NovelToon NovelToon
GELAP

GELAP

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Romansa / Bad Boy / Gangster / Office Romance / Chicklit
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: @nyamm_113

Masa putih abu-abu mereka bukan tetang pelajaran, tapi tentang luka yang tak pernah sembuh.


Syla tidak pernah meminta untuk menjadi pusat perhatian apa lagi perhatian yang menyakitkan. Di sekolah, ia adalah bayangan. Namun, di mata Anhar, ketua geng yang ditakuti di luar sekolah dan ditakdirkan untuk memimpin, Syla bukan bayangan. Ia adalah pelampiasan, sasaran mainan.


Setiap hari adalah penderitaan. Setiap tatapan Anhar, setiap tawa sahabat-sahabatnya adalah duri yang tertanam dalam. Tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika Anhar mulai merasa gelisah saat Syla tak ada. Ada ruang kosong yang tak bisa ia pahami. Dan kebencian itu perlahan berubah bentuk.


Syla ingin bebas. Anhar tak ingin melepaskan.


Ini tentang kisah cinta yang rumit, ini kisah tentang batas antara rasa dan luka, tentang pengakuan yang datang terlambat, tentang persahabatan yang diuji salah satu dari mereka adalah pengkhianat, dan tentang bagaimana gelap bisa tumbuh bahkan dari tempat terang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TATAPAN PERTAMA

HAPPY READING

Jangan lupa follow akun instagram author @rossssss_011

“Aawwsss, pelan-pelan dong. Sakit nih,” rintih Ahes, wajahnya berusaha menghindari kapas yang telah diolesi alkohol.

“Lo bisa diam nggak sih?” kesal Eval, menatap jengah tingkah sahabatnya.

“Gue nggak bisa diam saat lo tekan keras, lo kasar banget,” gerutu Ahes dengan wajah masih menahan rasa perih hasil adu tenaga tadi di sekolah.

Eval mulai kesal, dengan cepat meraih wajah Ahes, mengobati lebam yang sudah menghiasi wajah laki-laki berkulit putih itu. “Padahal, luka yang kemarin aja belum hilang. Lo malah nambah hiasan lagi.”

“Namanya juga cowok, biasa.”

“Jawab mulu lo.”

“Aws! Jangan ditekan peak!”

“Lemah.”

“Den Ahes berkelahi lagi memangnya?” tanya wanita paru baya sambil meletakkan gorengan di atas meja kayu tua, pesanan kedua siswa langganannya.

Eval mengemasi kotak P3K setelah selesai mengobati Ahes. “Iya mbok, udah jagoan dia.”

Mbok Nyem tersenyum dan menggeleng pelan. “Jangan keseringan, mbok lihat luka yang kemarin saja belum sembuh tuh.”

“Hahah, ini nggak ada apa-apanya kok mbok,” jawabnya mencomot gorengan bakwan di depannya.

“MBOK, PESAN GORENGANNYA SEPORSI DONG!”

Ahes, Eval, dan Mbok Nyem melirik sumber suara dari arah depan warung. Segerombolan siswa laki-laki dengan seragam yang urakan, ada juga yang masih rapih, dibalut dengan jaket kulit hitam berjalan ke arah warung.

“Bolos lagi kalian?” tanya wanita paru baya itu. Sepertinya wanita itu sudah sangat mengenal dan dekat dengan siswa-siswa ini.

“Bolos? Nggak dong mbok. Kita cuma lagi lari dari kelasnya pak Sanas,” jelas salah satu dari mereka dengan rambut panjang dan sedikit berantakan, itu Yoyo.

“Sama saja, itu bolos.” Mbok Nyem kembali masuk ke warungnya, menyiapkan pesanan mereka.

Ahes dan Eval memberikan salam, bertos ala laki-laki, di lihat dari postur tubuh dan tinggi mereka. Mereka adalah senior Ahes dan Eval.

“Jelek banget muka lo,” papar Jaguar saat melihat wajah Ahes yang banyak memarnya.

Ahes hanya tersenyum tipis. “Biasa bang.”

“Lo udah tahu siapa yang nyerang lo malam itu?” tanya Keylo duduk di depan Ahes dengan meja di antara mereka.

Ahes menggeleng, menatap Eval lalu kembali menatap para seniornya. “Nggak bang, tapi gue rasa itu anak-anak Demon.”

“Lo yakin?” timpal Vino.

“Bukan anak-anak Galaksi?” sambung Haikal.

Ahes sekali lagi menggeleng mantap. “Bukan bang, gue yakin itu memang ulah Demon. Gue bisa tahu karena postur tubuh mereka beda.”

“Pertanyaan Anhar masih berlaku buat lo, mau balas mereka atau nggak?” Keylo melirik Anhar yang duduk diam di kursi kayu yang terpisah dengan mereka.

Ahes diam, menatap Eval yang juga menatapnya. Siswa kelas sepuluh itu kemudian melirik Anhar, sosok yang dikaguminya. Anhar adalah alasan dia ikut bergabung dalam dunia malam.

“Gimana?” suara berat Anhar menggema di telinga Ahes.

&&&

Senandung kecil mengiringi langkah kaki Syla di koridor kelas yang sepi, di pelukannya ada beberapa buku paket yang baru saja diberikan wali kelasnya tadi.

Kakinya berhenti, memutar tubuhnya saat mendengar suara ribut di lapangan basket. Ia dapat melihat, di sana sekelompok siswa tengah bermain basket. Seragam di lepas, hingga menyisahkan kaos hitam dan putih yang memperlihatkan lekukan tubuh para pemain itu.

“Jangan lihat mereka terlalu lama.”

“Eh,” lirih Syla, wajahnya jelas kaget dengan sosok yang entah muncul dari mana.

“Lo murid baru?” tanyanya, melihat Syla seolah menilai.

Syla mengangguk samar. “I-ya, baru aja masuk tadi pagi.”

“Pantas, lo pasti nggak kenal siapa mereka di sekolah ini.”

Walau bingung dengan ucapan laki-laki di depannya, Syla tetap mengangguk samar. Memang jelas dirinya tidak tahu siapa mereka itu, bahkan semua informasi sekolah ini saja masih banyak yang dia tidak tahu.

“Gue Agam Suseno, ketua Osis.” Siswa yang baru saja memperkenalkan diri dengan seragam sekolah yang rapi, dibalut almamater sekolah biru tua, serta rambutnya yang rapi.

Syla menyambut uluran tangan Agam dengan ragu, jabatan tangan itu seperkian detik. “A-ku Syla Lioran.”

Agam tersenyum. “Lo udah kenal sama semua tempat di sekolah ini?” tanyanya dengan ramah.

Syla menggeleng. “Belum,” katanya.

Agam bisa menyimpulkan jika murid baru di depannya ini adalah sosok yang pemalu, mungkin juga sedikit polos. “Kalau gue nawarin buat jadi pemandu lo keliling sekolah ini, lo mau?”

Syla mengangguk saja, lagi pula jika bukan Agam maka siapa yang akan memandunya berkeliling sekolah sebesar ini. Jadi dia ikut, dari pada harus menunggu atau bahkan tak akan ada yang menawarinya seperti Agam.

“Oke, kita mulai dari gedung utama dulu.”

&&&

Lapangan sekolah siang itu tampak seperti panggung kecil yang dipenuhi sorak-sorai. Matahari menggantung tinggi, panasnya seperti sengaja menguji kesabaran para pemain basket. Bola memantul keras di lantai, menghasilkan bunyi yang mengiringi napas mereka yang memburu.

“Guys, main sampai sepuluh poin aja. Gue udah lapar,” kata Yoyo sambil mengusap perutnya.

Jaguar mengangkat alis. “Lo lapar mulu, main dulu baru mikir makan.”

“Biarin aja, Jar. Kalau dia nggak dikasih makan, nanti mukanya mirip bola basket,” timpal Vino, duduk di pinggir lapangan sambil minum.

Haikal terkekeh, lalu mulai menggiring bola. Keylo mencoba merebut, tapi Haikal memutar tubuhnya dengan cepat.

“Lo pikir gue gampang dilewatin?” Keylo berusaha menghalau, tapi bola sudah lolos dari jangkauannya.

Anhar, yang dari tadi cuma mengamati, ikut masuk permainan. “Bagi tim,” ujarnya.

“Oke, gue gabung Anhar sama Haikal,” seru Yoyo dengan senyum bangganya, menatap Jaguar yang hendak menelannya hidup-hidup. “Jaguar, Keylo, dan Vino satu tim.”

Vino terkekeh melihat tingkah Yoyo. “Biarin aja, nyenengin anak orang pahalanya gede bro,” ujarnya menepuk pundak Jaguar.

“Curang banget lo,” omel Jaguar. Wajah Yoyo sangat menyebalkan bagi Jaguar, ingin rasanya mencabik-cabik.

“Udah, main sekarang,” Keylo melarai, memberi aba-aba pada Anhar agar mulai.

Bola kembali dimainkan. Gerakan cepat, beberapa kali lemparan meleset, dan tawa lepas bercampur dengan derit sepatu. Tak ada penonton, tak ada sorakan. Hanya mereka, bermain untuk mengisi waktu siang yang perlahan menua.

&&&

Agam berjalan bersama Syla menyusuri setiap gedung sekolah yang bertingkat, decakan kagum terus saja terdengar dari bibir Syla, membuat Agam hanya terkekeh pelan melihatnya.

“Di gedung ini, khusus ekstrakurikuler. Ada tiga lantai, ruangan masing-masing lantai ada lima,” jelas Agam.

Syla mengangguk mengerti. “Ekskulnya banyak juga ya.”

“Lo pasti kaget, di sini ada lima belas jenis ekskul, lo bebas gabung mana aja.”

“Sebanyak itu?”

“Hahah, iya. Dari lima belas itu, dibagi tiga kategori. Olahraga dan bela diri ada lima kelompok, seni dan kreatif juga lima, terakhir akademik dan sains, sama lima kelompok juga.”

Syla kembali mengangguk. “Pasti isinya anak-anak ambis semua, ya?”

Agam terkekeh. “Nggak juga. Ada yang serius, ada juga yang cuma numpang eksis.”

Mereka berjalan kembali, hingga di ujung koridor mereka tak sengaja berpapasan dengan siswa yang tak memakai kemeja sekolah. Syla tampak terkejut saat hampir saja menabrak salah satu dari mereka.

“Widih, siapa nih? Gue nggak pernah lihat nih cewek,” celetuk salah satu dari mereka, itu Vino.

“Murid baru,” itu Agam, bukan Syla yang menjawab. “Seragam lo pada ke mana?” lanjutnya.

“Kepo,” jawab Yoyo.

Agam sudah biasa, meladeni anak-anak bendel seperti di depannya ini bukan hal yang pertama baginya. Beda dengan Syla, gadis itu hanya menunduk saat tatapan mata tajam mereka melihatnya. Bahkan ada yang menatapnya lebih tajam, dingin.

“Murid beasiswa?” tanya Jaguar menatap Syla dari ujung kepala hingga ujung sepatunya.

Agam melirik Syla, lalu mengangguk. “Iya.”

“Pantas, penampilannya aja udah jelasin dia anak beasiswa. Cewek murah ternyata,” cemooh Vino, mulutnya memang sangat licin.

Syla semakin menunduk, tak berani bergerak, atau mengangkat wajahnya sedikit saja. Memeluk bukunya dengan erat, seolah menjadikannya tameng.

Agam menghela napas sabar. “Guys, mending lo pada cabut sebelum Bu Mei lihat.”

KAYAK BIASA YA BESTIE😌

KOMENNYA JANGAN LUPA, LIKENYA JANGAN KETINGGALAN JUGA YA, KARENA SEMUA ITU ADALAH SEMANGAT AUTHOR 😁😉😚

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 👣 KALIAN DAN TERIMA KASIH BANYAK KARENA MASIH TETAP BETAH DI SINI😗😗🙂🙂

SEE YOU DI PART SELANJUTNYA👇👇👇

PAPPAYYYYY👋👋👋👋👋

1
Siti Nina
Salam kenal Thor,,,🙏 masih nyimak 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!