Jodoh itu unik.
Yang selalu diimpikan, tak berujung pernikahan. Yang awalnya tak pernah dipikirkan, justru bersanding di pelaminan.
Lintang Jelita Sutedjo dan Alan Prawira menikah atas dasar perjodohan kedua orang tuanya. Selisih usia 10 tahun tak menghalangi niat dua keluarga untuk menyatukan anak-anak mereka.
Lintang berasal dari keluarga ningrat yang kaya dan terpandang. Sedangkan Alan berprofesi sebagai dokter spesialis anak, berasal dari keluarga biasa bukan ningrat atau konglomerat.
Pernikahan mereka dilakukan sekitar empat bulan sebelum Lintang lulus SMA. Pernikahan itu dilakukan secara tertutup dan hanya keluarga yang tau.
Alan adalah cinta pertama Lintang secara diam-diam. Namun tidak dengan Alan yang mencintai wanita lain.
"Kak Alan, mohon bimbing aku."
"Aku bukan kakakmu, apalagi guru bimbelmu yang harus membimbingmu!" ketus Alan.
"Kak Alan, aku cinta kakak."
"Cintaku bukan kamu!"
"Siapa ??"
Mampukah Lintang membuat Alan mencintainya? Simak kisahnya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Berpisah Sementara
Di sudut lain, Lintang sedang duduk bersama ibunya sembari menunggu pesanan mereka selesai.
"Adek,"
"Iya, Mi."
"Tidak semua hal yang terjadi dalam pernikahan apalagi hal itu di rumah tangga kita, harus disampaikan secara jujur pada semua orang. Kita harus bisa memilah-milah mana hal yang boleh diceritakan dan mana yang lebih baik disimpan rapat-rapat. Cukup kita dan pasangan yang tau," tutur Mami Sinta penuh kelembutan dan tanpa menghakimi Lintang.
"Maksud mami?"
Mami Sinta akhirnya menjelaskan perihal aib dalam sebuah rumah tangga atau pernikahan seperti hadirnya orang ketiga, tentang urusan di dalam kamar antara suami-istri, dan sebagainya.
"Jujur itu baik, Sayang. Sangat dianjurkan malahan. Hanya saja adek sekarang kan sudah menikah dengan Kak Alan. Jadi, apapun hal buruk atau sesuatu yang sifatnya pribadi dalam pernikahan kalian, tidak perlu orang lain ketahui. Hanya adek dan Kak Alan saja yang tau. Apa adek mengerti?"
Lintang terdiam sejenak. Otaknya sedang berusaha mencerna penjelasan dari sang ibu barusan.
"Jadi, adek salah ya Mi?" cicit Lintang seraya kepalanya tertunduk dengan bibir bergetar menahan tangis. Seketika ia dihantam rasa bersalah pada Alan.
"Adek enggak salah. Adek hanya belum terbiasa dengan kehidupan rumah tangga menjadi suami-istri,"
Mami Sinta juga menambahkan jika suami-istri adalah ibarat kata pakaian bagi satu sama lain. Pakaian yang saling melindungi, menutupi aib dan kekurangan, menghiasi, memberikan kenyamanan, serta saling melengkapi dan berusaha menjaga martabat pasangan.
"Adek harus bisa saling menjaga dan menghormati Kak Alan sebagai suami dalam rumah tangga kalian. Menjaga martabat suami. Menikah itu harus saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Seperti Kak Alan yang menerima adek apa adanya dan begitu juga sebaliknya,"
"Maafin adek ya, Mi. Hiks...hiks...hiks..." Lintang tiba-tiba menangis.
"Udah, adek enggak perlu nangis. Jadi seorang istri harus bisa kuat dan tahan banting menghadapi segala permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga. Dicari solusi bersama suami, saling terbuka dengan suami. Bicara dari hati-ke hati apa yang dimau adek dan apa yang dimau Kak Alan. Jadi adek lebih paham kemauan suami,"
"Kak Alan pasti marah dan malu gara-gara tadi adek bahas om_pol di hotel,"
"Malu sudah pasti. Tapi, buktinya Kak Alan tadi enggak marah kan sama adek. Kak Alan adalah pria dewasa. Dia mengerti kalau tadi adek belum tau jadi keceplosan bicara,"
"Adek malu bertemu kakak, Mi."
"Yakin, enggak mau peluk suami atau pamitan sebelum orangnya pergi ke Jakarta?" goda Mami Sinta.
Lintang dengan cepat menggelengkan kepalanya. Mami Sinta pun ikut tersenyum lucu melihat tingkah putri bungsunya itu.
"Jangan lupa satu nasehat penting dari mami,"
"Apa, Mi?"
"Istri itu Garwa-sigaraning nyawa. Sejajar, saling melengkapi, dan tak terpisahkan. Apapun badai yang singgah nantinya, cinta kalian harus jauh lebih kuat untuk mempertahankan pernikahan ini hingga maut memisahkan."
"Iya, Mi. Adek akan tetap setia di samping kakak. Adek kan cinta mati sama kakak. Hehe..."
"Anak pinter. Ayo ke suamimu. Sebentar lagi dia berangkat ke Jakarta,"
Akhirnya mereka pun kembali menuju tempat Alan menunggu bersama Papi Aryo. Tak lupa pesanan yang dibeli oleh Lintang bersama ibunya tadi sebagian diberikan pada Alan untuk dibawa ke Jakarta.
☘️☘️
Lintang mencium telapak tangan Alan penuh takzim.
"Kakak hati-hati di Jakarta,"
"Iya. Kamu juga yang pinter mengerjakan ujian sekolah,"
"Iya, adek pasti dapat nilai bagus. Adek pengin buat kakak bangga,"
"Pamitannya kenapa datar begini? Apa enggak ada acara pelukan dan ciuman?" goda Mas Dewa.
"Dewa!" tegur Mami Sinta.
"Kenapa sih tadi Mas Dewa pakai ngikut ke bandara? Nyebelin banget deh!" protes Lintang.
"Suka-suka aku dong," balas Dewa seraya tertawa kecil.
Pria ini memang terkenal paling jahil di keluarga Sutedjo. Terutama kejahilannya pada Lintang.
Apalagi sekarang bertambah anggota baru di keluarganya yakni Alan sebagai sasaran empuk lain jika dirinya ingin jahil.
Tak ada pelukan atau ciuman antara Alan dan Lintang seperti godaan Mas Dewa tadi. Alan masih merasa canggung dan malu pada keluarga mertuanya akibat perkara ngom_pol tadi pagi.
"Kakak jaga kesehatan dan jangan lupa angkat telepon aku ya,"
"Iya,"
"Kakak jangan pulang malam-malam nanti kemasukan angin malam,"
"Iya,"
"Gak sekalian kemasukan suster nge_sot atau tuyulita di rumah sakit," goda Mas Dewa.
"Ih, Mas Dewa! Nyamber aja kayak bensin!" omel Lintang.
"Auchh !!" jerit Dewa mendadak kesakitan karena perutnya dicubit oleh sang ibu.
"Jangan lupa bersih-bersih kalau kakak pulang ke rumah, apalagi habis kerja. Banyak kuman dan virus berkeliaran terutama di rumah sakit. Aku enggak mau kalau kakak sampai jatuh sakit,"
"Iya," jawab Alan singkat.
Sejak tadi, Alan hanya perlu mengiyakan nasehat Lintang yang memberikan perhatian sebagai seorang istri pada suaminya dari A sampai Z.
"Lintang, Alan harus segera masuk." Sela Mami Sinta seraya mendekap pundak Lintang. Ia tak mungkin membiarkan Lintang terus berceloteh seakan menahan kepergian Alan.
"Tapi, adek masih kangen kakak Mi."
"Nanti kan adek bisa video call sama Kak Alan kalau lagi kangen,"
Akhirnya Alan bernafas lega setelah berhasil dibantu oleh ibu mertuanya tersebut. Lintang seakan masih enggan melepaskan Alan dan ingin terus mengajaknya bicara dari Kutub Utara hingga ke Kutub Selatan.
Air mata jatuh menetes tanpa permisi di wajah Lintang ketika menatap punggung Alan seakan perlahan mulai pergi meninggalkannya.
Baru beberapa langkah Alan meninggalkan Lintang, tiba-tiba kakinya terhenti.
"Kakak !!" panggil Lintang setengah berteriak.
Otomatis Alan pun menoleh ke belakang seraya menatap sang istri yang sedang berdiri bersama mertua dan kakak iparnya.
"Adek cinta kakak!" teriak Lintang seraya tersenyum dengan tetesan air mata di pipinya. Ia juga melambaikan tangannya ke arah Alan.
Sejenak Alan tertegun mendengar Lintang yang berani mengucapkan hal krusial tersebut di area publik seperti sekarang ini. Walaupun suasana di sana sedang lengang alias tak begitu padat pengunjung.
Entah mengapa hatinya tidak marah mendengar Lintang berucap cinta padanya barusan. Ia juga tak merasa malu. Justru ia terharu.
Namun untuk membalas ucapan yang sama pada Lintang, hal itu belum ada di hati dan pikiran Alan. Rasa itu berusaha ditepis jauh olehnya.
Pada akhirnya, Alan hanya membalas dengan senyuman dan juga lambaian tangan serupa pada istri kecilnya itu.
Menit selanjutnya, Alan melanjutkan langkah karena memang sudah waktunya ia harus naik pesawat.
"Sabar, gak sampai dua minggu lagi kalian juga bertemu." Mami Sinta berucap sembari memeluk hangat Lintang dari arah samping.
"Lama banget, Mi."
"Sebentar banget itu, Cil." Sahut Mas Dewa.
"Benar kata Mas Dewa, dua minggu itu waktu yang sebentar. Kamu kan juga ujian sekolah. Nanti kalau waktu sudah berjalan, enggak terasa kok. Eh, tau-tau Kak Alan sudah waktunya jemput kamu ke sini untuk dibawa bersama ke Jakarta."
Lintang pun tersenyum mendengar ucapan sang ibu yang begitu menenangkan hatinya.
"Pokoknya kamu banyak-banyak berdoa supaya Alan tetap setia sama kamu dan gak tergoda sama cewek lain," sel0roh Mas Dewa asal cepl0s.
"Cewek? Siapa?" cecar Lintang yang terkejut mendengar ucapan Mas Dewa barusan.
Bersambung...
🍁🍁🍁
gemes sm si lintang jdnya