kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEBENARAN YANG SESUNGGUHNYA
...***...
Suasana di rumah makan Dewi Permata terlalu ribut, apalagi ketika Junfeng mengatakan jika ia menemukan botol racun yang terjatuh dari tangan nona muda tertua Xin Qian.
"Nona muda tertua xin qian!." Suaranya terdengar keras. "Berani sekali kau meracuni pangeran shoi-ming?! Apakah kau sudah bosan hidup?!." Ia luapkan amarahnya.
Namun wanita itu masih belum bergeming, ia belum membalikkan badannya, atau menyangkal tuduhan itu.
"Nona muda tertua xin qian!." Jianhong langsung mendekat, dan suaranya terdengar tinggi. "Apakah kau tidak merasa bersalah sedikitpun?!." Tunjuknya kasar. "Berani sekali kau meracuni pangeran shoi-ming!."
"Tangkap saja pembunuh itu!."
"Ya! Adili dia ke istana!."
"Tangkap dia!."
Suasana semakin tak terkendali, mereka yang hadir di sana sangat marah, dan hampir saja menyerang nona muda tertua Xin Qian.
"Ada apa ini?."
Mereka semua melihat ke arah sumber suara.
"Lingyun kai?!."
Jianhong dan Junfeng terkejut.
"Kenapa kau bisa ada di sini?!." Jianhong terlihat kesal.
"Saya diundang." Ia menunjukkan undangannya. "Wajar saja jika saya hadir di sini." Ia terlihat santai. "Memangnya apa yang terjadi? Sehingga ribut-ribut seperti ini?."
"Sebaiknya kau tidak usah ikut campur!." Jianhong menekan kuat beberapa kali bahu kiri Lingyun Kai. "Sebaiknya kau segera kembali ke kandang anjing!." Ia dorong kuat Lingyun Kai.
"Kegh!." Lingyun Kai meringis. "Sial! Kakiku terasa sakit lagi." Ia mengutuk di dalam hati.
"Telah terjadi masalah besar di sini!." Mata Jianhong tertuju pada sosok yang sedang terbaring di lantai, wajah pemuda yang ditutupi oleh selembar kain. "Nona muda tertua xin qian!." Tunjuknya kasar ke arah wanita yang masih duduk santai, membelakanginya. "Kau telah membunuh pangeran ketiga! Dan ini adalah barang buktinya!."
"Bawa saja dia ke pengadilan!."
"Ya! Bawa saja dia!."
Suasana semakin memanas, mereka melampiaskan amarah tanpa berpikir panjang.
Plak! Plak!.
Mereka semua terkejut melihat Lingyun Kai menampar wajah kedua kakak laki-lakinya?.
"Ssshh!." Lingyun Kai meringis sakit, mengibas kecil tangannya. "Keras juga kulit kalian." Ia merasa kesal.
"Kau?! Berani sekali kau memukul aku?!." Jianhong sedang dikuasai amarah.
"Lingyun kai?! Apakah kau gila?!." Junfeng juga terlihat marah. "Berani sekali kau memukul aku? Apa masalahnya?!."
"Itu karena kalian berbicara sembarangan." Balasnya santai.
"Kau!."
Roarrhh!.
Deg!.
Mereka semua terkejut melihat hawa naga merah yang seakan-akan keluar dari tubuh Lingyun Kai.
"Jaga sikapmu jianhong, junfeng." Suaranya terdengar berat. "Apakah kalian tidak sadar? Ucapan kalian bisa membunuh kami semua yang ada di sini."
Deg!.
Rasanya tidak ada henti-hentinya mereka terkejut, apalagi mendengar ucapan Lingyun Kai. Mereka seakan-akan bungkam, merasakan tekanan yang tidak biasa.
"Lingyun kai!." Jianhong menatap tajam. "Ini bukan permainan, sebaiknya kau pergi dari sini!."
"Kau tidak mengerti masalah serius ini." Junfeng menahan amarahnya. "Yang kau ketahui hanyalah nafsu saja."
Suasana hening, mereka memang mengakui jika Lingyun Kai terkenal dekat dengan banyak wanita di rumah bordil.
"Heh!." Lingyun Kai mendengus kesal, mengibas kuat lengan bajunya. "Saya memang suka bermain dengan wanita, tapi! Saya tidak bodoh dalam bertindak!."
Tidak ada respon dari Jianhong dan Junfeng, mereka merasakan tekanan yang belum pernah dirasakan.
"Kalian yakin? Jika yang membunuh pangeran ketiga?." Matanya melirik ke arah wanita yang masih belum bergeser dari duduknya. "Pelakunya adalah nona muda tertua xin qian?."
"Diam kau bajingan!." Umpat Jianhong. "Pergi kau!."
"Nona, siapa kau?!." Lingyun Kai mendekati wanita itu. "Benarkah kau adalah nona muda tertua xin qian?." Ia tarik kuat pergelangan tangan wanita itu.
Deg!.
Mereka semua terkejut melihat itu, untuk sesaat mereka terdiam.
"Kau bukan nona muda tertua xin qian?!." Jianhong sangat marah.
Tidak ada jawaban dari wanita itu, ia hanya berusaha menutupi wajahnya.
"Ada apa ini?." Dalam hati Junfeng panik. "Kenapa bukan nona muda tertua xin qian?."
"Kakak pertama, apakah kau yakin? Jika yang terbunuh itu adalah pangeran shoi-ming?."
Jantung Jianhong terasa mau lepas dari tempatnya, ia berusaha tenang. Sementara itu Junfeng langsung bergerak, menarik paksa kain putih yang menutupi kepala pemuda itu.
Deg!.
Mereka benar-benar kehilangan kata-kata, karena pemuda yang tergeletak di lantai bukanlah pangeran Shoi-ming.
"Tidak mungkin!." Jianhong semakin panik. "Apa artinya ini?!."
"Jianhong!."
Deg!.
"Kau!." Jianhong kesal pada Lingyun Kai. "Berani sekali kau memanggil namaku seperti itu!."
"Coba kau lihat di sana." Tunjuknya.
Seketika orang-orang yang tadinya berkumpul, mereka memberi jalan agar tunjuk Lingyun Kai tepat sasaran.
"Pangeran shoi-ming, sedang bersama nona muda tertua xin qian di sana."
Jianhong dan Junfeng melotot lebar, melihat Pangeran Shoi-ming dan nona muda Xin Qian sedang berbincang-bincang.
"Kau ingin mempermalukan ayahmu?." Lingyun Kai mendengus kesal.
"Ada apa ini?." Dalam hatinya merasa gelisah.
"Kakak!." Junfeng segera menahan tubuh Jianhong yang hampir saja limbung.
"Jianhong, segera atasi ini." Bisik Lingyun Kai. "Jangan sampai kau menyinggung perasaan pangeran shoi-ming." Tatapan matanya begitu tajam. "Jika kau ceroboh? Maka keluarga jendral akan segera hilang, akibat perbuatan kau!." Ia tekan kuat bahu kiri Jianhong, hatinya terasa panas.
Setelah itu Lingyun Kai segera meninggalkan mereka, mendekati Pangeran Shoi-ming dan nona muda tertua Xin Qian.
"Kakak!." Junfeng panik. "Apa yang harus kita lakukan kak?."
"Bawa mayatnya dari sini." Kepalanya terasa sakit. "Jangan sampai pangeran ketiga melihat ini."
"Baik kak." Junfeng memberi hormat.
Junfeng segera bergerak, ia tidak mau menimbulkan masalah.
"Akan aku urus masalah ini." Dalam hati Jianhong merasa ada yang aneh. "Sebaiknya aku juga segera pergi."
Orang-orang yang berkumpul juga pergi meninggalkan tempat, duduk dengan aman melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda. Sementara itu Lingyun Kai memberi hormat pada Pangeran Shoi-ming dan nona muda Xin Qian.
"Duduklah." Pangeran Shoi-ming memberi kode.
"Terimakasih pangeran ketiga." Lingyun Kai memberi hormat. Ia duduk di samping nona muda Xin Qian, dalam hatinya merasa lega. "Di masa lalu, kalian akan mati dengan mengenaskan." Dalam hatinya terasa sakit. "Setidaknya di kehidupan ini aku tidak akan membiarkan kalian tersiksa."
"Haruskah saya memberikan penghargaan padamu tuan muda lingyun kai?." Pangeran Shoi-ming tersenyum kecil. "Karena kau telah menyelamatkan nyawa kami."
"Hamba hanya menyelesaikan kesalahpahaman saja." Lingyun Kai memberi hormat. "Rencana jahat itu, jangan sampai terlaksana."
"Ho?." Respon Pangeran Shoi-ming. "Meskipun kau terkenal binal, tapi? Hari ini kau tampak berbeda sekali." Ada perasaan heran di hatinya.
"Gusti pangeran, jangan menyematkan kalimat binal pada hamba." Raut wajah Lingyun Kai mendadak berubah. "Apalagi di depan seorang wanita." Rengeknya. "Hati hamba terasa sakit sekali."
"Aiya?." Pangeran Shoi-ming terkejut mendengar ucapan itu. "Tatapan matanya, mirip sekali dengan ayahanda kaisar." Dadanya terasa sesak. "Tatapan mata minta dikasihani? Kenapa bocah naka ini memiliki tatapan mata itu?." Ingin rasanya pangeran Shoi-ming berteriak seperti itu, tapi berhasil ia tahan.
...***...
Kembali pada waktu sebelumnya.
"Lingyun kai!." Pangeran Shoi-ming tampak marah. "Apa maksudmu menculik aku seperti ini? Bahkan kau menculik nona muda tertua xin qian?." Matanya memperhatikan keadaan nona muda Xin Qian. "Apa yang sedang kau pikirkan saat ini? Kau mencoba cari mati denganku?."
"Maaf pangeran ketiga." Lingyun Kai segera memberi hormat. "Hamba tidak bermaksud lancang, tapi ada hal yang harus hamba sampaikan."
"Katakan!."
"Apakah hari ini? Pangeran ketiga akan menghadiri acara kompetisi memasak di rumah makan dewi permata?." Dengan hati-hati ia bertanya seperti itu.
"Kenapa memangnya?." Pangeran Shoi-ming masih kesal. "Katakan dengan jelas!."
"Hamba mendapat mimpi buruk tentang pangeran ketiga." Raut wajahnya tampak sedih.
"Kau bermimpi tentang aku?! Berani sekali kau!." Pangeran Shoi-ming jengkel. "Mimpi apa memangnya?."
"Jika pangeran ketiga akan mati di racun, dan yang membunuhnya adalah." Matanya tertuju pada nona muda Xin Qian. "Nona muda tertua xin qian."
Deg!.
Plak!.
"Tuan muda lingyun kai!."
Nona muda tertua Xin Qian panik melihat pangeran Shoi-ming menampar wajah Lingyun Kai.
"Apakah sakit?." Nona muda Xin Qian mengusap pipi Lingyun Kai.
"Ssshh!." Lingyun Kai meringis sakit.
Nona muda Xin Qian melotot tajam ketika melihat ada bekas merah di pipi Lingyun Kai.
"Pangeran ketiga! Anda sangat keterlaluan sekali!." Suaranya terdengar tinggi. "Kenapa malah main pukul begitu saja? Anda ini seorang pangeran! Apakah tidak bisa bertanya dengan baik-baik?." Hatinya sedang dikuasai oleh amarah. "Begitu kah sikap seorang pangeran pada rakyatnya? Sangat kasar sekali."
Deg!.
Pangeran Shoi-ming tidak bisa berkata-kata, ia merasa takut dengan tatapan mata nona muda Xin Qian.
"Maafkan saya." Ia memberi hormat. "Saya tidak akan berbuat kasar lagi."
Nona muda Xin Qian menarik nafas pelan, ia mengambil obat pereda nyeri di dalam kantong miliknya. "Minumlah." Ia berikan pada Lingyun Kai. "Apakah masih sakit?." Ia ucap pelan pipi Lingyun Kai.
Lingyun Kai hanya menggeleng pelan, tatapan matanya berkaca-kaca, sangat minta dikasihani.
"Awas saja kau lingyun kai!." Dalam hati pangeran Shoi-ming sangat mengutuk. "Dia menggunakan pesonanya untuk menaklukkan hati nona muda tertua xin qian?! Tidak bisa aku maafkan." Hatinya tidak terima itu. "Tapi-." Pangeran Shoi-ming melihat tajam ke arah Lingyun Kai. "Bagaimana kau bisa membuktikan ucapan mu itu pada kami?." Ucapnya heran. "Permainan seperti apa yang sedang kau rencanakan?."
Lingyun Kai menjelaskan apa yang akan terjadi, membuat pangeran Shoi-ming dan nona muda Xin Qian terkejut.
Kembali ke masa ini.
...***...
Kediaman Jendral Xiao Chen Tao.
Brakh!.
Terdengar suara pukulan yang sangat keras, dan meja adalah sasarannya.
"Apa yang terjadi?." Jendral Xiao Chen Tao segera mendekat, melihat Jianhong sedang marah?. "Ada apa ini? Kau mau menghancurkan ruangan ini?."
"Maafkan saya ayah." Jianhong segera memberi hormat. "Saya sedang kesal sekali."
"Kesal? Karena apa?!." Ucapnya heran.
"Rencana kita gagal ayah." Jianhong takut.
Plak! Plak!.
Jendral Xiao Chen Tao menampar kedua anaknya, hingga keduanya ambruk?.
"Bagaimana bisa gagal? Katakan!." Suara Jendral Xiao Chen Tao menggelegar di ruangan utama.
"Seharusnya yang mati keracunan itu adalah pangeran shoi-ming." Jianhong menjelaskan dengan perasaan takut. "Tapi malah orang lain."
"Selain itu." Lanjut Junfeng. "Ternyata wanita yang membunuh orang itu bukanlah nona muda xin qian."
Plak! Plak!.
Rasanya tidak puas satu pukulan saja, Jendral Xiao Chen Tao menghajar kedua anaknya berkali-kali.
"Suamiku?!." Teriak Nyonya Fengying yang baru saja datang dari luar. "Apa yang kau lakukan pada anak-anakku?!." Hatinya terasa panas melihat kedua anak laki-lakinya di hajar oleh suaminya tanpa alasan?.
...***...
Istana.
Pangeran Shoi-ming telah sampai di istana, suasana hatinya terasa buruk sekali. Ingatannya tertuju pada kejadian sebelumnya, seakan-akan membekas dalam pikirannya.
Tuk!.
"Kegh!." Pangeran Shoi-ming meringis sakit, mengusap keningnya yang terasa berdenyut.
"Apakah karena kekenyangan? Kau jadi linglung seperti ini?." Nada bicaranya terdengar kesal.
"Ibunda permaisuri?." Pangeran Shoi-ming segera memberi hormat. "Kenapa ibunda berkata seperti itu?."
"Kau sama sekali tidak bercerita padaku!." Suara Permaisuri Chan Juan terdengar tinggi. "Kalau kau diundang untuk menjadi juri di sebuah rumah makan terkenal di kota ini?! Berani sekali kau shoi-ming!."
Deg!.
"Maaf, maafkan saya ibunda permaisuri." Pangeran Shoi-ming ketakutan, tubuhnya mendadak terasa kaku. "Saya takut ayahanda kaisar akan marah." Tatapan matanya memohon. "Sungguh, saya tidak berani." Rengeknya.
"Hufh!." Permaisuri Chan Juan menarik nafas dalam-dalam.
"Tapi ada hal yang menarik tadi yang saya lihat." Ia berusaha mengambil hati ibundanya.
"Hal menarik apa?." Permaisuri Chan Juan bingung.
"Tadi, ketika ada masalah di sana." Pangeran Shoi-ming mengingat kembali kejadian itu. "Saya melihat lingyun kai, dia marah persis seperti ayahanda kaisar." Lanjutnya. "Ada hawa naga merah di tubuhnya, amarah yang mendominasi sekali." Keningnya mengkerut aneh. "Sehingga tidak ada yang berani membantah ucapannya."
"Apa?!." Permaisuri Chan Juan terkejut. "Kau yakin dengan apa yang kau lihat?."
"Tentu saja ibunda permaisuri." Jawabnya yakin. "Mana mungkin saya berani berbohong."
"Memangnya ada masalah apa di sana?." Permaisuri Chan Juan penasaran. "Apa yang membuat ia marah?."
"Lingyun kai berkata, ada orang yang berencana membunuh saya." Hatinya terasa cemas. "Menggunakan racun kelabang api."
Deg!.
"Racun kelabang api?." Permaisuri Chan Juan panik.
"Benar ibunda permaisuri." Pangeran Shoi-ming memberi hormat. "Menurut lingyun kai, pelakunya adalah nona muda xin qian."
"Apa? Anak menteri pertahanan dan keamanan? Dia mau membunuh mu dengan menggunakan racun kelabang api?!." Hati Permaisuri Chan Juan seketika memanas. "Akan aku bunuh dia!."
Pangeran Shoi-ming menahan langkah Permaisuri Chan Juan. "Tenanglah sebentar ibunda." Pangeran Shoi-ming menekankan ucapannya. "Berikan waktu pada saya, agar menjelaskan dengan baik pada ibunda."
"Hufh!." Permaisuri Chan Juan mencoba tenang. "Jelaskan."
"Tapi pelakunya bukan dia." Pangeran Shoi-ming menjelaskan kembali. "Dia hanya korban fitnah saja." Ia menarik nafas pelan.
"Lantas? Pelakunya siapa?." Permaisuri Chan Juan heran.
"Belum tertangkap."
"Belum tertangkap?."
"Belum ibunda permaisuri."
Permaisuri Chan Juan tampak berpikir keras.
"Jika memang kau diracun? Tapi kenapa masih bisa bernafas dengan baik?." Permaisuri Chan malah mengecek pernafasan anaknya. "Wajahmu masih manis, dan tidak pucat." Ia memperhatikan wajah anaknya, bahkan membolak-balik kan wajah anaknya, memastikan tidak ada yang terluka. "Kakimu masih menapak di tanah." Kali ini menepuk-nepuk pelan kaki anaknya.
"Ibunda permaisuri!." Pangeran Shoi-ming merasa kesal. "Apakah ibunda berharap saya tewas di sana?!."
"Itu karena kau berkata mati diracun." Balas Permaisuri Chan Juan dengan raut wajah aneh. "Wajar saja aku melakukan pengecekan padamu."
"Ayolah ibunda permaisuri!." Pangeran Shoi-ming semakin kesal. "Rencana itu tidak berhasil, karena lingyun kai telah menyelamatkan kami dari peristiwa mengerikan itu!."
"Haiya?!." Respon Permaisuri Chan Juan. "Dia menyelamatkan kau?."
"Dia telah menceritakan semuanya pada saya." Hatinya semakin jengkel. "Sehingga peristiwa itu bisa dihindari!."
"Baik, baik, baik." Permaisuri Chan Juan tertawa geli. "Ibunda mengerti, mari masuk." Berusaha menahan tawa.
"Kenapa aku memiliki ibunda seperti ini?." Dalam hati Pangeran Shoi-ming merengek sedih. "Sabar kan aku Tuhan." Dalam hatinya hanya bisa berdoa seperti itu.
"Ceritakan detailnya pada ibunda." Berusaha membujuk anak laki-lakinya menceritakan kejadian itu. "Mari masuk."
Pangeran Shoi-ming hanya pasrah saja?. Bagaimana kelanjutannya?. Next.
...***...
Tadinya kupikir Wu Xian beneran saudara lainnya Kai pas baru ngucapin nama, rupanya oh rupanya....
Waduh, kayaknya aku jadi salah fokus dan gak terlalu peduliin Si kai kenapa dan malah lebih fokus mengagumi kekuatan Si mbak! 😌🗿