Kembali hidup setelah dirinya mati terbunuh. Itulah yang dialami gadis jenius bisnis bernama Galuh Permatasari. Ia bertransmigrasi ke era kolonial menjadi seorang gundik dari menheer tua bernama Edwin De Groot. Di era ini Galuh bertubuh gendut dan perangainya buruk jauh dari Galuh yang asli.
Galuh memahami keadaan sekitarnya yang jauh dari kata baik, orang - orang miskin dan banyak anak kelaparan. Untuk itu ia bertekad dengan jiwa bisnisnya yang membludak untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan. Memanfaatkan statusnya yang sebagai Gundik.
Disaat karirnya berkembang, datanglah pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari menheer tua bernama Edward De Groot. Kedatangannya yang sekedar berkunjung dan pada akhirnya jatuh cinta dengan gundik sang ayah.
Lantas, bagaimana kisah kelanjutannya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Edward vs Van Der Meer
Edward berjalan di kebun kopi, mencari Van Der Meer. Ketika dia menemukannya, dia langsung mendekati dan memulai percakapan. Keduanya berhenti sejenak dan saling memandang. Edward memperhatikan Van Der Meer dengan mata yang tajam, mencoba membaca ekspresi dan niatnya.
Van Der Meer, yang tidak mengenal Edward, memandang kembali dengan rasa penasaran. "Bisakah saya membantu?" tanya Van Der Meer dengan nada yang sopan, tanpa menunjukkan rasa curiga.
Edward tersenyum tipis, tidak menjawab pertanyaan Van Der Meer secara langsung. "Belum pernah melihat saya sebelumnya?" tanya Edward dengan nada yang netral.
Van Der Meer menggelengkan kepala. "Tidak, saya tidak mengenal Anda. Siapa Anda?" tanya Van Der Meer, rasa penasaran mulai muncul di wajahnya.
"Edward De Groot, asisten residen yang baru." jawab Edward.
"Tuan Van Der Meer, saya ingin bicara denganmu tentang serangan terhadap Nyai Galuh," kata Edward, suaranya tegas.
Van Der Meer tersenyum sinis, "Oh, saya tidak tahu apa yang kamu bicarakan, Tuan Edward. Tapi saya rasa kamu terlalu khawatir tentang hal-hal yang tidak penting."
Edward menatap Van Der Meer dengan tajam, "Jangan main-main dengan saya, Tuan Van Der Meer. Saya tahu kamu terlibat dalam serangan itu. Dan saya akan pastikan kamu membayar untuk perbuatanmu."
Van Der Meer tertawa, "Kamu tidak punya bukti, Tuan Edward. Dan bahkan jika kamu punya, kamu tidak berani melakukan apa-apa terhadap saya."
Edward tersenyum dingin, "Jangan meremehkan saya, Tuan Van Der Meer. Saya akan pastikan kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan."
"Anda terlihat begitu perduli, apa hubungan Anda dengan dia ?" tanya Van Der Meer.
"Sangat dekat."
Van Der Meer terkejut, matanya melebar sedikit saat dia memandang Edward dengan lebih dekat. "Benarkah?" katanya dengan nada yang berbeda, sedikit lebih rendah dan penuh dengan rasa penasaran. "Dari nama belakang Anda sudah jelas. Saya tidak melihat kemiripan itu."
Van Der Meer tetap bersikap sombong dan tidak peduli dengan ancaman Edward. Dia bahkan melecehkan Edward dan keluarganya, terutama ayah Edward yang memiliki hubungan dengan Nyai Galuh.
"Kamu pikir kamu bisa berbuat apa-apa terhadap saya, Tuan Edward? Kamu hanya anak haram yang tidak punya kedudukan di masyarakat ini. Ayahmu sendiri tidak punya nyali untuk mengakui statusmu sebagai anak," kata Van Der Meer dengan nada menghina.
Edward merasa marah dan tersinggung dengan kata-kata Van Der Meer. Tapi, dia tetap berusaha untuk tidak terpancing dan tetap fokus pada penyelidikan.
Edward berhasil menahan diri dan tidak membalas ejekan Van Der Meer. Dia tetap tenang dan profesional, serta fokus pada penyelidikan.
"Tuan Van Der Meer yang terhormat, saya tidak akan terlibat dalam permainan kata-kata dengan Anda. Saya hanya ingin tahu apa yang Anda tahu tentang serangan terhadap Nyai Galuh. Apakah Anda bersedia menjawab pertanyaan saya atau harus saya panggil Anda untuk diinterogasi secara resmi?" kata Edward dengan nada yang tegas dan profesional.
Van Der Meer terkejut dengan reaksi Edward yang tidak seperti yang dia harapkan.
Van Der Meer memilih untuk tetap diam dan tidak menjawab pertanyaan Edward. Dia hanya tersenyum sinis dan menantang Edward untuk melakukan apa yang dia bisa.
Edward tidak terkejut dengan reaksi Van Der Meer. Dia tahu bahwa Van Der Meer tidak akan dengan mudah mengakui kesalahannya. Maka, dia memutuskan untuk memanggil Van Der Meer untuk diinterogasi secara resmi lain kali setelah mendapatkan saksi.
"Baiklah, Tuan Van Der Meer. Anda tidak ingin bekerja sama. Saya akan pastikan Anda diinterogasi secara resmi dan kita lihat apakah Anda masih tetap diam," kata Edward dengan nada yang tegas. Lalu keduanya berpisah.
Edward memutuskan untuk menginterogasi beberapa orang yang dia curigai sebagai kaki tangan Van Der Meer. Dia ingin tahu apakah mereka terlibat dalam serangan terhadap Nyai Galuh dan apakah Van Der Meer ada di balik semuanya.
Edward memanggil salah satu orang yang dia curigai ke kantornya dan mulai menginterogasinya. "Kamu tahu apa yang terjadi pada Nyai Galuh? Kamu tahu siapa yang melakukan itu?" tanya Edward dengan nada yang tegas.
Orang yang diinterogasi itu terlihat gugup dan takut. "S-saya tidak tahu apa yang Anda bicarakan, Tuan," jawabnya dengan suara yang bergetar.
Edward tidak percaya. "Jangan bohong padaku! Saya tahu kamu terlibat dalam ini. Kamu akan lebih baik jika kamu berbicara sekarang," ancam Edward.
Orang itu terlihat takut dan mulai berbicara. "Baiklah, Tuan. Saya akan memberitahu Anda. Tapi, tolong lindungi saya dari tuan Van Der Meer. Dia akan membunuh saya jika dia tahu saya berbicara," katanya dengan suara yang bergetar.
Edward mengangguk dan memandang orang tersebut dengan serius. "Baiklah, sekarang ceritakan apa yang kamu tahu tentang serangan terhadap Nyai Galuh. Siapa yang memerintahkan kamu untuk melakukannya?"
Orang tersebut menelan ludah dan mulai berbicara dengan cepat. "Tuan Van Der Meer yang memerintahkan kami untuk melakukannya, Tuan. Dia yang merencanakan semuanya dan memberikan kami uang untuk melakukannya."
Edward mengerutkan keningnya. "Apa yang kamu maksud dengan 'kami'? Berapa orang yang terlibat dalam serangan itu?"
Orang tersebut ragu-ragu sejenak sebelum menjawab. "Ada tiga orang termasuk saya, Tuan. Kami semua bekerja untuk tuan Van Der Meer dan dia yang memerintahkan kami untuk menyerang Nyai Galuh."
Edward mencatat informasi tersebut dan memandang orang tersebut dengan tajam. "Apa yang kamu tahu tentang motif Van Der Meer? Mengapa dia ingin menyerang Nyai Galuh?"
Orang tersebut menundukkan kepalanya. "Saya tidak tahu pasti, Tuan. Tapi saya pikir itu ada hubungannya kepergian nyai Galuh ke Batavia beberapa hari yang lalu. Tuan Van Der Meer sangat membencinya dan ingin melukai Nyai Galuh."
Edward terkejut, "Apa? Nyai Galuh pergi ke Batavia untuk melapor?" Dia berpikir keras, apa yang membuatnya pergi ke sana? Apa yang dia laporkan?
"Nyai Galuh melapor ke Parlemen Belanda, Tuan."
Edward terkejut, "Ke Parlemen?! Nyai Galuh pergi ke Parlemen untuk melapor?" Dia tidak percaya bahwa Nyai Galuh akan mengambil langkah sebesar itu. Apa yang membuatnya begitu berani?
Edward merasa ada sesuatu yang sangat besar dan serius di balik ini semua. Dia harus mencari tahu lebih lanjut tentang apa yang terjadi dan apa yang Nyai Galuh laporkan ke Parlemen. Ini bisa menjadi titik balik dalam penyelidikan Edward.
Edward mempertimbangkan kemungkinan untuk memberikan kesempatan kepada kaki tangan Van Der Meer untuk bekerja sama dan memberikan kesaksian terhadap Van Der Meer. Dengan demikian, mereka bisa mendapatkan keringanan hukuman atau bahkan dibebaskan sebagai imbalan atas kerja sama mereka.
Edward ingin tahu siapa yang paling bertanggung jawab atas kejahatan yang terjadi di perkebunan kopi itu, dan kaki tangan Van Der Meer bisa menjadi kunci untuk membuka kasus ini lebih luas lagi.
Edward memanggil kembali kaki tangan Van Der Meer dan menawarkan kesepakatan kepada mereka. "Jika kalian bersedia memberikan kesaksian terhadap Van Der Meer dan memberitahu kami tentang perilakunya yang tidak manusiawi, kami akan mempertimbangkan untuk memberikan keringanan hukuman atau bahkan membebaskan kalian."
Juono, kaki tangan Van Der Meer tampaknya sedang mempertimbangkan tawaran Edward. Setelah beberapa saat, Juono mengangguk setuju dan akan memberikan kesaksian yang detail tentang kegiatan Van Der Meer.