Lala mengalami kecelakaan yang membuat jiwanya terjebak di dalam raga seorang antagonis di dalam novel dark romance, ia menjadi Clara Shamora yang akan mati di tangan seorang mafia kejam yang mencintai protagonis wanita secara diam-diam.
Untuk menghindari nasib yang sama dengan Clara di dalam novel, Lala bertekad untuk tidak mengganggu sang protagonis wanita. Namun, ternyata ia salah langkah dan membuatnya diincar oleh malaikat mautnya sendiri—Sean Verren Dominic.
“Sekalinya milik Grey, maka hanya Grey yang bisa memilikinya.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MTMH18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian tiga puluh satu
Pesta pertunangan Sean dan Clara terus menjadi topik terhangat di berbagai media ternama, bahkan tidak sedikit yang mencoba mencari tahu tentang asal-usul Clara. Namun tidak ada satupun yang mereka dapatkan, karena Sean sudah menutup akses tentang semua yang mengenai Clara.
Sean sudah memikirkan semuanya dengan matang, dan pria itu tidak ingin hidup gadis kecilnya terganggu. Kenyaman Clara adalah hal yang paling penting bagi Sean.
“Tidak ingin libur sehari?” Tanya Sean kepada Clara yang sudah rapi.
“Tidak, aku sudah banyak liburnya waktu sakit. Jadi hari ini aku akan tetap masuk kelas,” jawab gadis itu sambil mengecup pipi Sean.
“Aku akan mengantarmu,” pria itu membalasnya dengan kecupan ringan di bibir Clara.
Sean menggandeng tangan mungil gadis kecilnya, mereka memasuki* lift* untuk turun ke bawah. Keduanya masih belum sarapan, jadi mereka akan sarapan lebih dahulu.
“Kak Sean mau dimasakin apa buat makan malam nanti?” Tanya Clara kepada Sean yang sedang sibuk memainkan rambut sebahunya.
“Aku merindukan pasta buatanmu, apa kau bisa membuatkan pasta untuk makan malam nanti?” Pria itu tiba-tiba ingin memakan pasta buatan Clara, seperti di apartemen waktu itu.
“Oke, aku akan membuat pasta seperti di apartemen waktu itu,” jawabnya yang membuat Sean senang.
“Aku tidak sabar menunggunya,” pria itu mengecup puncak kepala Clara.
Lift terbuka dan Sean langsung menarik tangan gadis kecilnya menuju ruang makan. Pria itu sudah terbiasa sarapan setiap pagi, kecuali kalau tidak ada Clara yang menemaninya, maka Sean tidak akan sarapan.
“Makanlah yang banyak! Aku suka melihatmu makan dengan lahap!” Pria itu menaruh daging miliknya ke piring Clara.
“Kakak mau aku suapi?” Tanya Clara yang sudah sangat paham dengan tindakan Sean.
“Kau semakin pintar, Sayang!” Puji pria itu sambil menerima suapan dari gadis kecilnya.
Sean tidak melepaskan pandangannya dari Clara yang semakin hari kecantikannya bertambah, pria itu sudah lama tidak merasakan perasaan seperti ini dan Clara berhasil mengembalikan rasa yang pernah hilang dalam hidupnya.
“Aku sangat mencintaimu, Clara.”
...***...
Setelah mengantar gadis kecilnya, Sean langsung menuju ke perusahaannya. Meskipun hari ini dirinya sudah mengatakan ingin libur, karena tadi malam adalah pesta pertunangannya dengan Clara, kini pria itu berubah pikiran saat Clara mengatakan tetap ingin berkuliah pagi ini.
“Tuan Sean,” Elios menyambut kedatangannya.
“Apa saja jadwalku hari ini?” Tanya Sean yang berjalan lebih dahulu.
“Untuk jadwal hari ini, Anda memiliki dua* meeting*—”
“Tuan Sean!” Seruan itu menghentikan ucapan Elios.
“Siapa?” Sean bertanya kepada tangan kanannya.
“Saya juga tidak mengenalnya,” jawab Elios yang merasa sedikit tidak asing dengan wajah pria paruh baya yang sedang berusaha menerobos dua penjaga.
“Biarkan dia!” Kata Sean yang membuat dua penjaga tersebut membebaskan pria yang berpenampilan kumuh itu.
“Akhirnya aku menemuimu,” ucap pria paruh baya tersebut.
“Siapa?” Sean juga merasa tidak asing dengan wajah pria paruh baya di hadapannya itu.
“Perkenalkan, namaku Alex! Aku adalah ayah kandung Clara Shamora,” ucap pria paruh baya tersebut, yang tak lain adalah Alex, papinya Bella.
Sean dan Elios saling bertatapan. Lewat tatapan tersebut, Sean seakan menyuruh Elios untuk pergi menyiapkan sesuatu.
“Baiklah, kita bicara di dalam!” Kata Sean yang melangkah lebih dulu.
Sean tidak akan membawa Alex ke ruangannya, karena tidak sembarangan orang yang boleh memasuki ruangan pribadinya. Jadi, Sean membawa Alex ke ruangan khusus yang ada di lantai satu perusahaannya.
“Duduk!” Kata Sean yang duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut.
Alex duduk di hadapan Sean, pria paruh baya itu tiba-tiba merasa takut saat tidak ada orang lain di ruangan tersebut.
“Apa tujuanmu datang ke sini?” Sean menyandarkan punggungnya.
Sean tidak menatap wajah Alex, ia sedang sibuk dengan ponselnya.
“Sudah lama aku mencari keberadan putriku dan aku melihat pertunangan kalian di televisi tadi malam, jadi aku datang ke sini untuk menemui Clara dan memintanya untuk pulang—”
“Tunjukkan dulu bukti yang kuat kalau kau benar-benar ayah kandung tunanganku!” Potong Sean yang kini menatap Alex.
Mendengar permintaan Sean, Alex menjadi panik. Pria paruh baya itu tidak menyiapkan apa-apa, ia langsung datang untuk menemui Sean.
“Aku lupa membawa buktinya, tapi kalau kau tidak percaya… aku siap melakukan tes dna dengan Clara!” Jawab Alex dengan percaya diri.
“Tapi warna matamu tidak sama dengan Clara,” Sean menyeringai samar.
“Itu karena Clara memiliki warna mata yang sama dengan ibunya,” dusta Alex.
“Sejak tadi nada suaramu terdengar kurang meyakinkan,” Sean berdiri dari duduknya, membuat Alex langsung waspada.
“Aku hanya gugup, karena sudah belasan tahun kehilangan Clara—Arghh!” Alex meraung kesakitan saat sebuah pisau lipat menancap di punggung tangannya.
“Katakan dengan jujur, kau ayah kandung Clara atau Bella?” Tanya Sean dengan nada dinginnya.
Alex membelalak kaget saat mendengar nama Bella, dengan kaku ia menatap wajah Sean yang cukup dekat dengannya.
“Katakan atau kau akan m*ti di sini!” Kalimat itu adalah peringatan untuk Alex.
“Baiklah, aku akan berkata jujur! Aku bukan ayah kandung Clara, melainkan Bella.” Alex tidak berani untuk melanjutkan kebohongannya, karena ia sudah takut dengan tatapan dingin Sean.
“Bagus, kau tidak akan m*ti di tanganku. Elios, b*nuh dia!” Titahnya kepada Elios yang baru datang.
Alex mulai berkeringat dingin saat melihat Elios membawa sebuah pistol, sedangkan Sean sudah keluar dari ruangan tersebut.
“Jangan b*nuh aku! Aku berjanji tidak akan datang ke sini lagi!” Mohon Alex yang masih ingin hidup lebih lama.
Namun Elios tidak berubah pikiran, karena perintah dari Sean adalah hal yang mutlak.
...***...
“Papi kenapa belum balik?” Bella tidak bisa tenang.
Sejak tadi pagi Alex meninggalkan rumah kontrakan kecil yang sepuluh tahun di tempatinya dan sampai siang, pria paruh baya itu masih belum pulang.
Meskipun Alex sangat menyusahkan, tetapi pria paruh baya itu adalah ayah kandungnya. Jadi, Bella sangat mengkhawatirkan sang papi yang entah pergi ke mana.
“Jangan bilang Papi nekat menemui Tuan Sean?” Bella teringat tentang pembicaraan semalam dengan sang papi.
Gadis itu segera mengganti pakaiannya untuk mencari keberadan Alex, sebab ia takut sang papi benar-benar nekat menemui Sean.
Saat Bella mengunci pintu kontrakannya, sebuah mobil asing berhenti di depan kontrakannya. Bella menunggu si pemilik mobil keluar.
“Apa benar Anda yang bernama Bella Daiva?” Tanya seorang pria yang memakai baju serba hitam.
“Iya, ada keperluan apa?” Tanya Bella yang perasaannya mulai tidak enak.
“Alex menjualmu untuk membayar hutangnya, jadi kau harus bekerja untuk kami. Seret dia!” Pria itu menyuruh dua anak buahnya untuk menyeret Bella memasuki mobil.
“Lepaskan aku! Tolong!” Teriak Bella yang berharap ada yang menolongnya, tetapi para tetangganya tidak ada yang keluar rumah.
Bersambung.
tak culik istrimu q umpetin ke kantong Doraemon....pusing2 deh lu nyarinya.....
Ceritanya makin seru