Keanu Wiratmadja
Presdir muda yang tak pernah tertarik pada seorang wanita selama hidupnya, tiba-tiba hatinya tergerak dan ingin sekali memilikinya. Karena dia wanita pertama baginya.
Keana Winata
Putri semata wayang yang sangat disayangi ayahnya, tapi bukan berarti dia putri yang manja. Dia berbeda, sehingga dapat membuat seseorang tergerak hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ade eka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29
Ken melirik ke arah kakinya. "Oh, astaga", dia melonjak kaget. Pasalnya Ken masih memakai sandal rumahnya.
***
Ken belum memakai sepatunya. Ternyata sejak tadi dia hanya fokus pada rambut dan setelannya, sampai-sampai di harus menjadi bahan tawa adiknya lagi karena melupakan sepatunya.
"Sial", umpatnya karena Sam masih saja menertawainya meskipun mobil sudah meninggalkan kediaman Ken jauh.
"Kemana mobilmu?", tanyanya tajam. Itu juga bentuk upaya agar Sam berhenti menertawainya.
"Ku tinggalkan!", jawab Sam dengan santainya.
"Lalu?".
"Tentu saja aku akan ikut denganmu ke kantor. Bukankah sudah ku bilang, aku sungguh penasaran ingin bertemu langsung dengan calon kakak iparku, kak", jelas Sam.
"Jadi itu alasan kau menginap?", tanya Ken singkat.
Sam mengangguk sambil menaik-turunkan alisnya, dan tak lupa dengan senyumnya yang selebar bibir kuda.
"Tidak boleh", ucap Ken tegas.
"Apanya?", Sam keheranan.
"Bertemu dengannya! Tidak boleh!", ucap Ken posesif.
Sam terpingkal lagi oleh tingkah kakaknya. Tapi kali ini Ken tak menghiraukannya, dia lebih memilih memeriksa laporan-laporan yang diberikan oleh Han.
Merasa di acuhkan, Sam juga mengambil ponselnya. Dia juga merupakan seorang atasan, tentu saja Sam memiliki tanggung jawab untuk mengecek pekerjaan anak buahnya.
"Nanti aku juga akan meeting mengenai film yang akan digarap sutradara Peter, dan kalau tidak salah Krystal Winata akan berperan sebagai pemeran utamanya. Bukankah Krystal itu sepupunya Ana?", tanya Sam di sela kegiatannya.
Sam baru mengetahui bahwa Ana memiliki hubungan darah dengan Krystal saat membaca informasi tentang Ana yang Han berikan pada Ken.
"Ya, tapi mereka tidak akur", jawab Ken singkat.
"Lalu?", mode penasaran Sam aktif.
Ken melirik tajam ke arah Sam yang berada di sebelahnya, "Itu bukan urusanmu!".
Sam berdecak sebal. "Baiklah, kalau begitu meetingnya akan ku adakan di tempatmu saja ya. Aku penasaran bagaimana reaksi kedua sepupu itu saat bertemu. Lagipula jadi menghemat waktuku juga kan", ucapnya kemudian.
"Kau atur saja", balas Ken singkat.
Sudah jelas, tujuan Sam sebenarnya adalah mengorek informasi sebanyak-banyaknya tentang calon kakak iparnya itu. Mode penasaran Sam telah aktif, jadi dia harus menggali lebih banyak lagi. Tentu saja Ken paham maksud dari adiknya itu. Dan kali ini dia juga sependapat dengan Sam. Jadi Ken membiarkan saja apa yang akan dilakukan adiknya.
"Kau sudah ingat kan kak, apa yang sudah ku katakan?", tanya Sam tiba-tiba.
Ken sempat mengernyit, mencoba memahami maksud adiknya. "Ya! Kontak fisik, kasih sayang, makanan. Jangan lupa gunakan insting, begitu kan yang kau bilang?! Tenang saja aku sudah ingat", ucap Ken santai.
***
Sementara Ana terlihat sudah sampai di lobby Glory Coorporation. Dia turun dari mobil sambil tertunduk lesu. Dari arah resepsionis Risa berlari kecil menghampirinya.
"Ana", panggilnya.
"Oh ya, Hay ka! Apakah kau sudah menunggu lama?", tanya Ana yang tak bisa menyembunyikan wajah muramnya.
"Tidak, aku baru saja sampai. Ada apa dengan wajahmu?", tanya Risa mengawasi raut wajah Ana.
"Ah kakak! Kenapa kau tidak bilang kalau kita akan meeting di sini!", seru Ana tiba-tiba.
Risa terkekeh ringan. " Karena kau tak menanyakannya", jawabnya santai.
"Haish, apa yang harus ku lakukan jika bertemu dengannya nanti?!", gerutu Ana tertunduk lesu.
"Siapa?", tanya Risa pura-pura tidak tahu sambil menahan senyumnya.
"Haruskah aku menjawabnya jika kau sudah tau", ucap Ana sedikit kesal.
"Memangnya kenapa jika bertemu lagi, bukankah kau sudah menyukainya sejak dulu ?!", balas Risa yang tak tahan menyunggingkan senyumnya.
"Mengagumi kak, itu beda" kilah Ana.
"Sama aja lah", ucap Risa dengan entengnya.
"Bukan begitu, tapi masalahnya...ah, sudahlah!", Ana tertunduk lesu lagi. Lagipula Risa memang tidak mengetahui bahwa Ana sudah bertemu dengan Ken beberapa kali sebelumnya. Dan banyak masalah terjadi yang membuat Ana begitu gugup untuk menghadapi Ken lagi kali ini.
"Sudah, sudah bersemangatlah. Ini kali pertama bagimu kan. Jangan runtuhkan semangatmu hanya karena masalah itu. Ayo kita masuk!", ajak Risa.
"Hanya?! Masalah itu?! Astaga, tidak sesederhana itu kak", gerutu Ana dalam hati.
"Baiklah, tapi temani aku ke toilet dulu ya. Aku ingin mengusir rasa gugupku ini", ucap Ana. Dan mereka pun masuk ke dalam.
***
Ana dan Risa sudah keluar dari toilet dan menuju ke arah lift. Di depan lift sudah berkerumun karyawan yang sedang mengantri, karena saat itu juga merupakan jam masuk kerja. Ana dan Risa dengan sabar mengantri giliran mereka untuk masuk.
Mereka asik berbincang-bincang hingga tiba-tiba kerumunan itu membuat barisan membentuk pagar di kanan kiri dan saling berhadapan. Ana dan Risa bingung dengan situasi yang ada dan hanya bisa mengikuti gerakan mereka. Jadilah Ana dan Risa berdiri di paling ujung barisan dan tepat berada di depan lift khusus untuk Presdir dan jajarannya.
Tiga pria tampan berjalan mendekat ke arah lift. Mereka adalah Ken, Sam dan Han. Para karyawan itu membungkuk hormat pada ketiganya. Beberapa di antaranya memberi salam sambil takut-takut. Ken hanya mengangguk kecil untuk membalasnya, sedangkan Sam tentu saja menebar senyumnya dimana-mana. Dan Han hanya memandang lurus ke depan.
Mata Ken menangkap seseorang yang dia kenal sedang ikut berbaris dan membungkuk hormat kepadanya. Ken menghentikan langkahnya begitu juga diikuti dengan Han. Sedangkan Sam masih menebar senyumnya tanpa melihat ke depan hingga menabrak Han. Sam dan Han menyadari arah pandangan Ken dsn tersenyum bersamaan.
"Tuan, sepertinya itu Nona Ana. Saya rasa mereka terjebak antrian lift", bisik Han pada Ken. Dan Ken menipiskan senyumnya.
"Hey kau yang di sana!", seru Ken tiba-tiba yang membuat suasana menjadi mencekam.
Tak ada satu pun dari mereka yang merespon. Sejujurnya mereka lebih kepada takut membuat kesalahan kali ini, maka dari itu semua memilih bungkam. Termasuk dengan Ana dan Risa.
"Kau, yang berdiri paling ujung dan menggunakan balzer hitam!", telunjuknya mengacu ke arah Ana.
Ana merasa bahwa itu adalah dirinya. Sekali dia sedikit mengangkat kepalanya guna mengintip situasi, malahan matanya bertemu dengan mata Ken. Ana buru-buru menunduk lagi sambil panik.
"Aduh kak, apa yang harus aku lakukan?!", bisiknya pada Risa. Ana menggoyang pelan lengan Risa yang tak merespon ucapannya. Risa tak bergeming, dia juga merasa sedikit gugup.
Suara langkah kaki makin mendekat, membuat Ana makin panik. Jantungnya sudah berdebar tak karuan.
"Jangan mendekat! Jangan mendekat! Jangan mendekat!", gumamnya dalam hati.
Ken melambatkan langkahnya, dia menyeringai licik melihat Ana yang sedang gugup. Ana terlihat sedang mengetuk-ngetukkan satu kakinya ke lantai.
"Kenapa dia sungguh menggemaskan begini sih!", ucap Ken dalam hati.
Sam menyusul kakaknya yang berhenti tak jauh dari Ana.
"Apakah dia calon kakak iparku?", bisik Sam dan mengacungkan telunjuknya ke arah Ana. Kemudian dengan percaya diri Sam akan berjalan mendekati Ana. Tapi baru selangkah, Ken sudah menarik kerahnya yang otomatis menggiring Sam mundur ke belakangnya.
"Jangan macam-macam!", ancam Ken dengan tatapan tajam. Para karyawan tak ada yang berani mengangkat kepala, sehingga pemandangan langka itu hanya Han yang menikmatinya. Han pun membuang pandangannya dan tersenyum.
Ken melanjutkan lagi langkahnya. Hingga saat dirinya berdiri di hadapan Ana yang masih membungkuk hormat, seringainya tak urung dihilangkannya.
Dengan gaya congkaknya, Ken memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya ke lantai seakan sedang mengekspos kehadiran dirinya pada Ana.
Ana menghentikkan ketukan kakinya seketika ketika dia melihat sepasang kaki berada di hadapannya. Dia memaku tubuhnya yang menegang.
Takut-takut Ana mengangkat kepalanya. Jantungnya berdegup sangat kencang saat dia melihat Ken yang ternyata sedang memandangnya dengan seringai licik.
-
-
-
-
-
-
-
terima kasih atas semua dukungannya ya selama ini 😊
jangan lupa like, vote sama komentarnya ya,, terima kasih 😉😘