kala ia membaca pesan selanjutnya.
[Oh ya, makasih karena kamu udah berhasil hilangkan jejak videonya. Sekarang video itu udah gak ada di sosial media. Kita berdua aman, Rada!]
Huft!
Kedua bahu Rada melemas seketika. Ia sandarkan kepalanya pada sofa sembari memejamkan mata.
Bagaimana reaksi Indira jika tahu yang berhasil menangani masalahnya adalah Revan? Lalu, bagaimana pendapat wanita itu jika ia beritahu ancaman yang tadi Revan lontarkan?
"Aku beneran bingung, Sayang ...."
ayo thor ksh rada anak😀😅