NovelToon NovelToon
Second Chance To Love You More

Second Chance To Love You More

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ericka Kano

Sebuah kisah cinta rumit dan menimbulkan banyak pertanyaan yang dapat menyesakan hari nurani

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Itu kalimat pelarian (2014)

Perusahaan tempat aku bekerja semakin meroket. Aku semakin sibuk. Bahkan aku diundang untuk ke beberapa cabang di provinsi lain untuk menjadi role mode bagi kepala unit di provinsi lain.

Aku semakin jarang di rumah. Jarang bertemu Steve dan Vincent. Untung mertuaku tinggal tak jauh dari rumah kami sehingga beliau bisa bantu menjaga Vincent.

Orang tuaku? Jangan tanya. Mereka tidak menyetujui pernikahanku dengan Steve apalagi karena aku sudah hamil duluan. Mereka tidak begitu peduli. Bukan karena tidak sayang tapi karena kekecewaan mereka yang begitu besar padaku.

Hari ini aku baru balik dari Bandung. Ada agenda tahunan para pejabat di sana. Sudah tiga hari aku di sana dan hari ini jadwal pesawat ku jam 9 pagi dari bandara Husein Sastranegara.

Aku sudah sangat lelah, tetapi hari ini bersamaan dengan pembukaan unit baru di Kota sebelah dan itu adalah kota di mana Rai tinggal. Om Ewin menjemput ku di bandara dan langsung menuju kota sebelah. Kurang lebih 90 menit perjalanan.

"Pak Marsel sudah duluan ke sana ya Om Win," tanyaku pada driver kantor kami

"Iya Bu, yang antar Pak Gun," jawab Om Ewin sambil melihatku dari kaca spion

Aku di belakang sambil membereskan beberapa berkas tapi tetap mendengarkan jawabannya.

"Akhirnya Triana dapat kesempatan jadi Kanit ya Om Ewin," ujarku sambil terus sibuk dengan berkas

"Iya, Bu. Bu Triana bagus kok. Mending beliau daripada Bu Jein,"

"Lah, kenapa bahas Jein lagi," kataku sambil terkekeh

"Gak, Bu. Memang gak cocok aja kalau Bu Jein jadi Kanit. Udah Kabag akademik aja dia,"

"Om Win kayaknya ada dendam pribadi sama dia,"

Aku tertawa dan Om Win juga tersipu malu. Tiba-tiba hp ku berdering. Nama Pak Marsel tertera di sana.

"Halo, Pak," sapa ku

"Halo, Ty. Sudah landing rupanya?," suara Pak Marsel terdengar mencoba mengalahkan suara sound yang sedang dicek oleh Bang Yo

"Iya, Pak. Ini sudah di mobil sama Om Win," jawabku

"Bilang sama Ewin cepatlah. Kamu itu mau pidato pembukaan soalnya. Tapi tetap hati-hati bawa mobil," tandasnya

"Iya, Pak. Cepat kok ini kita tiba,"

Tiba-tiba terdengar suara bang Yo,

"Pak, mati lampu,"

"Eh udah ya Ty, aku mau cek dulu di sini ada masalah teknis,"

"Siap, Pak," telpon pun diakhiri

"Mati lampu loh di sana, Om Win," ujarku saat panggilan diakhiri

"Waduh gawat Bu, gensetnya nanti tiba besok di sana. Kepanasan loh para orang tua siswa kalau di aula gak ada AC,"

"Ya udah, kita ngebut aja Om Win. Manatau ada yang bisa kita bantu di sana,"

"Baik, Bu,"

Akhirnya kami tiba. Benar saja. Suasana masih sepi dari musik padahal tamu-tamu sudah pada datang. Terlihat Triana sibuk dengan hp nya menelepon ke sana ke mari.

Aku segera turun dari mobil menghampiri Triana.

"Na, belum nyala?,"

"Belum eonie. Orang tua sudah mulai banyak," jawab Triana. Dia memang K-Pop lovers. Yang lebih tua dipanggil eonie, yang muda dongzeng. Kadang aku gak ngeh kalau dipanggilnya soalnya namaku Christy bukan eonie, hiks.

"Sudah coba telpon PLN area sini?,"

"Sudah, tapi katanya menunggu dan ini sudah 1 jam lebih. Acara harus segera mulai," Triana panik

"Syukur sudah tiba, Ty. Kacau ini bah. Bisa-bisanya mati lampu di hari kita grand opening. Pening kepalaku," Pak Marsel mengeluh

Aku segera menekan nomor Anthon.

"Halo, Ty,"

"Halo, Thon. Area depan polres memang terjadwal padam ya hari ini?," tanyaku langsung

"Kayaknya, Ty. Aku dua Minggu ini lagi pelatihan di pusat. Bentar aku cek dulu,"

"Iya, tolong dibantu, Thon. Sekarang ada grand opening unit baru kami di kota kalian," ujarku

"Jam berapa grand opening nya?,"

"Sebentar lagi mulai, Thon. Mana aku lagi yang akan pidato pembukaan,"

"Oalah, oke bentar Ty, aku telepon temanku dulu, nanti dia langsung turun lapangan cek gardu yang di samping polres itu"

"GPL yah, Thon,"

"Apa itu?,"

"Gak Pake Lama,"

"Jiiiahhh,"

"Gimana, Ty?," tanya Pak Marsel begitu panggilan terputus

"Sepupuku akan minta bantuan dari kantor PLN untuk cek langsung di gardu. Kayaknya gangguannya dari gardu sini, Pak," sambil menunjuk ke arah gardu

"Kita harus apa nih eonie sambil menunggu," Triana cemas

"Hmmm. Bagi kupon aja dulu Na, minta mereka isi dulu di meja registrasi biar masih ada kena cahaya. Kalau isi di dalam kan gelap. Nah sambil isi beberapa staf mu ajak ngobrol mereka supaya mereka tidak fokus pada lampu padam," jelas ku

"Gitu yah eonie, oke. Eh tapi, gak apa-apa kuponnya diisi di depan?,"

"Harusnya gak apa-apa, Na. Situasi loh situasi,"

"Oke deh eonie,"

Triana tersenyum dan langsung menuju ke arah stafnya untuk memberi arahan. Aku juga tersenyum. Ingat dulu saat aku diangkat Kanit. Memang blank, bingung kalau ada kendala apa yang harus dilakukan. Sekarang saja terlihat pro, seperti tahu segalanya padahal karena sudah ada pengalaman.

"Oiya, mari Pak. Tolonglah kami ya Pak dibantu. Ini acara penting loh," suara Pak Marsel di belakangku

"Iya Pak, mohon maaf sebelumnya atas ketidaknyamanannya. Petugas kami sementara memeriksa tapi kami jamin jika tidak ada kendala berarti akan menyala dalam hitungan beberapa menit ke depan," suara yang lain menuturkan.

Deg! Suara tenang itu. Jangan-jangan yang dimaksud Anthon temannya itu Rai. Aku langsung melangkahkan kaki hendak menyusul Triana.

"Ty, sini dulu Ty," suara Pak Marsel memanggil

Mau tidak mau aku harus membalikan badan.

"Ya Pak," mataku sengaja kutuju kan langsung kepada Pak Marsel

"Ini loh dari PLN sudah datang, kan kamu yang nelpon tadi," ujar Pak Marsel

Aku menelan ludahku. Berusaha mengatasi situasi ini.

"Karena yang menelpon tadi Christy makanya tim kami segera sigap untuk turun mengecek," suara Rai terdengar mencari perhatian supaya aku memandangnya

"Wah gitu yah, untung tadi ada Christy. Diskriminasi nih," canda Pak Marsel. Dia dan Rai pun sama-sama tertawa. Sedangkan aku hanya tersenyum kecut

"Ty, ajak duduk dulu bapak ini sambil menunggu yang lain masih di gardu. Kasihkan kue dan air minum dulu," perintah Pak Marsel. Sekilas ada senyum tersirat di bibir Rai

Mataku langsung memandang ke sekeliling mencari staf kantor sini.

"Mia, Mia, sini sebentar," panggilku. Aku sudah hafal nama mereka karena sebelum hari ini mereka sudah menjalani Diklat di cabang dan salah satu pendiklatnya adalah aku sendiri

"Ya, ibu?," Mia berjalan mendekatiku. Rambutnya pirang panjang, kulitnya putih bersih

"Saya minta tolong Mia siapkan kue dan air minum untuk bapak ini dan tiga orang temannya," ujarku berusaha tenang

Mia melirik ke arah Rai. Rai melirik sekilas ke arah Mia, tersenyum dan menatapku lagi.

"Maaf, Pak, kuenya mau dibawa ke mobil atau bapak mau duduk dulu di depan?," tanya Mia sambil memandang Rai dengan tersenyum khas tebar pesona

"Saya akan duduk di depan nanti. Saya mau ikuti pidato pembukaan Bu Christy," jawab Rai sambil menatapku bukan menatap Mia

"Kalau begitu, Mia tolong temani bapak ini. Kalau teman-teman bapak ini sudah selesai ajak duduk di depan. Saya mau ke dalam dulu," ucapku sambil memandang Mia

"Dengan senang hati, Bu. Nanti Mia temani," Mia tersenyum lebar

Aku segera melangkah ke dalam dan sayup-sayup terdengar di belakang suara Rai :

"Saya ikut ibu Christy ke dalam. Ibu Mia tolong tungguin teman-teman saya yah. Saya duluan ke dalam,"

Aku mempercepat langkah supaya dia tidak bisa menyusulku.

Tak berapa lama listrik pun menyala. Semua persiapan segera dilakukan. Dan yang tidak kusangka, Rai duduk di samping Pak Marsel. Mungkin Pak Marsel sudah lupa, pria ini yang dua tahun lalu membuatku menangis tersedu-sedu di ruang eksekutif.

MC membuka acara dan tidak lama namaku dipanggil untuk memberi pidato pembukaan. Aku maju dan membungkukkan badan di depan Pak Marsel, memberi hormat.

Sebelum mulai berpidato, aku menarik napas dan mulai melihat satu-satu hadirin yang duduk. Namun aku tak berani menatap yang di samping Pak Marsel.

Aku mulai berpidato. Tidak panjang. Hanya beberapa menit saja. Lagian, aku masih jet lag juga. Baru landing, langsung ke sini, mengurus listrik. Benar-benar tidak ada persiapan.

Namun di akhir pidato semua bertepuk tangan, termasuk Rai. Dia bertepuk tangan sambil tersenyum dan tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari padaku.

Selesai pidato, aku turun dari podium, membungkuk ke arah Pak Marsel lagi dan segera berlalu dari ruangan itu.

Aku merogoh saku ku, mengeluarkan hp ku dan menekan nama kontak Steve. Berdering tapi tidak dijawab. Aku sengaja menjauh ke arah parkir supaya tidak terganggu dengan sound system.

Tidak diangkat. Aku menelpon lagi.

"Halo Ty," suara Steve terdengar

"Halo, di mana?," tanyaku

"Di tempat kerja, kenapa Ty?,"

"Aku hanya sekedar mengecek,"

"Oiya sudah, nanti telpon lagi ya," tittt tittt

Steve memutuskan panggilan. Hatiku mendongkol. Andai dia tahu niat baikku menelponnya supaya aku tidak terfokus pada Rai kira-kira akan langsung dimatikan gak yah telponnya.

Ah, mana pernah Steve cemburu. Steve tidak pernah cemburu. Mungkin dia berpikir gak bakalan ada yang akan suka sama mamak seperti aku.

"Christy," suara itu lagi

Dan darah tinggi ku kambuh lagi.

"Maaf, saya tidak ada urusan dengan Anda. Saya sedang menelepon suami saya. Oiya, terima kasih sudah repot-repot datang ke sini dan memperbaiki listrik di area ini," ujarku hampir satu tarikan napas saja

"Aku datang bukan untuk listrik. Aku datang untuk kamu,"

Aku mengerlingkan mataku tanda malas menanggapi. sekalipun di lubuk hati paling dalam, aku ingin saat-saat dekat dengannya seperti ini.

"Aku mau bilang kamu cantik Ty. Kamu jauh lebih cantik dari saat masih SMA. sekarang kamu lebih dewasa. Kamu berprestasi. Kamu berwibawa," dia berkata-kata sambil terus memandangiku

Aku menarik napas panjang.

"Boleh minta tolong?," ucapku datar

"Sangat boleh, Ty. Apapun itu. Sangat boleh,"

"Minta tolong untuk menjauhiku. Tidak baik mengejar istri orang. Lebih baik kejar mantan istri kamu lagi. Jangan kejar aku. Dan tolong jangan muncul lagi di hadapanku. Jangan menunjukan batang hidungmu. Dan satu lagi... Move on please,"

Dia terdiam. Aku melanjutkan,

"Boleh kan? Sangat boleh kan?," Aku melangkahkan kaki untuk pergi.

"Ty, itu bukan permintaan tolong. Itu kalimat pelarian. Dan aku yakin itu tidak sesuai dengan isi hatimu,"

Aaakkkhhh. Ku gilas lama-lama nih orang. Kenapa harus berkata-kata soal hati sih. Kan itu menekan tombol mewek ku.

Sekilas bayangan Steve muncul. Aku segera masuk ke dalam ruangan lagi.

1
.
/Rose//Rose//Rose/
eyyyy: Ikuti sampai episode terakhir ya kak🤗🙏🏻
total 1 replies
Bipana Telaija Gurung
Terbaik! Worth to read!
eyyyy: Thank u kak🤗🙏 Ikuti hingga episode terakhir ya🌹
total 1 replies
Gatita✨♥️😺
Wah, ini baru karya yang bikin aku ngerasa terngiang-ngiang, keren banget thor!
eyyyy: Thank u kak🤗🙏 Ikuti hingga episodenya terakhir🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!