Harin Adinata, putri kaya yang kabur dari rumah, menumpang di apartemen sahabatnya Sean, tapi justru terjebak dalam romansa tak terduga dengan kakak Sean, Hyun-jae. Aktor terkenal yang misterius dan penuh rahasia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Habis syuting scenenya, Luna pura-pura berjalan mendekat ke Hyun-jae dan menyapa pria itu dengan senyuman termanisnya. Sayangnya tatapan Hyun-jae hanya dingin dan tanpa ekspresi saat mata matanya sekilas bertemu dengan Luna. Tidak ada sapaan, tidak ada senyum. Bahkan jauh lebih dingin dari biasanya.
Hati Luna mendadak mencelos. Biasanya, walau dingin, Hyun-jae setidaknya akan balas menyapa meski hanya menganggukkan kepala. Tapi kali ini... bahkan tatapan singkat itu terasa seperti tembok es yang menjulang tinggi sekali.
Dia mencoba menutupi kegelisahannya dengan bercanda pada kru, tapi dalam hati ia tahu ada sesuatu yang salah.
Apa Harin bilang sesuatu padanya? Pasti! Harin pasti menjelek-jelekkannya!
Tepat pada saat memikirkan perempuan itu, Harin muncul. Ia berhenti di depan Hyun-jae. Luna melihat raut wajah Hyun-jae langsung berubah begitu perempuan itu datang.
"Aku bilang waktumu satu jam bukan? Kau terlambat sepuluh menit." Hyun-jae mendongak ke Harin.
Harin menyengir lebar.
"Aku kan mandi dulu oppa, makhlum, perempuan."
Hyun-jae mendengus. Pandangannya berpindah ke Luna yang kini berdiri di dekat kameramen. Hyun-jae menyuruh Juno memanggil wanita itu. Saat Juno berjalan ke arah Luna, Hyun-jae menarik Harin duduk di kursi kosong di sebelahnya.
Harin hampir menjerit kaget. Tapi tidak jadi. Dasar laki-laki ini. Bilang-bilang dulu kek sebelum di tarik biar dia siap.
Di ujung sana, Jeno memanggil Luna.
"Nona Luna,"
"Iya?"
"Hyun-jae memanggil anda. Dia ingin bicara sebentar dengan anda."
Wajah Luna langsung cerah. Mungkin Hyun-jae akhirnya ingin bicara dengannya karena mulai tertarik padanya. Beberapa aktris perempuan di dekatnya langsung iri.
Luna memperbaiki rambut, menatap pantulan wajahnya di ponsel, lalu melangkah penuh percaya diri menuju ke tempat Hyun-jae. Pria itu duduk di ruangan terbuka. Yang membuat Luna tidak senang adalah, Harin duduk di sebelahnya. Demi apa coba?
Begitu sampai, Luna tersenyum semanis mungkin pada Hyun-jae yang duduk bersandar di kursi dengan wajah tegang dan tatapan tajam. Berbeda dengan Harin yang mengangkat dagunya tinggi-tinggi pada Luna.
"Mm, sunbae memanggilku?" tanyanya dengan suara lembut.
Hening beberapa detik. Lalu Hyun-jae berbicara.
"Minta maaf."
Luna berkedip.
"Apa?"
"Minta maaf pada Harin," ulangnya dingin. Tatapannya tajam seperti bilah pisau. Harin yang mendengarnya pun menjadi bingung.
Luna tertawa gugup.
"Sunbae, apa maksudmu? Ke-kenapa aku harus minta maaf?"
Hyun-jae tidak menjawab. Ia menatap Juno yang berdiri di belakang Luna, memberi isyarat. Lelaki itu mengangkat tablet dan menampilkan rekaman cctv lantai dua.
Luna membeku. Gambar itu terlalu jelas, dirinya berdiri di depan kamar mandi, melihat kanan-kiri, lalu menutup pintu dari luar dan memutar kunci.
Harin yang ada di dalam bahkan tidak sadar sedang dikunci.
"Itu ...' suara Luna bergetar.
"Tidak seperti yang kalian pikirkan. Aku bisa menjelaskan."
"Cukup," potong Hyun-jae datar.
"Aku memanggilmu ke sini bukan untuk mendengar alasan. Kau tahu betul apa yang kau lakukan. Kau pikir aku tidak kejahatanmu yang lain?"
Luna menelan ludah.
Harin yang awalnya masih bingung, kini menatap layar itu dengan mata melebar. Ia menoleh ke arah Luna dengan campuran kaget dan marah.
"Kau… kamu yang ngunci aku waktu itu?!"
"Harin, aku bisa..."
Plakkk!
Tamparan keras mendarat di pipi Luna sebelum kalimatnya selesai.
Semua orang di lokasi itu kaget dan bingung sekaligus. Ada yang ingin merekam tapi Hyun-jae segera berdiri dan bicara kencang.
"Kalau ada yang berani rekam, percayalah, aku bisa menghancurkan kalian dalam sekejap mata." itu bukan sekadar ancaman biasa, tapi ancaman yang berhasil membuat kru dan beberapa artis yang sudah mengangkat hape mereka menurunkan lagi, tidak jadi merekam.
Harin berdiri dengan wajah emosinya di depan Luna.
"Perempuan gila kamu! Kamu pikir bisa main-main sama aku? Kamu itu cuma anak tiri papaku yang nggak tahu di untung. Udah dikasih hidup mewah, masih aja rakus. Kamu punya otak gak sih? Kenapa ngunci aku, ha? Kenapa?!"
Harin tidak tahan lagi. Ia terlalu emosi. Dari dulu dia sudah menahan diri untuk tidak menyerang Luna. Tapi sekarang, dia tidak akan segan-segan lagi. Luna menunduk. Dia ingin melawan Harin, tapi di sini terlalu banyak orang. Ada Hyun-jae juga. Dia tidak ingin citranya sebagai perempuan lemah lembut jatuh.
"Harin, aku bisa ..."
"BISA APA?!" Suara Harin menggelegar sampai dia hampir kehilangan keseimbangan. Untung dengan cekatan Hyun-jae menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.
"Tenangkan dirimu. Biar aku yang menghadapinya." pria itu berbisik di telinga Harin. Harin awalnya memasang wajah keberatan, tapi tatapan tegas Hyun-jae membuatnya diam.
Harin memilih duduk di kursi yang ia duduki tadi. Hyun-jae menatap Luna tajam. Para kru menonton dari jauh. Mereka masih bingung masalahnya apa sampai Luna di tampar. Jarak mereka cukup jauh.
"Dengar baik-baik, bukti-bukti semua perbuatanmu sudah ada di tanganku." kata Hyun-jae datar namun nadanya begitu tajam dan mengintimidasi.
"Kalau kau tidak ingin nama baikmu rusak di hadapan semua orang dan karirmu hancur, minta maaflah sekarang juga pada Harin."
Luna menelan ludah. Dia paling tidak sudi minta maaf pada perempuan itu. Tapi sekarang, dia tidak bisa apa-apa selain melakukannya.
Luna pun maju beberapa langkah dan berhenti di depan Harin.
"Harin," ucapnya.
"A-aku minta maaf atas semua perbuatanku padamu. Aku salah, tolong maafkan aku."
Harin menyipitkan matanya. Dia jelas tahu Luna tidak tulus meminta maaf.
"Pergilah. Aku nggak pengen liat muka munafik kamu lagi."
Balas Harin membuang muka.
Dalam hati Luna memberikan sumpah serapah padanya. Luna mundur dan berdiri di dekat Hyun-jae lagi.
"Mulai besok, kau tidak perlu datang lagi. Aku akan bilang pada sutradara agar peranmu di ganti."
Luna kaget. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Airmatanya jatuh, ia menangis.
"Jangan lakukan itu sunbae, aku mohon. Aku butuh peran ini, plasee ..."
Ia memohon tapi Hyun-jae tetap bersikap dingin.
"Itu harga yang harus kau bayar."
Setelah mengatakan itu, Hyun-jae menarik tangan Harin pergi dari dari sana, membiarkan Luna menangisi nasib sialnya. Orang-orang yang melihat kejadian itu makin bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Salah satu di antara mereka bilang ia mendengar Luna sengaja mengunci asisten Hyun-jae di kamar mandi dan ketahuan. Yang lain tidak menyangka Luna akan melakukan hal seperti itu. Pantas dia di tampar tadi.
Ini terlalu menyakitkan.. 😢
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Kebenaran selalu terungkap pada akhirnya, akan muncul di atas kepalsuan bagai minyak di atas air.
Sekeras apa pun seseorang berusaha menyembunyikan atau menghentikannya.
Kebohongan hanyalah penundaan sementara dari sesuatu yang tak terelakkan..😭😭