Ketika Ling Xi menjadi putri yang tak dianggap di keluarga, lalu tersakiti dengan laki-laki yang dicintai, apalagi yang harus dia perbuat kalau bukan bangkit? Terlebih Ling mendapatkan ruang ajaib sebagai balas budi dari seekor ular yang pernah dia tolong sewaktu kecil. Dia pergunakan itu untuk membalas dan juga melindungi dirinya.
Pada suatu moment dimana Ling sudah bisa membuang rasa cintanya pada Jian Li, Ling Xi terpaksa mengikuti sayembara menikahi Kaisar kejam tidak kenal ampun. Salah sedikit, habislah nyawa. Dan ketika Ling Xi mengambil sayembara itu, justru Jian Li datang lagi kepadanya membawa segenap penyesalan.
Apakah Ling akan terus bersama Kaisar, atau malah kembali ke pelukan laki-laki yang sudah banyak menyakitinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Percobaan Pertama
Karena sang ayah bersikukuh dengan pendiriannya yang hendak mengganti A Mei, Ling Xi pun mengambil tindakan. Ia mensterilkan kamarnya dari orang-orang yang membuat kepalanya pening. Selain ingin merawat lukanya usai terjatuh ke jurang, ia juga diliputi rasa penasaran pada ruang ajaib yang datang bak mimpi. Barulah ia menghampiri A Mei untuk melihat kondisi pelayan setianya tersebut.
Tangannya terangkat memegang lehernya begitu ia teringat akan kalung yang disebut-sebut oleh ular. Dan benar saja, kalung tersebut ternyata benar-benar tergantung di sana. Tidak lama kemudian, sebuah buku muncul di hadapannya.
"Wah, ternyata benar." gumam Ling Xi. Ia mencoba meraih buku yang baru muncul itu, meski rasa sakit masih terasa menjalar di sekujur tubuhnya.
Ia mulai membuka halaman-halamannya. Isinya lengkap, menjelaskan manfaat berbagai formula, cara meramu penemuan, kelemahan masing-masing, hingga fungsi penyimpanan dan bercocok tanam di dalam ruang ajaib itu.
Untuk pertama, ia membaca tentang formula pembaca pikiran. Manfaatnya ia dapat mendengar kata hati dan pikiran seseorang. Tapi untuk menciptakannya, ia harus memasak ramuan khusus yang terdiri dari bunga mawar perak.
"Aku harus mencobanya, tapi sebelum itu, aku harus mencari obat penyembuh luka terlebih dahulu."
Ia membalik halaman buku. Yang dicarinya ternyata ada. Untuk membuat pil penyembuh luka yang bekerja dengan cepat, Ling Xi harus meracik ramuan tersebut dan memasaknya di dalam Ruang Fengyun, hanya dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan berupa tanaman rumput tertentu di sana.
Ling Xi pun melakukan uji coba. Ia menggenggam bandul kalung itu, dan dalam sekejap, tubuhnya kemudian berpindah ke dalam ruang Fengyun. Barulah ia menyadari bahwa pertemuannya dengan ular yang memberikan semua ini ternyata terjadi di ruang itu. Suasananya terasa familiar, hanya saja kini lebih luas dan menawan.
Ling Xi sempat berpikir, betapa membosankannya beraktivitas sendirian di sini, sebab hanya dirinya yang bisa memasuki ruang Fengyun. Namun seolah pikirannya terdengar, beberapa hewan mungil tiba-tiba muncul dan menghampirinya. Pertama, seekor kelinci putih mengangguk dan menyapa dengan sopan. Lalu muncul kupu-kupu berwarna kuning menyala, serta seekor kucing lucu yang mengeong manja. Seketika hati Ling Xi terasa hangat. Ia tidak lagi merasa sendiri.
"Selamat datang, Nona Ling Xi. Kami adalah teman-temanmu," ujar mereka serempak.
"Hai kalian, senangnya bisa bertemu kalian di sini."
"Apa yang ingin nona cari atau lakukan? Biarkan kami membantu dan memberi arahan."
"Ah, ya. Aku sedang ingin membuat ramuan penyembuh luka cepat. Aku butuh rumput di ruang Fengyun sebagai bahannya."
"Rumput yang nona injak sekarang inilah bahan utamanya. Nona bisa memasaknya di sana." Seekor kelinci menunjuk ke arah sebuah bangunan sederhana bergaya Timur yang berdiri di pinggir kolam jernih.
"Baiklah." Ling Xi mengangguk.
Kemudian Ling Xi mulai meracik ramuan dari rumput yang ia ambil di sana, dicampur dengan air jernih dari kolam yang terletak tidak jauh dari tempatnya memasak. Sebenarnya, Ling Xi belum sepenuhnya memahami bagaimana cara mengolah bahan-bahan itu hingga menjadi pil penyembuh yang sempurna. Disuruh memasak, ya dia hanya bisa merebus seperti biasa.
Namun begitu air mendidih dan ramuan matang, tiba-tiba seolah tersentuh sihir, cling! Air rebusan itu berubah menjadi butiran-butiran obat.
"Wah, jadi begini cara kerjanya." gumam Ling Xi takjub. Ia segera memasukkan beberapa butir pil itu ke dalam kantung penyimpanan, lalu meninggalkan Ruang Fengyun.
...****...
Di kamar.
Ternyata benar kata si ular tentang perbedaan waktu. Rasanya ia cukup lama berada di dalam ruang Fengyun. Mengambil bahan, meracik, hingga memasak, namun di dunia ia hanya menghilang sekejap mata.
"Aku akan segera mencoba pil penyembuh ini," ucap Ling Xi sambil menelan satu butir pil buatannya dengan air. Jantungnya berdegup kencang menanti hasilnya, dan tidak lama kemudian, luka-luka gores dan lebam di tubuhnya perlahan menghilang.
Ling Xi terpana. Ia langsung teringat pada A Mei. Bukankah pelayan setianya itu baru saja menerima hukuman cambuk dari ayahnya?
Ia pun segera menuju tempat A Mei. Di sana A Mei terbaring lemah dengan kondisi memprihatinkan. Tubuhnya hanya mampu tengkurap, punggungnya penuh luka dan lebam yang menganga. Suara rintihan lirih terdengar mengiris hati.
"A Mei,"
A Mei tidak mampu menoleh karena sakit luar biasa di punggungnya. Ia hanya bisa bergumam lirih menjawab panggilan tuan putrinya.
"No-na… hh…"
Sungguh kejam sekali ! umpat Ling Xi setelah melihat kondisi A Mei memprihatinkan.
"A Mei, apakah tabib sudah mengobatimu? Tapi seperti sudah, melihat punggung mu penuh dedaunan." Ling Xi bertanya sendiri, dijawab sendiri.
"Sebaiknya kau minum ini. Aku tadi sudah mencobanya, dan lukaku sembuh seketika," katanya seraya menyerahkan satu butir pil.
"Ba-ik, Nona."
A Mei meminum pil itu segera. Dan seperti yang terjadi pada Ling Xi, perlahan luka-luka di punggungnya mulai lenyap. A Mei terkejut, matanya membulat penuh rasa tidak percaya. Namun sebelum sempat bertanya lebih lanjut, Ling Xi segera mengalihkan perhatian.
Kau terkena hukuman karena diriku A Mei. Aku tidak akan meminta mu lain kali jangan membantuku agar tidak terkena hukuman, namun aku akan berkata padamu bahwa kau jangan takut ada dipihak kebenaran, ada aku yang melindungi mu. Kau tenang saja, mulai saat ini mereka tidak akan bisa menyakiti kita." Tekad Ling Xi. A Mei terharu dengan perubahan semangat baru dalam diri Ling Xi.
"Terima kasih telah peduli pada bawahanmu ini, Nona. Terima kasih atas obatnya. Bawahan ini senang melihat semangat baru Nona. Selamanya, bawahan ini akan berada di pihak yang benar, sekalipun nyawa menjadi taruhannya."
"A Mei, kau benar-benar pelayan setiaku dan juga sahabatku." Mereka berpelukan.
Setelah ini aku akan membuat ramuan oles telinga pendengar suara hati. Menurut buku petunjuk, bahannya dari bunga perak yang ada di ruang Fengyun dicampur dengan aprikot dari dunia ini.
"Aku ingin mencari buah aprikot di taman. Kau ikut denganku sekarang."
"Baik, Nona."
...***...
Taman.
Nyonya Luo dan Xiu Ying yang tengah melintas, tiba-tiba menghentikan langkah ketika melihat pemandangan Ling Xi dan pelayannya sedang memetik buah aprikot. Tidak jauh dari sana, Jian Li juga masih berada di taman kediaman Ling bersama pengawalnya yang sedang menyamar. Tatapan mereka tertuju pada arah yang sama.
Perasaan mereka sama-sama diliputi keheranan. Tadi terbaring sakit, kini wanita itu justru terlihat segar bugar, sibuk memetik aprikot tanpa kesan pernah terluka.
"Ibu, lihatlah mereka. Yang satu baru saja jatuh ke jurang, dan yang satunya lagi mendapat hukuman cambuk. Tapi sekarang mereka tampak begitu sehat, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Padahal kita menyaksikan sendiri seperti apa kondisi pelayannya itu."
"Benar. Sulit dipercaya jika A Mei hanya berpura-pura. Tapi mengenai Ling Xi… kau sudah tahun kan, apa yang harus kau lakukan malam ini, Ying'er?"
Xiu Ying mengangguk. "Tentu saja, Ibu."
Keduanya tersenyum tipis, mengisyaratkan rencana jahat yang tersembunyi.
.
.
Bersambung.
keselamatan rakyat dan pengawal
juga penting
pilihan bijak
/Determined//Determined//Determined/
Luka api
pasti panas dan sakit