NovelToon NovelToon
Vendrell'S Canvas

Vendrell'S Canvas

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Reenie

Aku sering mendengar orang berkata bahwa tato hanya diatas kulit.

“Jangan bergerak.”

Suara Drevian Vendrell terdengar pelan, tapi tegas di atas kepalaku.

Jarumnya menyentuh kulitku, dingin dan tajam.
Ini pertama kalinya aku ditato, tapi aku lebih sibuk memikirkan jarak tubuhnya yang terlalu dekat.

Aku bisa mencium aroma tinta, alkohol, dan... entah kenapa, dia.
Hangat. Menyebalkan. Tapi bikin aku mau tetap di sini.

“Aku suka caramu diam.” katanya tiba-tiba.
Aku hampir tertawa, tapi kutahan.

Dia memang begitu. Dingin, sok datar, seolah dunia hanya tentang seni dan tatonya.
Tapi aku tahu, pelan-pelan, dia juga sedang mengukir aku lebih dari sekadar di kulit.

Dan bodohnya, aku membiarkan dia melakukannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesan-Pesan Itu

Perjalanan menuju toko buku tak berjalan lama. Zeke memarkirkan mobilnya didepan toko buku Evianne.

"Makasih!" ujar Liora sambil turun dari mobil masih terlihat kesal.

"Baik, Miss. Saya pamit." Zeke lalu pulang ke studio Vendrell.

Sesampainya didalam, Livia sedang berada dikasir melayani pelanggan. Ia melihat wajah murung Liora dan berjalan ke atas menuju kamarnya.

"Hhh... Dasar tukang murung." gumamnya

Livia ingin tahu apa yang terjadi dengan sahabatnya, jadi Ia memutuskan untuk meninggalkan toko sebentar. Ia mengetuk pintu kamar Liora lalu membukanya.

"Kamu kenapa murung?" kali ini Livia tak mengejek

"Itu lah si Drevian. Dia nyuruh aku datang pagi-pagi hanya untuk minta Instagram dan WhastApp aku. Dia itu udah gila gak sih" gumamnya kesal.

Livia duduk disamping Liora lalu merangkulnya.

"Begitulah laki-laki kalau jatuh cinta." ujarnya.

"Sampai kapan pun aku gak akan sudi jatuh cinta sama dia! Sama pria gila kayak gitu!" ujarnya sambil membuang muka

"Oh, benarkah? Jangan sampai kau termakan kata-katamu sendiri ya, Liora. Kamu mungkin belum mengenalnya lebih dalam aja. Kalau aku lihat-lihat, Drevian itu laki-laki yang bagus." balasnya.

Liora mengernyit lalu melepaskan rangkulan Livia.

"Udah, ah! Kamu sama aja." gerutunya.

Livia menghela nafas lalu keluar dari kamar Liora. Ia kembali menjaga toko dan memperhatikan beberapa pelanggan yang datang.

Dikamar, Liora masih memikirkan apa yang dikatan Drevian tadi. Kalau memang benar Drevian menyukai Liora, kenapa harus sembunyi-sembunyi.

"Ahk, sialan! Seharusnya aku gak buat tato disana." gerutunya sendirian.

Liora kembali melihat ponselnya dan membuka Instagram Drevian. Tidak ada postingan dan sorotan hanya bahkan foto profil juga tidak ada.

"Ini Instagram atau kuburan." ujarnya kesal.

Liora meletakkan kembali ponselnya dan berbaring diranjangnya tak lupa memeluk boneka beruangnya. Tak lama, perutnya keroncongan dia kelaparan.

Liora menghela nafas pelan lalu dengan terpaksa pergi ke bawah dan berjalan ke arah dapur. Mengambil roti tawar lalu memanggangnya dan menaburkan selai strawbery lalu memakannya.

"Sedang apa?" tanya Livia yang tiba-tiba muncul didapur.

"Aku lapar." ujarnya masih kesal.

Livia tertawa sedikit. Selalu menganggap Liora itu lucu. Ia lalu kembali ke toko buku membiarkan Liora melakukan apa yang dia mau.

Semenjak pulang dari studio tato, Liora masih memikirkan Drevian. Ia tak mengerti kenapa pria itu meminta nomor WhatsApp-nya, padahal mereka bisa berkomunikasi di Instagram.

"Pasti ada maunya." gumam Liora sambil menggigit roti.

Tak lama, Ia selesai makan dan menyimpan roti itu lagi. Ia kembali ke kamar dan memutuskan untuk istirahat. Tapi Ia tak bisa.

Terlihat fotonya bersama ayah dan ibunya di atas mejanya. Ia lalu menyentuhnya dan tak sadar air matanya mengalir.

"Kalau saja ayah dan ibu tidak pergi waktu itu, pasti aku masih punya kalian. Sekarang aku hanya punya Livia." gumamnya sambil memeluk foto itu.

Orang tua Liora meninggal saat Ia kelas 2 SMA. Ayah dan Ibunya pergi berbelanja untuk kebutuhan dapur, tapi sangat disayangkan truk besar menabrak mobil mereka dan orang tuanya tewas. Ia tak bisa lagi berkata-kata. Tapi Livia sahabatnya tak pernah meninggalkannya sendirian. Semenjak meninggalnya kedua orang tua, Livia tinggal dirumah Liora beserta toko bukunya.

Livia selalu berada disisi Liora apapun yang terjadi. Ia tak ingin sahabatnya itu merasakan kesedihan yang sama lagi.

Malamnya, pesan masuk dari nomor tak dikenal. Pesan itu hanya berisi satu kata

"Halo"

Liora tersenyum tipis, Ia tahu kalau itu pasti Drevian.

Liora pun membalas dengan blak-balakkan

"Nomor siapa ini? Kalau Drevian, kenapa gak bilang?"

Drevian langsung membalas

"Ya. Aku Drevian. Aku lebih suka WhatsApp." balasnya singkat.

"Kenapa? Biar Instagrammu itu tetap seperti akun mati?" tanyanya

Drevian tak membalas. Ia hanya mengirim stiker wajah datar. Liora tahu ini adalah cara Drevian bermain. Ia tak banyak bicara, tapi setiap tindakannya memiliki makna.

Tak lama, Drevian mengirimkan pesan lagi

"Lagi ngapain?"

"Udah makan?"

"Baca buku apa hari ini?"

Pertanyaan itu membuat Liora ingin muntah. Pertanyaan pasaran yang diidamkan banyak wanita tapi tidak dengan dirinya.

"DIH! KEK GAK ADA PERTANYAAN LAIN!" balasnya dengan huruf kapital.

"Oh, jadi kau tidak menyukai pesan seperti itu, ya?" balas Drevian

"Kamu ngapain nge-chat aku malam-malam?" balas Liora

"Salahkah? Aku hanya memberi pesan pada kanvasku."

Liora terdiam, jari-jarinya dan otaknya tak bisa memikirkan apa yang mau diketik. Ia seperti sudah dijebak oleh Drevian. Ia membiarkan pesan itu selama sepuluh menit dan tidak membalasnya.

"Liora." tambah Drevian

"Oh, iya. Batrei aku habis. Bye." balasnya.

Liora lalu mematikan data selulernya dan meletakkan ponselnya diatas meja.

"Aku kenapa ya?" gumamnya.

Di balik layar ponsel, Liora mulai merasakan sisi lain Drevian. Pria itu tidak segelap yang Ia bayangkan. Drevian mungkin cool dan misterius di depan, tapi Ia punya cara sendiri untuk menunjukkan perhatiannya. Pesan-pesan Drevian yang singkat tapi konsisten membuat hati Liora merasa hangat.

"Masa sih aku jatuh cinta sama tukang tato." gumamnya lagi.

Livia mendengar dari pintu kamar Liora lalu membukanya dengan blak-blakkan.

"Tukang tato kamu bilang? Dia itu seniman. Dia bukan kayak seniman tato yang lain. Kamu gak lihat dia itu berbeda? Coba kamu bandingin sama toko tato yang udah kamu jalani, bagusan punya Drevian, kan?" ujar Livia tiba-tiba.

Liora mengamuk lalu mengusir Livia keluar dan menutup pintu kamarnya.

"Kamu tidur aja sana! Gak usah ganggu aku." teriak Liora dari dalam kamarnya.

Livia tertawa kecil lalu kembali ke kamarnya. Ia suka melihat sifat kekesalan Liora, itu membuatnya merasa senang berarti Liora tak luput dalam kesedihan.

Livia menatap fotonya berdua bersama Liora diatas mejanya.

"Liora, apakah aku berhasil menghiburmu?" gumamnya pada dirinya sendiri.

Liora ingin memainkan ponselnya lagi, tapi kalau dia online di WhastApp, maka akan ketahuan sama Drevian karena tadi dia bilang kalau batreinya habis.

Ia lalu memutuskan untuk tidur dan membuang Drevian dari pikirannya. Tapi, ada sesuatu yang mengganjal. Liora melihat tato dilengannya.

Tato buatan Drevian, tato bunga yang tak pernah ada dipikirannya.

"Aku akui ini cantik. Tato ini seperti hidup dilenganku." ujarnya

Ponsel Liora bergetar dan ada pesan masuk dari SMS, itu dari Drevian.

"Ayo, hidupkan data selulermu. Aku tahu batrei ponselmu tidak habis."

Liora membelalak. Ia merasa Drevian ini gila. Selain dari WhatsApp ternyata dia juga mengirim pesan lewat SMS.

Ia hanya membaca pesan itu dan tidak membalasnya. Ia terlalu lelah dengan pikirannya. Apa yang telah terjadi saat ini tak pernah terlintas dipikirannya.

1
Reiko
Menarik juga ceritanya. Beda dari yang lain
Leira
Livia suka cari gara-gara yahaha
Leira
Tatoo...🤯
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!