"Mulai sekarang kamu harus jadi Istriku dan juga Ibu sambung dari Ratu!"
"Siapa kamu? apa hak kamu memaksa aku menikah?"
"Aku Ayahnya Ratu! anakku menyukaimu dan aku harus memenuhi keinginan putriku yang ingin kamu menjadi ibunya!"
"Tapi ingat jangan berharap lebih pada ku! karena statusmu hanya Istri Rahasia dan juga Ibu Sambung Ratu!"
Deg!
"Aku belum bilang setuju!"
"Kamu tidak punya pilihan selain setuju!"
****
Nayyara terpaksa menjadi istri rahasia dari CEO Kejam bernama Ravindra dan juga Ibu sambung anak kecil lucu bernama Ratu.
Nayyara tidak bisa menolak karena pernikahan ini terjadi atas permintaan Ayahnya untuk terakhir kali.
Apakah Cinta akan hadir diantara Ravindra dan Nayyara? Atau justru Nayyara pergi setelah memberikan kasih sayang yang tulus pada Ratu?
Simak cerita nya hanya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NAYYARA-30.
Ravin terkejut melihat Dea yang sudah berdiri di depan pintu sambil bersender, saking fokusnya melamun, Ravin sampai tidak sadar jika Dea sudah ada disana sejak tadi.
"Mami sejak kapan ada disana? bikin kaget aja." Ravin memilih duduk di sofa karena takut mengganggu Ratu yang masih tertidur.
"Dari tadi, kamu nya aja yang ngelamun dari tadi jangan nyalahin Mami dong." celetuk Dea santai, wanita paruh baya itu ikut duduk disamping Ravin.
"Aku gak nyalahin Mami, cuma kaget aja." Ravin meralat ucapannya.
"Ya Mami ngerti, besok Ratu mulai sekolah lagi?" tanya Dea, Ravin mengangguk.
"Aku udah cari sekolah yang lebih aman Mi, kalo disana takutnya Ratu diganggu lagi, kejadian kemarin aja bikin aku gak percaya lagi titipin Ratu sekolah disana, kurang aman." Ravin mengaku dia salah kemarin, tapi pihak sekolah juga salah karena membiarkan hal itu terjadi tidak menegur apalagi memberitahu mana yang benar mana yang salah.
"Ya bagus kalo gitu, Mami besok mau liat sama pastiin dulu sekolahnya sebelum itu Mami gak bisa tenang." tegas Dea, Ravin mengangguk setuju.
"Gimana Mami aja."
"Jadi gimana?"
"Gimana apanya Mi?" Ravin mengerutkan keningnya, Dea menarik nafas pelan.
"Gimana perasaan kamu sama Nayya? Mami denger semuanya loh."
"Gatau Mi aku juga bingung, yang jelas aku gamau paksa dia." ucap Ravin yang kini tidak ingin memaksakan egonya sendiri.
"Mami setuju sama kamu, tapi kalo kamu emang mau buka hati atau coba lamar Nayya juga gak masalah Ravin, kamu pikirin dulu baik-baik kalo emang tertarik ya udah coba lamar tapi harus tulus bukan karena ada maksud lain." Dea kembali memberi peringatan.
"Iya Mami aku paham, gak mungkin juga aku tega jahat sama Nayya." Ravin sadar kondisi Nayya itu tidak baik-baik saja, dan Ravin itu bukan orang jahat yang tega menambah luka dan trauma untuk Nayya.
"Bagus akhirnya kamu sadar juga, kedepannya sikap kamu yang tempramen itu harus dirubah Ravin, kamu gatau kan gimana orang kalo sakit hati? jangan sampai keegoisan kamu jadi boomerang di masa depan, Mami gak bermaksud nakutin kamu tapi Mami pengen kamu lebih baik lagi." Dea menepuk pelan bahu Ravin.
Sebagai orang tua Dea tidak ingin Ravin menyesal di masa depan, apalagi jika semuanya sudah terlambat jadi Dea ingin Ravin berubah sedikit demi sedikit.
"Aku usahain yang terbaik Mi, yang penting aku harus beresin masalah Kakeknya Ratu dulu." ucap Ravin mendadak pusing.
Iskandar masih di rumah sakit, tapi Raka yang mengurusnya bahkan masalah Tari dan Asih pun diserahkan pada Raka, karena Ravin harus memastikan sekolah Ratu serta menjaga Ratu sampai sembuh, belum lagi Ravin kepikiran dengan kondisi Ayah Nayya.
"Masalah itu biar Papi kamu yang urus, sekarang fokus dulu sama penyembuhan Ratu, diri kamu sendiri juga."
"Iya Mi." Ravin memilih menurut saja pada orang tuanya, dia ingin berubah dan menjadi Ayah yang lebih baik lagi bagi Ratu.
****
Ke esokan harinya kondisi Nanda sedikit membaik tapi masih lemah, Vira dan kedua orang tuanya baru saja mampir, mereka harus kembali ke rumah karena ada masalah pekerjaan.
Kini Nayya kembali sendiri menjaga Nanda, dia sadar semua orang termasuk Vira dan kedua orang tuanya memiliki kesibukan sendiri jadi Nayya tidak bisa memaksa orang lain menemani dirinya.
"Ayah makan lagi ya." bujuk Nayya, Nanda sekarang waktunya makan siang dan juga minum obat namun baru makan sedikit Nanda sudah tidak ingin makan lagi.
"Ayah sudah kenyang Nay." ucap Nanda lemah, Nayya berusaha membujuk Nanda lagi tapi pria paruh baya itu tetap kukuh tidak ingin makan lagi.
"Yaudah kalo beneran gamau makan lagi, sekarang Ayah minum obat dulu ya." kata Nayya lembut, Nanda mengangguk.
Nayya membantu Nanda untuk minum obat, baru saja selesai minum obat suara ketukan pintu terdengar.
"Masuk." ucap Nayya, pintu terbuka dan ternyata yang datang itu adalah Ratu serta Ravin pastinya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Ratu berlari kearah Nayya dan Nanda, gadis kecil yang sudah pulih sepenuhnya itu mencium tangan Nayya dan Nanda bergantian.
"Pinternya." Nayya mengusap pucuk kepala Ratu yang semakin menggemaskan, Ratu tersenyum lebar dipuji oleh Nayya.
"Makacih Kakak cantik." Ratu mencium pipi Nayya.
"Sama-sama adik manis." Nayya mencubit gemas pipi Ratu, gadis kecil itu tertawa.
Ravin tanpa sadar ikut tersenyum melihat kedekatan Nayya dan Ratu, pria itu menghampiri Nanda kemudian mencium tangannya.
"Gimana kondisi Bapak sekarang?" tanya Ravin ramah, dia berdiri di sisi kanan brankar bersebrangan dengan Nayya dan Ratu.
"Alhamdulillah sedikit membaik Nak." suara Nanda masih begitu lemah.
"Nayya ini ada titipan dari Mami, hari ini Mami sama Papi belum bisa jenguk Pak Nanda makanya nitip ini." Ravin memberikan paperbag berisi makanan sehat yang dibuat oleh Dea sendiri.
"Kenapa Tante harus repot, makasih Pak." ucap Nayya tulus, Ravin tersenyum tipis.
"Sama-sama."
"Padahal tidak perlu repot Nak." Nanda juga merasa tak enak hati, namun Ravin menggelengkan kepalanya.
"Tidak repot sama sekali, Mami emang suka masak." Ravin berkata jujur.
"Iya Kakek, tadi Latu juga ikut macak loh cama Oma lacanya juga enak jadi Kakek halus coba ya, Kakak Nayya juga coalnya kalo ndak mau coba Latu malah nanti." celoteh Ratu begitu menggemaskan, bahkan gadis kecil itu sampai menggembungkan pipinya.
Nanda dan Nayya tertawa gemas, Ratu memang selalu bisa membuat siapapun merasa gemas dengan tingkah lucunya.
"Lucu banget sih, nanti Kakak sama Kakek coba ya tapi tadi Kakek baru minum obat jadi waktunya makan masih nanti sore." Ratu kini sudah duduk di pangkuan Nayya dengan nyaman, Ravin hanya diam memperhatikan interaksi Ratu dan Nayya.
"Otee Latu ngelti Kakak.."
"Oh iya Papa, Latu kan tadi gambal di cekolah dapat bintang 5 loh." ucap bocil itu bersemangat, tadi Ratu ingin berbicara pada Ravin tapi lupa karena terlalu semangat ingin bertemu Nayya.
"Oh ya? coba Papa liat." Ravin ikut antusias menanggapi putrinya.
"Kakak Nayya juga liat ya, Kakek juga." pinta Ratu memelas, mata bulatnya mengerjap lucu dan tentunya baik Nayya ataupun Nanda tidak bisa menolak.
"Oke cantik."
"YEAYY!" Ratu mulai mengeluarkan sebuah buku dari tas punggungnya, Ratu memang memakai tas itu sejak sekolah tadi bahkan Ratu enggan melepaskannya sampai ke rumah sakit ini.
Setelah itu Ratu menunjukkan gambar yang dia buat tadi di sekolah, semua orang berkumpul untuk melihat gambar Ratu.
"Talaaaaa, ini dia gambal Latu yang dapat bintang lima dali bu gulu, ini Latu, ini Papa, ini Mama yang cudah di culga, catu lagi ini Mama Nayya..."
DEG
Bersambung.......