✍🏻 Sekuel dari novel Saoirse 📚
"Bahkan kau tidak akan menemukan cinta yang sama untuk kedua kalinya, pada orang yang sama. Dunia tidak sebaik itu padamu, Tuan. Meskipun kau punya segalanya." ucap Mighty penuh penekanan.
"Aku dan dia adalah dua orang yang berbeda, tanpa perlu kau banding-bandingkan. Dan tidak ada orang yang benar-benar sama, sekalipun mereka kembar identik!" Mighty menghentakkan kakinya, meluapkan emosi yang sudah lama memenuhi dada.
Mighty terjebak dalam permainan nya sendiri, melibatkan seorang duda berusia 35 tahun, Maximilian Gorevoy.
Ikuti kisah mereka yaaa😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Max sedang membaca beberapa berkas yang baru saja di berikan Jake. Sesekali ia melihat kearah Jake, memastikan apa yang dibacanya adalah benar. Anggukan kepala Jake sebagai jawaban, keduanya berbicara melalui isyarat.
"Jadi Daddy sudah maju satu langkah?" Max menyandarkan tubuhnya di kursi setelah selesai membaca berkas-berkas itu.
"Tuan besar langsung mencari tahu latar belakang nona Mighty, termasuk silsilah keluarga dan perusahaan keluarga Morino yang sekarang berada di tangan wanita itu." kata Jake menjelaskan, meskipun Thor tidak menyuruhnya, karena ia bekerja pada Max.
Max memejamkan matanya, mengingat permintaan Mighty untuk menghancurkan keluarganya sendiri. Namun ternyata, 40% pemilik saham di perusahaan itu adalah Thor. Tidak mungkin Max menghancurkan perusahaan itu, karena itu sangat merugikan.
Seringai licik terbit di bibirnya, sepertinya Max punya rencana lain. "Aku ingin mengakuisisi perusahaan itu. Bagaimana pun caranya, kau harus bisa mendapatkan 60% saham perusahaan itu." Max menatap dingin Jake, memberikan tanggung jawab untuk mengambil alih perusahaan Morino.
Jake menelan ludahnya menyadari jika kata-kata Max adalah perintah mutlak. "Kirimkan Oddie ke Genova, dan kau akan tetap stay di perusahaan." kalimat Max membuat wajah Jake sedikit cerah, karena ia tidak harus bekerja sendiri.
"Saya akan segera memberikan kabar baik, Tuan." sahutnya percaya diri.
Menurut Jake, perusahaan Morino sangat potensial jika di pimpin orang yang tepat, karena sejak kepemimpinan Matilda, perusahaan itu selalu di ambang pailit. Sebab itu juga Thor bisa memiliki saham sebanyak 40% dengan mudahnya.
Jake cukup berpengalaman, ia bisa menganalisa dengan baik jika perusahaan tersebut mempunyai prospek yang menjanjikan. Sekian tahun mengabdi kepada Max, membuat cara berpikirnya sebelas duabelas dengan Max yang sigap, cermat, dan tepat sasaran.
"Selain perusahaan, aku ingin wanita itu kehilangan semua asetnya. Properti, aset bergerak, tabungan, deposito, dan lainya. Buat dia kehilangan semuanya." kata Max menambah perintahnya. Mungkin harta yang dimiliki Matilda tidak seberapa baginya, tapi itu adalah permintaan Mighty dan Max berusaha memenuhinya.
Jake keluar dari ruangan Max, ia langsung menghubungi Oddie yang kini berada Mexico. "Kau dimana?" tanya Jake melalui sambungan telepon.
"Aku masih di gudang, ada apa?" sahut Oddie diujung sana.
"Tuan Max mengirim mu ke Italy, ada sedikit pekerjaan." terdengar suara tawa Oddie.
"Kebetulan sekali aku ingin berkencan dengan wanita Italy." sahutnya membuat Jake berdecak kesal.
"Kau kesana untuk bekerja, bukan bersenang-senang!" ujar Jake memperingatkan.
Oddie kembali terkekeh, anak buah Max satu itu termasuk casanova. "Aku bisa melakukan keduanya, tidak bagus jika selalu serius dalam bekerja." ujarnya menyindir Jake yang selalu terpaku pada pekerjaan.
"Sial!" umpat Jake membuat Oddie tertawa puas.
"Baiklah, aku matikan dulu. Aku harus menikmati kencan terakhir ku di Mexico sebelum pergi." pungkas Oddie langsung mematikan ponselnya.
Jake menatap datar ponsel yang ada di tangannya, rekan kerjanya itu sepertinya benar-benar menikmati petualangan nya di setiap negara yang disinggahinya.
.....
Di penthouse, Mighty sedang menonton di ruang teater. Namun ia tidak menikmati apa yang ditampilkan layar besar itu, ia selalu mengganti-ganti film dan tidak benar-benar menonton.
Tak....
Mighty melemparkan remote itu ke meja yang ada di depannya, kemudian mengambil ponsel. Jarinya terus menggulir daftar kontak yang ada di ponselnya, hingga berhenti di satu nama. Beberapa saat Mighty menatap nama itu, lalu melakukan panggilan.
Tutt ... Tutt ....
"Hallo, siapa ini?" terdengar suara wanita khas bangun tidur menjawab panggilannya. "Aku matikan jika tidak mau bicara." ujarnya karena Mighty tak kunjung bersuara.
"Abby," suaranya pelan.
Abby tidak langsung menjawab, hingga Mighty kembali bersuara. "Abby, kau masih disana?" ulangnya.
"Mighty, kau kah itu?" tanya Abby terkejut, sebab sudah hampir delapan bulan mereka tidak saling berhubungan.
"Heumm, ini aku." sahut Mighty suaranya bergetar, ia merindukan satu-satunya keluarga yang perduli padanya.
"Oh my Gosh! Kau dimana? Apa kau baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu padamu? Mig, kau pergi dari Genova? Kemana? Hei jawab aku gadis nakal." geramnya memberondong Mighty dengan banyak pertanyaan.
Mighty tertawa mendengar banyaknya pertanyaan dari Abby, namun matanya memerah basah. "Kau memberikanku banyak pertanyaan, aku tidak tahu harus menjawab yang mana."
"Dasar gadis nakal, sampai kapan kau akan membuat wanita tua ini khawatir?"
"Maaf," cicit Mighty.
"Hemm, simpan kata maaf mu. Sekarang katakan kau dimana?" desaknya. Ia benar-benar khawatir karena sang keponakan menghilang begitu saja, dan baru hari ini menghubungi nya.
"Aku di Moskow."
"WHAT? MOSKOW? WHAT ARE YOU DOING?" teriaknya memekakkan telinga, hingga Mighty menjauhkan ponselnya.
"Aunt, kenapa kau suka sekali berteriak?" protes Mighty merengek.
"Oh my God. Mig, apa yang kau lakukan di Rusia? Bagaimana kau bisa sampai sana? Kau tahu? Setelah pertunjukan hari itu, tuan Gorevoy mencari mu. Entah apa yang sudah kau lakukan, dan sekarang kau bilang ada di Moskow? Kau benar-benar amazing." gerutu Abby panjang lebar. Ia tidak mengerti kenapa keponakannya bisa sampai Rusia?.
"Abby, aku tidak melakukan apapun. Aku hanya ada sedikit pekerjaan di sini, kau tidak perlu khawatir." ujarnya menenangkan.
Terdengar decakan pelan dari mulut Abby. "Lalu kapan kau akan kembali? Jangan terlalu lama ...."
"Aku tidak akan kembali." potong Mighty.
"Apa maksudnya?"
"Lain kali akan aku ceritakan padamu." Mighty melihat kedatangan Max. "Aku tutup dulu." pungkasnya tanpa mendengar jawaban Abby yang berteriak minta penjelasan.
"Kau sudah pulang?" Mighty menyambut Max dengan senyum manisnya.
"Kau bicara dengan siapa?" tanya Max, mengabaikan pertanyaan Mighty.
Mighty menarik tangan Max, hingga pria itu duduk disebelah nya. "Dia Abby, saudara kembar ibuku." jawabnya sambil memeluk lengan kekar Max.
Kening Max berkerut, ia baru tahu jika ibu mertuanya kembar. "Jadi ibumu kembar?" Mighty mengangguk tanpa melepaskan pelukannya.
"Pantas saja kau hamil kembar." ujarnya Max, karena dalam silsilah keluarganya, tidak ada yang kembar. "Ada apa dengannya?"
"Tidak ada," sahut Mighty singkat. Ia memejamkan matanya, menghirup aroma khas Max yang membuatnya sedikit tenang.
"Ada apa? Kau menginginkan sesuatu?" Mighty menggeleng. "Lalu?" beberapa hari terakhir ini istrinya sangat manis. Tidak ada permintaan ini itu, Mighty juga tidak merengek atau mengambek.
"Aku suka bau mu." kata Mighty, Max terkejut dengan kata-kata Mighty dan dia bisa merasakan hangatnya tubuh Mighty yang menempel padanya.
"Aku belum mandi."
Mighty langsung menggeleng kuat. "Jangan mandi, aku mau kau seperti ini saja." pintanya dan memeluk lengan Max semakin erat.
Max tipe pria yang berbeda dengan karakter novel yang tidak suka mandi. Max adalah pria tampan dan sangat suka kebersihan, terutama kebersihan tubuhnya. Ia akan tetap mandi dua kali sehari meskipun sedang musim dingin. Dan permintaan Mighty untuk ia tidak mandi, tentu saja sebuah hal sulit.
"Mig, tubuhku kotor, berkeringat, dan bau karena bekerja seharian." ujarnya lembut.
Namun Mighty langsung melepaskan pelukannya. "Apa permintaanku begitu sulit? Aku hanya memintamu agar tidak mandi, Max. Bukan meminta dibuatkan toko berlian, apakah sesulit itu?" matanya mulai berkaca-kaca.
"Hormon hamil sialan." umpat Max dalam hati, melihat sifat di luar nalar istrinya kembali. Jika saja bisa memilih, maka Max lebih baik membuatkan toko berlian dari pada tidak mandi.
*
*
*
*
*
TBC
semangat 💋