NovelToon NovelToon
Maverick Obsession

Maverick Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Obsesi / Kehidupan di Kantor
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Oveleaa_

Maura seorang asisten pribadi, mendapati dirinya terperangkap dalam hubungan rumit dengan atasannya, Marvel-seorang CEO muda yang ambisius dan obsesif. Ketika Marvel menunjukkan obsesi terhadap dirinya, Maura terperangkap dalam hubungan terlarang yang membuatnya dihadapkan pada dilema besar.

Masalah semakin pelik ketika Marvel, yang berencana bertunangan dengan kekasihnya, tetap enggan melepaskan Maura dari hidupnya. Di tengah tekanan ini, Maura harus berjuang mempertahankan batas antara pekerjaan dan perasaan, sekaligus meyakinkan keluarganya bahwa hubungannya dengan Marvel hanyalah sebatas atasan dan bawahan.

Namun, seberapa lama Maura mampu bertahan di tengah hasrat, penyesalan, dan rahasia yang membayangi hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oveleaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Setelah acara makan malam itu, kepala Maura mendadak pening. Entah karena pertunangan Marvel, keadaan Dave atau nasi goreng yang tidak cocok di perutnya. Setelah minum air putih yang ditawarkan Marvel ia langsung tidur karena tiba-tiba kepalanya berputar-putar seperti roller coaster. Saat bangun pagi, kepalanya terasa berat seperti dihantam benda keras.

Maura mengerang, memegangi kepalanya dengan satu tangan seraya membawa langkah beratnya keluar dari kamar. Sejauh mata memandang, ia tidak merasakan adanya kehidupan di rumah itu. Biasanya pagi-pagi seperti ini Marvel sudah sibuk menyiapkan diri untuk berangkat ke kantor. Walaupun brengsek begitu, di kalangan anak buahnya dia terkenal sangat tepat waktu dan gemar menyembur siapa saja yang melalaikan waktu.

Time is money. Marvel memegang prinsip itu.

Langkah kaki Maura membawanya ke dapur. Menarik gagang kulkas dan meneguk sebotol air dingin. Kini kepalanya sudah tidak terlalu berat dan tenggorokannya tidak sekering tadi. Matanya menyipit saat tidak sengaja melihat memo tertempel di pintu kulkas.

"Persediaan makanan cukup untuk bertahan hidup lima hari. Ada ponsel di atas meja, kamu bisa memakainya dan hubungi saya kalau ada sesuatu yang penting. Jangan coba-coba untuk kabur atau saya akan membunuhmu!" eja Maura, membaca tulisan itu.

Ia menyambar memo itu dan menyobeknya hingga berkeping-keping, kemudian pandangannya mengarah pada ponsel yang tergeletak di atas meja. Jelas itu bukan miliknya karena sudah ia buang waktu itu.

Sepertinya menatap ponsel itu terlalu lama membuat Maura frustasi. Ia mengerang dan menjerit sambil mengacak-acak rambut.

"Dasar brengsek! Brengsek! Memangnya tidak bisa cukup hanya dengan satu wanita saja, hah? Memangnya kamu pikir aku tidak membutuhkan kebahagiaan, tidak membutuhkan kasih sayang?!" raungnya.

Maura terduduk di lantai dengan air mata membanjiri pipinya. Ia benar-benar tidak bisa menahan rasa kesal dan sedih yang meledak di dadanya. Kesal karena Marvel tidak melepaskannya dan sedih karena tidak bisa melepaskan diri.

Sedangkan di tempat lain, Marvel duduk menyesap cerutu di sebuah balkon yang menghadap langsung ke pantai.

Bali.

Ia sudah merencanakan dari jauh-jauh hari untuk ke tempat itu. Rencananya terpaksa diundur karena harus mencari Dave dan Maura. Beruntung masih ada waktu ke sana sebelum hari pertunangan, kalau tidak, mungkin ia akan menyesal seumur hidup.

"Beberapa bulan yang lalu Regi menghubungiku. Dia ingin menitipkan anak perempuannya, Jane, begitu usia anak itu menginjak satu tahun. Tetapi aku khawatir tidak bisa mengurusnya karena sudah terlalu tua. Jadi, aku memohon dengan sangat kamu mau menerima adikmu itu dengan baik dan membantuku mengurusnya," ucap seorang perempuan berkulit keriput dan berambut putih. Neni. Dia yang mengasuh Marvel dari bayi hingga sebesar ini.

"Kamu menyuruhku ke sini hanya untuk mengatakan itu?"

Marvel menggeleng tidak percaya. Tiga minggu yang lalu Neni menyuruhnya datang dengan alasan sedang sakit dan merindukannya. Namun, Marvel tidak bisa datang karena pekerjaannya menumpuk. Ia sangat merasa bersalah, dan sebisa mungkin segera datang sebelum Neni tiada saat ia belum sempat melihatnya.

"Aku tidak mau melakukannya!" lanjut Marvel. "Dia bukan adikku, dan aku tidak mengenal mereka semua!"

"Jangan seperti itu. Bagaimanapun juga Regi ayahmu, dan Jane anak dari ayahmu, yang berarti dia adikmu. Walau bukan adik kandung kamu harus menyayanginya."

Marvel mengabaikan wanita itu, memilih menatap laut dan menikmati cerutunya. Mana mungkin ia bisa melakukan yang dikatakan Neni tadi sedangkan adik kandungnya sendiri tidak ia pedulikan.

"Ngomong-ngomong, kamu benar-benar akan bertunangan dengan pacarmu itu?" tanya Neni hati-hati. "Bagaimana bisa kamu belum mengenalkanku padanya," gerutunya pelan.

Marvel mengambil napas panjang dan mengembuskan perlahan, lalu menatap perempuan tua itu. "Masuklah ke dalam. Angin pagi akan membuatmu semakin tua dan sakit-sakitan," katanya.

"Dasar anak kurang ajar!" Neni memukul kaki Marvel menggunakan tongkat berjalannya, tetapi pria itu tidak bereaksi dan hanya tersenyum. "Sebenarnya aku berharap kamu membawa wanita itu ke sini. Tapi memang dasar hatimu terbuat dari lempengan batu, kode seperti itu saja kamu tidak tahu! Bagaimana kalau aku benar-benar mati sebelum melihat calon istrimu!"

Neni terpaksa jujur setelah harga dirinya dikoyak oleh cucu kurang ajarnya itu.

"Yang penting sudah melihatku sebelum semua itu terjadi, kan," balas Marvel dengan santainya, membuat Neni semakin naik pitam.

"Dasar anak tidak tahu diri!" omelnya seraya melayangkan tongkat berjalannya ke tubuh Marvel berkali-kali. "Bagaimana bisa Reginald Maverick itu menurunkan sifat brengseknya padamu!"

Marvel mengambil alih tongkat berjalan itu dengan mudah, lalu melemparnya asal. Saat Neni akan melayangkan protes ia buru-buru berdiri dan membopong perempuan itu masuk ke dalam rumah.

"Dasar anak nakal! Turunkan aku! Pinggangku sakit kalau kamu menggendongku seperti itu!" Neni semakin mengomel tidak terkendali, sedangkan Marvel memilih menulikan pendengaran dan menurunkan perempuan tua itu di sofa depan televisi yang masih menyala.

"Jangan biarkan televisinya menganggur tidak ditonton," ucap Marvel sebelum kembali ke balkon.

Sejujurnya ia tidak suka membicarakan keluarganya, apalagi disama-samakan dengan sang ayah. Marvel tidak sudi. Semua yang ada pada dirinya adalah dirinya, tidak dipengaruhi oleh siapa pun, termasuk ayahnya.

1
Agnes Gulo
cerita nya sangat menarik kak, semangat utk UP 😍
Hennyy Handriani
bagus kok kk....💪💪💪
Hennyy Handriani
kapan upnya jangan lama" ya kk
IG: Oveleaa: siapp
total 1 replies
Hennyy Handriani
alurnya sangat bagus
IG: Oveleaa: terima kasih atas dukungan dan ulasan positifnya, Kak♥️
total 1 replies
Hennyy Handriani
Makin menarik nih
Hennyy Handriani
alurnya bagus banget💪
SweetPoison
Gimana bisa ceritanya sebagus ini, bikin aku ketagihan bacanya thor!
Dama9_
Menyentuh
Ermintrude
Buat mood pembaca semakin bagus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!