Vexana adalah seorang Queen Mafia, agar terbebas dari para musuh dan jeratan hukum Vexana selalu melakukan operasi wajah. Sampai akhirnya dia tiba di titik akhir, kali ini adalah kesempatan terakhirnya melakukan operasi wajah, jika Vexana melakukannya lagi maka struktur wajahnya akan rusak.
Keluar dari rumah sakit Vexana dikejutkan oleh beberapa orang.
"Ibu Anne mari pulang, Pak Arga sudah menunggu Anda."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Otaknya Mendidih
“Tetaplah di sini. Biar aku yang menemui Donna,” ucap Arga akhirnya. Namun tatapannya masih melekat erat pada wajah Anne, seolah ada sesuatu yang enggan ia lepaskan.
Tatapan itu dalam, diam-diam menggenggam erat, seperti tak rela pergi walau hanya sebentar.
Namun keadaan memaksa.
Vexana menahan napas sejenak sebelum mengangkat dagunya pelan. “Baik, Mas,” jawabnya lembut sekali. Suara yang terdengar seperti kepasrahan, namun justru mengukuhkan keyakinan Arga. Keyakinan bahwa wanita ini memang Anne, wanita yang ia nikahi, wanita yang pernah begitu lemah namun kini tampak mulai berdamai dengan luka-lukanya.
Tentang Anna perlahan-lahan Arga lupakan. Atau setidaknya, dia ingin melupakannya.
Arga kemudian bangkit dari duduknya, membuka pintu kamar dan melangkah ke luar. Baru beberapa meter berjalan, langkah itu terhenti.
Sebab ia melihat Donna telah menaiki tangga. "Mas," sapa Donna setelah berdiri di hadapan sang suami.
Donna memeluk Arga dan dibalas pula oleh pria tersebut. "Cepat sekali datangnya," ucap Arga, seperti baru beberapa menit lalu Donna menelpon dan sekarang sang istri telah ada di sini.
"Kenapa? Mas tidak suka aku datang cepat."
"Bukan begitu, aku hanya bertanya."
"Tadi saat aku menelepon sebenarnya sudah dalam perjalanan ke sini."
Arga mengangguk.
"Anne dimana?" tanya Donna dengan penasaran.
"Dia ada di kamarnya."
"Aku akan menemuinya sebentar, Mas tunggu di kamar ya," pinta Donna lembut, namun percayalah ketika berhadapan dengan Anne dia seperti akan memakan wanita itu hidup-hidup.
Arga hanya bisa mengangguk, meski bagian dalam dirinya mendadak tegang. Ia tahu, Donna bukan tipe yang datang hanya untuk menyapa. Donna pasti membawa agenda yang jelas. Dan sekarang targetnya adalah Anne.
"Jangan terlalu keras dengannya," ucap Arga sebelum Donna sempat pergi.
Satu kalimat sederhana, tapi langsung mampu menghapus senyum manis di wajah Donna.
Tatapannya menajam seketika, namun suaminya hanya menatapnya datar, seolah tak sadar betapa berat dampaknya.
“Mas mencemaskan Anne?” tanya Donna. Suaranya naik satu oktaf, Donna tidak marah, tapi cukup untuk menunjukkan bahwa egonya baru saja digores.
Arga tidak langsung menjawab. Namun kemudian coba menjelang. “Anne benar, di rumah ini dia harus merasa tenang dan aman agar bisa secepatnya hamil. Jadi aku mohon, jangan membuat keributan.”
Untuk pertama kalinya dalam waktu lama, mulut Donna sedikit ternganga. Tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Seolah Arga baru saja memilih pihak dan bukan pihak dirinya.
"Mas membelanya?"
“Ini bukan soal membela, Donna” balas Arga. “Aku hanya ingin semuanya berjalan dengan baik."
Donna tidak menjawab, namun dalam hatinya ada ribuan kata yang ingin ia lempar. Ingin sekali dia berteriak bahwa wanita itu hanyalah alat. Istri kedua yang bahkan keberadaannya dulu dipaksakan karena tekanan dari luar. Tapi ia tahan.
Berdebat dengan Arga hanya akan membuat semuanya makin buruk. Hubungan mereka akhir-akhir ini sudah cukup renggang. Dan Donna bukan wanita bodoh yang akan menambah keretakan itu dengan pertengkaran yang sia-sia.
Jadi kini Donna memilih diam, menghela napas pelan agar tetap tenang, satu-satunya orang yang harus dia beri pengertian adalah Anne. Akan Donna lempar kertas bukti bahwa di telah membeli wanita tersebut.
"Baik, Mas," jawab Donna patuh, setidaknya agar Arga tak memandangnya kehilangan kepercayaan diri.
Setelahnya Donna mendatangi kamar Anne, tanpa mengetuk pintu dia langsung masuk begitu saja. Tatapannya langsung bertemu dengan Anne yang tengah duduk di ranjang, bersandar dan membaca sebuah buku, entah buku apa.
"Donna," sapa Vexana, santai sekali menyebut nama itu.
Donna mendekat dan Vexana turun dari ranjangnya. "Lain kali jangan asal masuk seperti itu ya, aku tidak suka," ucap Vexana.
"Wah!" Donna tersenyum hambar, belum apa-apa wanita ini sudah berhasil membuat otaknya mendidih.
"Bukan apa-apa Don, bagaimana jika aku belum pakai baju. Mas Arga kan selalu menyentuh sewaktu-waktu."
gass.....
semoga saja arga lebih tertarik dengan anna daripada anne.ya🙏🙏👍👍 spy anne bisa di tolong lagi dengan monica untk menjauhkan dari donna ya...🙏🙏😱😱😔😔