Lari Dari Jerat Presdir

Berdansa adalah keahlian Kath saat masih menjadi sekretaris Ethan. Dimana dia selalu menjadi pendamping pria itu jika menghadiri pesta bahkan jamuan- jamuan yang harus mereka hadiri.

Jadi dengan lihai gerakan itu tercipta seiring irama yang terdengar.

Mata mereka masih beradu, hingga musik berganti dan mereka mengubah posisi dansa. Gerakan memutar tak membuat mata mereka beralih, dengan senyum yang terus tersungging di bibir Ethan, kaki Ethan masih begerak pelan memimpin hingga suara musik terhenti perlahan barulah mereka benar-benar berhenti.

Degupan jantung Kath terasa semakin bertalu saat Ethan memberikan kecupan di pipinya saat mereka mengakhiri dansa hal yang tak pernah Kath duga akan pria itu lakukan.

"Waktunya makan." Ethan kembali membawa Kath ke arah meja dimana sudah terdapat berbagai menu makanan disana.

....

"Mama menyalahkan aku. Dan bilang usaha aku gak maksimal. Jadi apa yang harus aku lakukan saat ada wanita lain sekarang?" Serena terkekeh. "Dan Mama tahu, Ethan baru saja menyerahkan semua saham miliknya untuk Kath."

"Apa!" ucapan Serena tentu saja membuat Teresha terkejut bukan main. Nafasnya yang awalnya normal berubah sesak. Teresha memegang dadanya karena benar-benar syok. "Semua?"

Serena mengangguk. Dia bahkan tak peduli saat Teresha merintih kesakitan, dia melanjutkan ucapannya dengan kesal.

"Mama tahu setelah ini mungkin wanita itu akan menggeser posisi, Mama."

Teresha mengambil obat yang dengan sigap di berikan asistennya lalu meneguknya dengan bantuan air. Setelah nafasnya perlahan menjadi normal Teresha menatap Serena.

"Aku tidak akan membiarkan itu. Tenang saja. Posisi kamu tidak akan terganti."

Serena tak peduli. Ethan bahkan sudah menceraikannya. Tapi, tidak ada salahnya mengandalkan Teresha. Siapa tahu Ethan bisa kembali padanya. Atau setidaknya mereka hancur bersama.

"Ma aku yakin dia yang mempengaruhi Ethan sampai- sampai Ethan memberikan semua sahamnya. Akan jadi apa perusahaan nanti."

"Wanita licik!" seru Teresha kesal.

Teresha menoleh pada asistennya. "Beritahu Andreas untuk segera menikahi Kath."

Senyum Serena terbit. Tidak ada yang tahu Ethan sudah menceraikannya kecuali Devan. Dan kesepakatan mereka memang tidak ada yang boleh tahu sebelum proyek mereka selesai akhir bulan ini.

Jadi, jika dengan ini dia bisa puas. Kenapa dia tidak memanfaatkan Teresha.

....

"Kau mau bermain- main denganku, Kath!"

Kath menghela nafasnya saat mendengar suara Teresha. Tidak bisakah dia hidup tenang?

"Kau pikir karena sudah memiliki saham Ethan kau bisa berkuasa."

"Anda pikir aku mau?"

"Kalau begitu buktikan. Segera menikah dengan Andreas."

"Lalu bagaimana caranya aku bisa lepas dari Ethan?"

"Itu urusanku. Kamu hanya perlu datang ke catatan sipil untuk menikah besok."

Kath menatap ponselnya yang baru padam sebab Teresha mematikan teleponnya. Tak lama layar itu kembali menyala dan menampakan pesan dari Andreas.

Kau baik- baik saja? Maafkan aku, tapi aku juga tak bisa menolak Nyonya Teresha.

Kath menghela nafasnya. Baiklah, mungkin jika dia sudah menikah Ethan akan melepaskannya.

.....

Ethan melangkah memasuki sebuah rumah besar Teresha. Pagi- pagi sekali asisten Teresha menghubunginya jika kondisi Teresha tidak baik. Sejak kemarin Teresha beberapa kali kambuh, hingga kini dia sudah terbaring di ranjang perawatan dan dokter keluarga yang menunggunya.

Saat masuk Ethan melihat Teresha terbaring di ranjang dengan selang infus di tangannya.

"Bagaimana kondisi, Mama?" tanya Ethan dengan mendudukan dirinya di kursi di dekat ranjang besar Teresha.

"Tidak baik. Lebih tidak baik saat aku tahu kamu memberikan semua sahammu pada wanita itu."

"Wanita itu punya nama. Dia Kath." ucap Ethan acuh.

Teresha mendengus tak peduli. "Nak, berjanjilah apapun yang terjadi jangan meninggalkan Serena. Hanya dia menantu Mama."

Ethan masih duduk dengan tenang. Bahkan meski wajah Teresha nampak memprihatinkan.

Wanita itu terlihat tak baik- baik saja. "Berjanjilah, Nak. Bahkan meski Mama mati, kamu tidak boleh bercerai." ucapnya sekali lagi. Teresha menggenggam tangan Ethan.

Tak ada jawaban dari bibir Ethan membuat Teresha semakin gelisah, apakah Ethan benar-benar tidak akan mendengar petuahnya? Namun saat ini Ethan menepuk punggung tangan Teresha membuat Tersha menyimpulkan jika Ethan setuju.

"Mama jangan terlalu banyak berpikir." Ethan masih menampilkan wajah sama seperti sebelumnya, tenang dan datar.

"Mama hanya ingin yang terbaik untukmu." Ethan kembali diam. Saat ini ponselnya bergetar. Melihat itu Davin, Ethan beranjak dari duduknya hendak menerima panggilan. Namun dengan segera Teresha menahannya.

"Ethan bisakah kamu tetap disini?" Ethan mengernyit melihat tangan Teresha menahannya.

"Apa yang sudah Mama lakukan sebenarnya?" Ethan menaikan sebelah alisnya menatap Teresha dengan heran. Sikap aneh Teresha tak seperti biasanya. Wanita itu terlalu mengada- ada.

Ethan tahu kondisi Teresha memang tak baik- baik saja. Ibunya memang memiliki penyakit paru- paru yang sudah kronis. Beberapa kali melakukan operasi, namun kondisinya tidak membaik. Namun wanita itu selalu menampakan ketegaran, dan keangkuhannya, seolah penyakitnya tak berarti untuknya. Lalu saat ini Teresha menahannya untuk pergi.

"Memang aku tidak boleh menghabiskan waktu dengan putraku sendiri."

Ethan tak menghiraukan dan justru menerima panggilan tersebut.

"Ya?"

"Tuan, Kath pergi ke kantor catatan sipil untuk menikah." Ethan menoleh pada Teresha lalu mendenguskan tawa.

"Ini alasan, Mama?" Ethan menutup panggilan Davin, lalu mencondongkan tubuhnya. "Mama pikir siasat ini bisa menghentikan aku? Aku bahkan sudah bercerai dari Serena." Ethan menegakkan tubuhnya dan berbalik hendak pergi.

Teresha nampak terkejut, namun usaha terakhirnya adalah menghentikan Ethan agar tak mengacaukan pernikahan Kath. "Bahkan jika Mama mati kamu akan tetap pergi?" Langkah Ethan terhenti, lalu menoleh ke belakang.

"Itu pilihan Mama, kan?" Ethan meraba sakunya lalu memberikan sebuah amplop pada Teresha. "Mama mau aku bersamanya?"

Teresha membuka amplop tersebut, lalu membelalakan matanya. Disana, foto- foto Serena tengah di cumbu banyak pria. Di berbagai tempat berbeda dan para pria berbeda pula. "Jika iya, itu berarti Mama benar-benar tidak peduli sama sekali padaku."

"Dan aku akan tetap pada pilihanku." Ethan melanjutkan langkahnya meninggalkan Teresha yang masih nampak terkejut dengan apa yang baru dia ketahui.

Ethan keluar dari rumah Teresha masih dengan tenang. Baru akan memasuki mobilnya ponselnya kembali bergetar.

"Lakukan apapun untuk menghentikan mereka Davin—" namun ucapan Ethan terhenti saat suara Davin terdengar.

"Tuan informasi dari Nona Luise sudah saya dapatkan. Anda benar ada bayi di rumahnya ..." Ucapan Davin terhenti sesaat, hingga Ethan sudah benar-benar duduk di kursi dengan nyaman barulah suara Davin kembali terdengar.

"Dan bayi itu milik Kath."