Aluna ditinggal mati suaminya dalam sebuah kecelakaan. Meninggalkan dia dengan bayi yang masih berada dalam kandungan. Dunianya hancur, di dunia ini dia hanya sebatang kara.
Demi menjaga warisan sang suami, ibu mertuanya memaksa adik iparnya, Adam, menikahi Aluna, padahal Adam memiliki kekasih yang bernama Laras.
Akankah Aluna dan Adam bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hare Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
“Astaga, apa kamu gak malu, Laras?” tanya Bu Ratna menatap sang menantu sambil menggelengkan kepalanya.
Bu Ratna memegang dadanya, sesak. Mungkinkah dia mulai merasa salah pilih jalan? Sejak kemarin begitu senang telah berhasil mengusir Aluna, berharap punya menantu yang bisa menaikkan gengsinya, menantu orang kota, yang ternyata gayanya bak seorang majikan.
“Kenapa harus malu, Ma? Yang malu itu, kayak Aluna itu. Merebut suami orang lain.”
Belum sempat Ratna menjawab, Pak Dimas sudah kembali ke rumah. Beliau dari kebun, ada beberapa truck yang sempat mogok karena jalannya licin, maklum sedang musim hujan. Sehingga tubuh dan pakaian pak Dimas pun ikut terkena.
“Laras, ini Papa,” ujar Bu Ratna memperkenalkan suaminya kepada menantunya itu.
Alih-alih mengulurkan tangan, Laras menatap Pak Dimas dengan jijik. Matanyanya melihat sang ayah mertua dari ujung kaki hingga ujung kepala, kemudian bergidik.
“Ih jorok,” gumamnya Pak.
Dia pikir, Pak Dimas tidak mendengar. Ternyata lelaki itu bisa mendengarnya, sambil berlalu masuk ke dalam, Pak Dimas berseloroh. “Ma, setelah ini panggil Adam, suruh dia bawa badut kota ini keluar dari rumah ini. Tidak ada menantu di rumah ini selain Aluna.”
Tentu saja itu membuat Bu Ratna dan juga Laras terkejut.
“Eh Pak, Adam itu sejak awal pacarku. Kalian saja yang memaksanya menikah dengan wanita gatal itu. Seharusnya sejak lama kami menikah, ini semua karena kalian. Wajar sih kalau kalian mempertahankan harta anak kalian yang sudah mati, ternyata kalian gak beneran kaya,” jawab Laras yang benar-benar tidak ada sopan santunnya.
“Laras!” bentak Bu Ratna.
Sementara Pak Dimas, tidak lagi menanggapi, beliau berlalu ke belakang untuk membersihkan diri. Setelah ini, pak Dimas ada janji untuk bertemu dengan Pak kades dan juga seorang kuasa hukum untuk penyerahan warisan kepada Kiya dan Aluna.
“Sudahlah, Bu. Beritahu aku dimana Adam, biar aku susul dia.”
Bu Ratna akhirnya mengantarkan Laras menuju rumah yang selama ini menjadi tempat tinggal Aluna dan Adam. Tapi, rumah itu terlihat sepi, bahkan semua lampu masih menyala.
“Ini rumahnya?” tanya Laras saat melihat betapa asrinya rumah yang ada di depannya, banyak sekali tanaman.
“Iya.”
Setelah memarkirkan mobilnya, Laras segera mendekat.
“Adam…” panggilnya.
Tidak ada jawaban.
Beberapa kali Laras berteriak memanggil Adam, tetap sama tidak ada jawaban. Bu Ratna berulang kali mengatakan kalau Adam tidak ada disana, karena tidak biasanya Adam membiarkan lampu menyala hingga siang.
“Aluna! Pelakor, keluar kau! Ini istri sahnya Adam, kau telah merebut Adam dariku!” teriak Laras dengan keras.
Sontak saja teriakan ini memancing para tetangga yang keluar, bukan Aluna ataupun Adam, karena memang Adam maupun Aluna tidak ada di rumah itu.
“Laras, jangan gila. Semua orang melihatmu,” ujar Ratna menarik tangan Laras agar pergi dari sana.
“Aku tidak mau pergi. Aku ingin semua orang tahu, aku sedang hamil anaknya Adam. Aku sudah menikah dengan Adam. Seharusnya akulah yang menikah dengan Adam, tapi karena wanita jalang itu, aku baru dinikahkan oleh Adam beberapa waktu lalu. Aku hamil anaknya Adam!” teriaknya semakin menjadi-jadi.
Ratna hanya bisa mengelus dada. Dan tentu saja semua orang akan percaya dengan apa yang dikatakan oleh Laras, sebab jelas Laras datang kesini ditemani oleh Ratna.
**
“Dam, bangun.”
“Ada apa?”
Adam menggeliat membuka matanya, tubuhnya terasa seperti remuk. Seperti habis dilindas alat berat, sakit-sakit semua. Kepalanya juga sangat pusing.
Adam menginap di rumah temannya, satu-satunya teman Adam di desa ini, Viki. Viki juga yang membantu Adam menjalankan bisnis. Hubungan keduanya memang cukup akrab.
Setelah semalam tidak berhasil menemukan Aluna dan Kiya, Adam pergi ke rumah Viki. Dia membawa minuman dan mabuk disana. Akhirnya Adam tidur seperti gedebong pisang hingga sekarang.
Tadi, Ibu Viki yang baru saja kembali dari warung memberitahukan kalau istri Adam dari kota datang, berteriak seperti orang gila dan sekarang semua orang tahu kalau Adam memiliki dua istri.
“Istrimu dari kota sudah datang,” jawab Viki.
Adam terlonjak kaget. “Laras?”
“Iya, sekarang semua orang di desa ini tahu kalau kau punya dua istri. Dan dia sedang hamil.”
“Kok bisa?”
“Iya, dia berteriak-teriak depan rumahmu. Memanggil Aluna dan kamu, tapi gak ada yang keluar dan dia memberitahukan kalau dia sedang hamil anakmu. Dia juga bilang kalau Aluna merebut kamu darinya. Dia ditemani Mama mu,” jawab Viki menjelaskan dengan detail.
Adam menarik kasar rambutnya. “Rasanya aku mati, Vik.”
“Nanti dulu matinya, hadapi dulu masalahmu. Selesaikan dulu tuh urusanmu, kasihan Aluna loh. Sudah kamu ceraikan, sekarang dia yang tidak tahu apa-apa harus kena getahnya,” ujar Viki.
Adam segera turun dari ranjang, menuju ke mobilnya dan pulang ke rumah. Ternyata Laras sudah tidak ada lagi di depan rumahnya. Dia langsung menuju ke rumah orang tuanya.
“Sayang, akhirnya kamu kembali,” sambut Laras yang langsung memeluk Adam.
Namun, Adam mendorong tubuh itu menjauh, matanya menatap tajam. “Kau seperti orang yang tidak berpendidikan, Laras. Kau yang memaksa menikah denganku, sudah tahu aku lelaki yang beristri. Sekarang, kau bukan hanya mempermalukan diriku, kau juga sedang mempermalukan dirimu!”
Laras merengut. “Kalau aku tidak begitu, apa kamu mau pulang? Kamu bahkan tidak tahu dimana, kamu tidak mau keluar dari rumah itu. Aku ini datang jauh-jauh, Adam. Berkendara sendirian dalam keadaan hamil. Dan sampai disini sambutanmu begitu.”
Laras merajuk. Seperti biasa, dia akan bertingkah manja seperti anak kecil. Karena biasanya dengan begitu, Adam akan luluh dan mengalah.
Tapi, kali ini berbeda.
“Aku tidak pernah meminta kamu datang kesini. Sudah aku bilang, kau cukup tunggu disana, dan aku yang akan datang kalau masalahku disini sudah selesai!” bentak Adam.
“Apa masalahmu? Kenapa tidak selesai-selesai sih?” tanya Laras kesal.
“Kau tahu? Aluna menghilang! Semua itu karena kau, dia menggugat cerai karena kau menghubunginya. Aku beritahu sama kau, Aluna bukan pelakor. Dia tidak pernah minta untuk aku nikahi. Dia bukan perempuan jalang, dia perempuan baik-baik! Dia tidak pernah menyerahkan tubuhnya untuk lelaki yang tidak halal baginya! Tidak sepertimu!” jawab Adam.
Mata Adam menyala merah, mungkin sisa mabuk semalam masih tersisa. Dan dibuat emosi dengan semua tingkah yang Laras buat.
Laras ternganga mendengar apa yang dikatakan oleh Adam. Itu benar-benar diluar prediksinya. Tadinya, dia pikir Adam akan menyambutnya dengan penuh kerinduan karena sudah bercerai dari Aluna. Namun, siapa sangka…
“Adam, kamu?”
“Kenapa? Kau pikir aku tidak bisa berkata kasar denganmu? Kau tidak seistimewa itu bagiku, Laras!” jawab Adam.
“Adam, kamu ini kenapa?” tanya Laras lagi.
“Aku kenapa? Aku gila! Aluna pergi dariku, aku tidak pernah ingin bercerai darinya. Aku mencintainya! Aku mencintai Aluna, Laras!”
Punya istri dan mertua cuma dijadikan mesin atm berjalan doang!
Gimanaa cobaa duluu Adam liatnya.. koq bisaa gituu milih Laras.. 🤔🤔🤦🏻♀️🤦🏻♀️😅😅
Terimakasih Aluna kamu sudah mau membantu Adam membuka kebusukan Laras semoga Adam bisa secepatnya menyelesaikan masalahnya dengan Laras dan bisa lebih dewasa lagi kedepannya 💪
Klo Laras tau Aluna ngasi rekaman bukti perselingkuhan Laras.. mesti Laras akan berbuat sesuatu yang jahat sama Aluna
Bisa2 Laras nekad! 😤😤