Bagaimana jadinya kalau seorang pemuda yang baru berusia 18 tahun, dinyatakan menjadi Narapidana dan di penjara selama 10 tahun lamanya, karena telah menghabisi seseorang demi berusaha untuk menyelamatkan kakaknya dari pemerkosaan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda kaya raya. Dan pemuda malang itu bernama Bara Aditama. Bukan hanya penjara saja yang dia dapatkan, tapi banyak ketidakadilan serta penyiksaan yang akan Bara dapatkan. Lalu apakah Bara mampu untuk bertahan? Sedangkan kakaknya yang mengalami Pemerkosaan telah menjadi depresi akibat kejadian yang menimpa dirinya? Lalu apa yang akan Bara lakukan kepada ketiga para penjahat yang masih berkeliaran di luar sana? Akankah Bara berhasil membalaskan dendam nya kepada mereka semua? Dan inilah perjuangan Bara setelah menjadi sang Narapidana.
#bantu like nya kawan dan jngan lupa komennya kasih tau jika ada kesalahan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cimde 123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ibu mirna menerima kehadiran alisa
"Buk! Ayo kita bicarakan masalah ini baik baik. Bapak mohon jangan membuat keributan di malam hari seperti ini buk."
Ibu Mirna yang mendengar perkataan suaminya, terpaksa menerima Alisa dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah yang terlihat begitu asri. Sungguh, Alisa tidak menyangka, kalau ternyata keluarga Bara telah pindah ke tempat yang begitu jauh tepatnya di dalam perkebunan teh yang terlihat subur dan juga luas.
Jika melihat daerah ini, Alisa sangat yakin kalau orang orang milik papa dan juga kakaknya, tidak akan bisa menemukan keberadaan mereka semua. Dan itu artinya Alisa bisa lebih leluasa mengobati Nadia dan menebus kesalahannya kepada Bara dengan cara menjaga serta membantu kedua orang tua Bara untuk bekerja di perkebunan teh tersebut.
Di dalam hatinya, Alisa tersenyum senang. Semoga saja apa yang dia bayangkan bisa berjalan baik dan dapat membahagiakan kedua orang tua Bara. Hingga tak lama kemudian, wanita cantik itu dikejutkan oleh perkataan ibu Mirna yang terlihat tengah melirik tajam kearah dirinya.
"Apa mau mu sebenarnya? Kenapa kau mengikuti suamiku sampai ke tempat ini hah!" seru ibu Mirna dengan nada membentak.
"Maaf buk. Maaf kalau kedatangan saya sudah membuat ibu marah. Tapi, sungguh saya benar-benar ingin menebus kesalahan saya kepada kalian semua. Terutama kepada kak Nadia. Saya ingin menyembuhkan dia buk." jawab Aluna seraya menundukkan pandangannya.
Ibu Mirna merasa terkejut saat Alisa mengatakan ingin menyembuhkan putrinya Nadia.
Apakah wanita ini bisa dipercaya?
Bagaimana kalau ternyata dia
merupakan suruhan dari tuan
Herlambang?
"Aku tidak bisa mempercayai perkataanmu itu. Kau adalah putri dari tuan Herlambang, sudah pasti kau sama jahatnya dengan dia."
"Tidak bu. Ini tidak ada sangkut pautnya dengan papa saya. Sebenarnya saya baru pulang dari negara Jepang.
Saya baru saja lulus sekolah Kedokteran. Dan saya sengaja mencari keberadaan kalian, setelah saya mengubah identitas yang saya miliki, agar keluarga saya tidak bisa mengetahui keberadaan saya di sini. Buk! Saya sudah pernah berjanji kepada kak Bara, kalau saya akan menyembuhkan kak Nadia dan menjaga ibu serta bapak. Jadi saya mohon! Percayalah buk. Saya janji akan berbakti kepada kalian berdua. Saya mohon! Berikan saya kesempatan untuk membuktikan ketulusan saya ini bu."
Alisa berlutut di hadapan ibu Mirna, sedangkan kedua tangannya dia katupkan dengan sangat erat. Sungguh, Alisa sangat ingin mengabdi kepada keluarga Bara. Entah mengapa dia tidak bisa melepaskan mereka begitu saja dan hidup dengan kehidupan mewah yang dia miliki.
Selama 5 tahun lamanya, Alisa berusaha untuk melupakan Bara, namun sepertinya rasa cinta yang dia miliki untuk pria itu, sudah melekat indah di dalam hatinya. Sehingga dengan sangat gila, Alisa telah mengambil keputusan untuk melawan keluarganya sendiri.
Sedangkan pak Mahmud yang melihat apa yang telah dilakukan oleh Alisa menjadi tidak tega. Lalu dia pun segera menarik lengan tangan Alisa agar kembali duduk di kursi yang ada di belakangnya.
"Nak! Jangan seperti ini. Kamu tidak boleh melakukan hal ini nak." ucap pak Mahmud kepada Alisa.
"Tidak apa pak. Saya ikhlas melakukan apapun, asalkan bapak dan ibu mau menerima saya di rumah ini. Maaf! Kalau apa yang saya lakukan terlihat tidak masuk akal. Tapi! Saya sudah berusaha kuat untuk melupakan kalian, namun! Saya tidak bisa pak." ucap Alisa seraya meneteskan air matanya.
Di dalam hatinya ibu Mirna merasa sangat terharu, lalu dengan perlahan wanita paruh baya itupun melangkah mendekati Aliss yang sudah duduk di atas kursi.
"Sebenarnya apa tujuanmu Alisa? Kenapa kamu sangat ingin tinggal bersama kami? Apakah kamu menyukai putraku Bara?" tanya Ibu Mirna membuat jantung Alisa menjadi berdetak kencang.
Kedua mata Alisa membalas tatapan lekat yang dilayangkan oleh ibu Mirna. Sungguh dia benar-benar bingung harus menjawab apa, sebah selama bertahun-tahun lamanya, Bara tidak pernah menerima cintanya dan selalu menolak kehadiran dirinya? Lalu apakah sebagai seorang wanita Alisa masih mempunyai harga diri?
Air mata Alisa semakin tumpah ruah. Sebenarnya dia tidak mempunyai alasan yang kuat untuk bisa tinggal bersama keluarga Bara. Namun, entah mengapa hatinya begitu ambisi ingin tinggal bersama mereka semua.
"Maafkan saya buk! Jujur, saya memang sangat menyukai kak Bara. Bahkan sejak dia masih sekolah menjadi kakak kelas, saya sudah sangat menyukainya. Tapi, kak Bara tidak pernah menerima perasaan saya. Dia selalu menolak saya berkali kali. Dan soal keinginan saya untuk tinggal bersama kalian di sini, itu adalah murni keinginan saya sendiri, saya ingin menyembuhkan kak Nadia dan mengabdi kepada ibu dan bapak, anggap saja ini sebagai balasan atas kejahatan yang telah keluarga saya lakukan. Saya mohon! Terima saya buk. Saya janji tidak akan menyusahkan kalian berdua." pinta Alisa dengan nada memohon.
Ibu Mirna yang melihat ketulusan di hati wanita cantik tersebut, menjadi tersentuh. Lalu tiba-tiba saja ibu Mirna menarik tubuh Alisa dan memeluknya erat. Dan tentu saja apa yang dilakukan oleh ibu Mirna, membuat Alisa maupun pak Mahmud menjadi terkejut. Mereka berdua tidak menyangka kalau wanita yang awalnya begitu garang dan sangat membenci Alisa, kini bisa luluh dan menerima gadis cantik tersebut.
Greppp....
"Tinggallah di sini jika kamu mau Alisa. Maaf kalau sikapku sudah sangat keterlaluan padamu. Itu semua aku lakukan karena aku ingin melindungi keluarga ku dari kejahatan papamu."
ucap ibu Mirna membuat Alisa semakin menangis sedih.
"Huwaa.....!! Terimakasih ibu. Terimakasih banyak. Saya janji akan menjadi seorang putri yang baik, saya akan mengabdi kepada kalian berdua dan menyembuhkan kak Nadia. Dan saya tidak akan menyusahkan kalian berdua, saya jamin keluarga saya tidak akan bisa menemukan keberadaan kita di sini. Karena saya telah menghilangkan jejak dengan begitu rapi. Sekali lagi terimakasih banyak bu." ucap Alisa dengan sangat bahagia.
Pak Mahmud juga ikut tersenyum. Setelah melerai pelukannya, pak Mahmud pun mulai memberitahu istrinya tentang putra mereka Bara yang sudah dipindahkan ke lapas Nusakambangan.
"Oya bu. Sebenarnya ada hal penting yang mau bapak sampaikan kepada ibu." ucap pak Mahmud dengan nada lirih.
Melihat ekspresi sedih yang terpancar di wajah pak Mahmud, membuat ibu Mirna menjadi penasaran. Lalu dia pun segera bangkit duduk di samping pak Mahmud sambil menatap lekat kedua mata suaminya itu.
"Ada apa pak? Ada apa dengan putra kita? Dia baik baik saja bukan?
Bapak sudah bertemu dengannya kan?
" tanya Ibu Mirna bertanya tanya.
Alisa ikut sedih melihat bibir bergetar pak Mahmud. Dia tahu kalau pria paruh baya ini begitu bingung harus mengatakan apa kepada istrinya itu.
"Buk! Putra kita Bara, telah dipindahkan ke lapas Nusakambangan.
Dia telah menghabisi beberapa narapidana yang berkelahi dengan nya di dalam lapas buk."
"Apa.....!!!!"
Air mata ibu Mirna mengalir begitu deras. Sungguh, berita ini benar-benar mengejutkan dirinya.
Bagaimana mungkin putranya yang kalem dan lugu, bisa menjadi seorang pembunuh di dalam lapas tempatnya di kurung selama ini.
"Ya Tuhan pak! Cobaan apa lagi ini.
Kenapa Tuhan begitu berat memberikan kita ujian pak?" tanya ibu Mirna menjerit histeris.
Pak Mahmud segera memeluk tubuh istrinya, lalu dia membawa ibu Mirna masuk ke dalam kamar mereka. Sedangkan Alisa, dia hanya bisa menatap dengan tatapan pilu. Sungguh menderita keluarga Bara, akibat ulah dari keluarganya sendiri.
"Ya Tuhan! Sakit sekali rasanya. Papa dan kak Ferdy benar-benar sangat jahat. Semoga mereka mendapatkan balasan yang setimpal suatu saat nanti."
tutuk Alisa dengan sangat geram.
Setelah itu Alisa menyeka air mata yang membasahi pipinya, dan dia mulai berjalan menyusuri rumah sederhana itu. Hingga setibanya di depan pintu dari sebuah kamar, Alisa mencoba untuk mendorong pintu tersebut.
Alisa berharap kalau kamar itu merupakan kamar milik Nadia, dan di saat pintu sedikit terbuka, betapa terkejutnya Alisa saat melihat keadaan Nadia yang begitu sangat memprihatinkan. Kedua tangan wanita itu tampak diikat menggunakan kain, sedangkan tatapan matanya begitu kosong seakan tidak ada kehidupan di dalam nya.
"Ya Tuhan! Kak Nadia!" gumam Alisa menutup mulutnya.
Alisa melangkahkan kakinya dengan perlahan. Dan setelah berhasil duduk di atas ranjang, Alisa pun memegang tangan dari wanita itu, membuat Nadia menoleh dan menatap nya dengan tatapan berkaca kaca.
"Tolong selamatkan adikku. Dia tidak bersalah." pinta Nadia meneteskan air mata.
Sungguh, mendengar permintaan dari wanita itu, jantung Alisa bagaikan di tusuk oleh pisau yang sangat tajam. Lalu dengan cepat Alisa menarik tubuh Nadia dan memeluknya erat.
"Aku pasti akan menyelamatkan adikmu kak. Sembuhlah, agar kamu bisa menyelamatkan adikmu kak. Aku akan membantumu. Jadilah saksi untuk kasus yang menjerat adikmu kak, aku yakin kau pasti mampu melakukannya." ucap Alisa membuat Nadia menangis sesegukan.
Selama ini Nadia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tapi jiwanya dan lidahnya tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Di dalam pelukan wanita itu, Nadia benar-benar meluapkan penderitanya. Semoga saja Alisa bisa berhasil menyembuhkan Nadia dan membebaskan Bara dari Lapas Nusakambangan.
Sedangkan di lapas Nusakambangan. Malam itu juga, Bara yang tengah tertidur di atas lantai, dibangunkan oleh petugas Sipir. Lalu dia di bawa ke sebuah ruangan tahanan yang begitu jauh dan begitu gelap.
Bara tidak merasa takut
sedikitpun. Sebab dia sudah siap jika harus bertarung demi bertahan hidup. Hingga tak lama kemudian, Bara di dorong masuk ke dalam sel tahanan yang mempunyai tempat tidur kasur, dan beberapa orang proa berwajah sangat menyeramkan.
Ruangan itu memiliki cahaya remang remang, sehingga kedua mata Bara masih bisa melihat beberapa orang napi yang ada di dalam ruangan tersebut. Sedangkan satu orang pria, tampak duduk membelakangi Bara.
Dan dia tengah bersila dengan sangat fokus.
Hingga tak lama, terdengar suara salah satu Sipir, yang memanggil nama pria itu dengan nada begitu lantang.
"Hei Rodrigues! Aku mempunyai mangsa untuk mu. Jika kau tidak mau menerima tawaran yang diberikan oleh putra dari Tuan Herlambang, itu tidak masalah. Tapi, demi keamanan dan kekuasaan mu di lapas ini. Maka kau harus menyiksa pria ini dan membuat dia mati secara perlahan! Ingat, kau harus menyiksanya. Anggap saja ini sebagai hadiah untuk mu dari Tuan Ferdy Herlambang." ucap Sipir itu seraya mendorong tubuh Bara hingga terjerembab disamping ranjang yang terbuat dari papan itu.
Lalu, Sipir itu segera meninggalkan Bara begitu saja.
Sedangkan beberapa napi yang berdiri tegak sejak tadi langsung melangkah mendekati Bara dan mengangkat tubuh Bara secara paksa.
"Bangun kau Nomor punggung 39!
"Bos! Dia sudah datang bos." ucap salah satu napi tersebut.
Tangan dari pria itu langsung dia angkat ke atas, lalu mereka pu segera melepaskan Bara dan membiarkan Bara berdiri tegak di samping mereka.
Sungguh, Bara sangat penasaran dengan wajah dari pria tersebut.
Apakah benar kalau dia merupakan Mafia kelas kakap di Lapas
Nusakambangan ini?
Hingga detik kemudian, pria itu pun membalikkan tubuhnya dan duduk di atas tempat tidur. Dan betapa terkejutnya Bara, saat melihat paras dari pria tersebut.
Deg..
Apakah jd musuh atau jd teman