NovelToon NovelToon
DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Keluarga / Romansa / Pihak Ketiga / Suami amnesia / Dokter
Popularitas:129.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Abang janji akan kembali ‘kan? Berkumpul lagi bersama kami?” tanya Meutia Siddiq, menatap sendu netra suaminya.

“Iya. Abang janji!” ucapnya yakin, tapi kenyataannya ....

Setelah kabar kematian sang suami, Meutia Siddiq menjadi depresi, hidup dalam kenangan, selalu terbayang sosok yang dia cintai. Terlebih, raga suaminya tidak ditemukan dan dinyatakan hilang, berakhir dianggap sudah meninggal dunia.

Seluruh keluarga, dan para sahabat juga ikut merasakan kehilangan mendalam.

Intan serta Sabiya, putri dari Meutia dan Ikram – kedua gadis kecil itu dipaksa dewasa sebelum waktunya. Bahkan berpura-pura tetap menjalani hari dimana sang ayah masih disisi mereka, agar ibunya tidak terus menerus terpuruk, serta nekat mau bunuh diri, berakhir calon adik mereka pun terancam meninggal dalam kandungan.

Dapatkah Meutia beserta buah hatinya melewati badai kehidupan?
Bagaimana mereka menjalani hari-hari berat itu ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23 ~ Apa Mamak takut?

“Apa Mamak takut dikarenakan teringat Ayah yang kecelakaan naik bus?” tanyanya hati-hati, tidak melepaskan genggaman tangan sang ibu.

Dalam hati Meutia bersyukur, Intan dan Sabiya tumbuh menjadi pribadi perhatian, penuh kasih. “Tidak, kak Intan. Mamak selalu percaya kalau maut, jodoh, rezeki sudah diatur oleh Allah. Bila tiba waktunya dipanggil Sang Maha Kuasa – dimanapun, dalam ruangan paling aman menurut manusia, tetap saja tidak dapat menghindari ajal tiba.”

“Mungkin Mamak cuma lelah. Intan yang cuma sebentar-sebentar menjaga Gauzan saja capeknya bukan main, apalagi Mamak mengurusnya sambil mengerjakan hal lain. Sini Mak! Tiduran diatas paha Intan.” Dia memundurkan bokong ke belakang lalu meminta sang ibu merebahkan kepalanya di atas paha.

Meutia terharu, dia menerima tawaran putrinya. “Terima kasih kakak Intan, putri kebanggaan Ayah Ikram.”

Intan tersenyum manis. Jika dulu kalimat itu membuat hatinya berbunga-bunga, sekarang menorehkan luka yang bahkan dia sendiri tidak tahu kapan sembuhnya. '

Ayah, rasa rindu ini tak pernah pudar, semakin tumbuh subur. Hampir lima belas bulan semenjak kepergian Ayah, Intan belajar ikhlas … tapi maaf, sampai sekarang masih memelihara rasa tidak rela.’

Meutia hanya sekadar memejamkan mata, menikmati kenangan kala dulu suaminya selalu mengusap-usap kepalanya agar cepat tertidur saat mereka bepergian naik bus. Sama seperti yang dilakukan Intan sekarang.

“Kau kenapa, Sabiya? Sedari tadi diam terus. Mau muntah atau lapar?” Hazeera menepuk-nepuk paha sepupunya.

Sabiya menoleh ke samping. “Aku tak mual, Zeera. Namun entah mengapa ada yang … ah, aku sulit mau bilangnya.”

Dia membawa tangan sahabatnya ke dada. “Kau dapat merasakan kan kalau jantungku berdetak kencang? Terus seperti – Astaghfirullah. Aku bingung, tapi dapat merasakannya.”

Hazeera pun ikutan kebingungan, dia dapat mendengar ritme jantung Sabiya. “Sebaiknya kau tidur saja!”

Gadis kecil itu menyadarkan sisi wajahnya di kaca jendela, menatap hampa jalanan yang dilewati bus. ‘Ini apa sebab ya Allah? Kok deg, deg, deg nya kuat betul?’

“Lewat jalan lain saja, jangan melewati rute utama!” titah Agam Siddiq, kala sang kondektur bertanya mengenai arah mana yang mau diterjang.

Jalan utama berarti melewati tempat kejadian kecelakaan Ikram, dan Agam tak ingin menabur garam di hati Meutia beserta anak-anaknya. Meskipun dapat dipastikan mereka akan sedikit lebih lama sampai tujuan, tak mengapa asal dapat menjaga perasaan semua orang.

***

Hampir enam jam kemudian, dari matahari belum muncul sampai kini panas terik – bus pariwisata yang membawa penumpang warga kampung Jamur Luobok, memasuki halaman resort hotel pinggir pantai.

Begitu pintu bus dibuka, anak kecil langsung keluar dan bersamaan berteriak.

“Abang Danang! Bang Ayek! Bang Rizal!”

Zeeshan, Kamal, Zain, minta digendong ketiga pemuda yang sudah sedari dua jam menunggu di restoran.

“Kok Abang cepat kali sampainya? Apa naik ban dari sungai terus hanyut sampai sini?” Zeeshan melontarkan pertanyaan tidak masuk akal, dia digendong Rizal.

"Kau kapan pintar, Zee? Paok terus kurasa.” Intan turun dari bus.

“Masha Allah, bidadarinya bang Ayek – cantik sangat,” puji pemuda hitam manis berlesung pipi.

“Mak tengoklah Mak! Bang Ayek menggatal!” Siron berteriak memanggil Meutia.

“Ck ck … calon Permaisuri Abang tak elok jadi pengadu domba macam itu. Abang sanggup kok adil _ kak Dhien! Sakit!” Kepalanya sampai menunduk saat telinganya ditarik kuat.

Ha ha ha ….

Tawa putra dan putri keluarga besar itu terdengar sangat bersemangat.

“Dari zaman kau pipis masih nganan-ngiri sampai sudah lurus, jiwa perayu ulungmu pun tetap melekat, tidak rontok dia!” Dhien tidak melepaskan cubitannya ditelinga Ayek.

“Pedes loh, Kak. Caplang nanti telingaku! Tak lagi tampan, hilang sudah rupawan dan susuk ajian penakluk beti_ Akk! Ampun Kak, ampun Landak betina!”

Zeeshan merosot ke bawah, dia tidak mau kena imbasnya.

“Gaya kau mau mendekati permata Intan ku, ditanya hafalan sudah sampai juz berapa, jawabnya jas-jus! Sudah betul dulu cita-citamu mau jadi juragan Babi ngepet, malah sok betul kuliah jurusan pertanian!” Meutia mencibir, dia hanya bercanda.

“Astaghfirullah! Mulut kak Meutia memang tak ada duanya. Kata-katanya langsung menghujam kalbu tembus ke lubang pembuangan akhir!” Dia lari tunggang-langgang, demi menghindari siksaan lainnya.

“Bang Ayek! Balek kau! Bantu angkut barang ini!” Ramzan adiknya Ayek meneriaki abangnya.

“Biar aku bantu saja, Bang.” Intan mengangkat tas uluran Ramzan.

“Kemari kau, Yek! Kalau tak mau gadis incaran mu ditikung si Ramzan!” Rizal menjerit sejadi-jadinya.

Para orang dewasa cuma menggelengkan kepala. Mereka percaya pada ketiga pemuda itu, sebab baik Ayek dan lainnya serta Ramzan – tahu batasan bercanda, tidak asal menyentuh anak perempuan terlebih yang sudah baligh.

Barang-barang bawaan pun diangkut oleh beberapa pelayan resort, dibawa ke kamar hotel yang berada di lantai dua.

“Nanti main airnya! Sabiya, Hazeera, Rania, Lanira! Sekarang makan dulu biar kalian tak masuk angin!” Meutia menghentikan langkah sang putri dan para keponakannya yang sudah mengejar ombak menyapa bibir pantai.

Keempat gadis kecil itu pun langsung menurut, berlari kembali menuju resort hotel berlantai tiga.

Namun tidak dengan Gauzan. Dia mengamuk saat kemauannya tidak dituruti, ingin main pasir pantai.

“Nak, dengarkan Mamak cakap ya? Adek harus makan nasi dulu! Sedari dibus cuma minum satu botol susu, belum cukup itu, Gauzan.”

“Moh! Moh!” Gauzan menggeliat dalam gendongan sang nenek yang langsung kesulitan menahan beban badannya.

Meutia cepat-cepat mengambil batita banyak maunya yang kalau sudah terlanjur tantrum sulit ditenangkan.

“Adik Gauzan, Kak Intan punya Kelomang! Ayo main di dalam restoran saja, nanti habis makan baru mandi di pantai!” Cangkang binatang berwarna pasir itu dijepit oleh jari telunjuk dan jempol Intan.

Netra Gauzan membulat penuh rasa penasaran. Dia lupa kalau baru saja mau tantrum.

Meutia menurunkan putranya, yang langsung berjalan dengan kedua kaki terbuka lebar, serta siku membuka demi menjaga keseimbangan tubuh.

“Intan pandai betul mengambil hati Gauzan ya, Tia? Hampir selalu berhasil menenangkan si gempal itu bila hendak mengamuk,” tutur Nyak Zainab.

“Iya, Nyak. Terkadang Tia sering iba melihatnya – dalam sekejap mata dia berubah menjadi dewasa sebelum waktunya. Sering Tia paksa main seperti dulu saat masih ada Bang Ikram, tapi tak mau.” Helaan napasnya terdengar berat.

.

.

“Besok pergilah berlibur ke pantai. Ajak Denis main pasir dan air laut, sudah waktunya dia mengenal alam selain kampung halaman ini.” Abah menyeruput kopi dalam cangkir blirik hijau putih.

“Mau ya, Bang? Kita naik mobil saja bila Abang enggan terlalu dekat denganku,” pinta Arinta.

“Pa, papa!” Denis seakan paham, dan juga mencoba merayu pria yang dia panggil papa.

“Denis ingin main pasir, berenang di laut ya, Nak …?”

.

.

Bersambung.

1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
suami dr Hongkong lho !!!! eh Arinta nyadar diri donk gak usah ngaku" kl Yunus alias Ikram suamimu karna sampai kapan pun Yunus alias Ikram adalah milik Meutia kekasih hatinya 😏😏
stnk
gaaasssss Tia...jangaaaan kendooor...ikram suamimu....
Larasati
nah loh mau apa lagi kamu arinta bukti nikah gak ada , semoga ikram cepat pulih ingatan nya
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Alhamdulillah akhirnya mereka nemuin Yunus alias Ikram ayo skrng bawa Yunus alias Ikram pergi dr Arinta biar gak di paksa nikahin Arinta sama si Ambu sedeng 💪💪😁
Marlina Prasasty
hahaha mati kutu kau arianta eh siapapun namamu sy g kenal,sok ngaku²,kmi ini saksi kunci bucinnya pak ikram kpd istrinya Meutia yg kau anggap suami itu
Larasati
kayaknya arnita tau siapa Yunus sebenarnya karena takut Yunus ketemu keluarga nya lagi
Defvi Vlog
hayolah kita labrak rame rame c gurita🤭
Ruwi Yah
tunjukkan pesonamu dhien
Jetri
ikutan gemes sama arinta,, pingin tak cubit tuh mulutnya arinta 🤣🤣
Ruwi Yah
saking takutnya aq sampai nggk berani baca kak aq baca dulu komennya
Bang Fay
masih ngeyel nih si arinta....ngaku ikram suaminya.gila dia....
Reni Septianing
good job muetia rasyid 👍 lawan. enak saja panggil laki orang suami. hahahaha mampus kau arsinta.. paling2 dia bakal mamaknya yg egois
it's me
hayooooo... jambakkan tya
congor kok busuk macam itu, ngaku2 bininya ayah paok pulak🤬🤬
Lisstia
musti bsnyak banyak bukti yang kuat tapi arinta juga gak mungkin ngalah gitu aja,,cuma nanti sangking mendesaknya nih pasti ibu arinta keknya bakalan desak atau bahkan ngancam ikram untuk menikahi rinta,, mereka kan egois banget apalagi tau kalau rinta memiliki rasa ke ikram ....rumit nih
ikram musti teguh dengan pendiriannya untuk tidak menikahi rinta,, dengan adanya kejadian ini tuh udah jelas klau dia memang udah punya anak dan istri
Reni Septianing: bener kak, dengan dalih balas budi udah nolong si yunus alias ikram rasyid😏. Dan keluarga Agam shiddiq dan juragan biyakta gak akan tinggal diam. malu lah mereka🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Ceuceu Nur
maju terus tia ...
bungkus si arinta paok tuh buang ke laut

cakar cakar tuh dia punya wajah keluarkan jurus andalan mu tia...
👏👏👏
tia tia tia tia tia
Umi Kolifah
aku senang, ayo lawan mamak tia libas tu si Arinda jangan kasih kendor,,
DozkyCrazy
seruuuu
DozkyCrazy
asyiiik Tia kerrren
Aurel Bundha
lanjut 🥰🥰 semangat
Sugiharti Rusli
bagus deh Meutia bisa dewasa dalam menghadapi entah siapa lawannya itu, dia juga sepertinya tahu kalo sang suami amnesia sekarang jadi tidak mengenali keluarganya sendiri,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!