"aahh teriak Mila, ampun jin penunggu kebun teh, saya tidak sengaja.
Biarkan saya pergi jin, saya gadis biasa tidak pantas jin jadikan istri.
"kata-kata Mila membuat Andrean ingin tertawa, lelaki tampan itu sekuat tenaga menahan tawa nya.
"Jan jin, Jan jin" sembarangan saja kalau ngomong.
ini saya guru kamu, ngapain kamu masih gelap lari-lari di jalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizah salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghadiri pernikahan
Keesokan hari nya Radit, sudah mengemasi pakaian sama perlengkapan nya selama di vila.
Setelah berkemas Radit mengguyur tubuh nya di dalam kamar mandi yang berukuran cukup luas.
Radit sudah selesai dengan aktivitas mandi nya, berjalan keluar dengan mengenakan handuk.
Lelaki tampan itu berjalan ke arah lemari pakaian yang berada di dalam kamar nya.
Radit mengambil kaos lengan pendek berwarna coklat muda, di padukan dengan celana katun berwarna hitam.
Sebelum mengenakan pakaian nya, Radit mengeringkan rambut nya terlebih dulu dengan menggunakan hairdryer.
Tiupan angin dari hairdryer membuat lelaki tampan itu memejamkan mata nya.
Terlihat ketampanan Raditya yang paripurna, dari pantulan cermin yang berada di dalam kamar.
Setelah selesai dengan kegiatan nya, Radit menarik koper keluar dari kamar pribadinya.
Dengan langkah tegap nya Radit melangkah, perlahan berjalan menuruni anak tangga.
Di meja makan pak Mahendra sudah duduk menikmati secangkir kopi nya.
"Aduh anak papah ceria sekali, "hari ini." pak Mahendra menggoda Radit.
"Sudah siap dit jadi suami." tanya pak Mahendra.
"Seratus persen Radit sudah siap, "pak Mahendra yang terhormat." jawab Radit menggoda papah nya.
"Dit pesanan mamah kamu, "sudah di masukin koper belum." "jangan sampai lupa dit nanti mamah kamu bisa marah."
"Enggak pah, "Radit enggak lupa semua sudah di amankan di dalam sini." Radit menepuk koper nya.
"Ya sudah, kamu sarapan dulu dit."
"Pah kita bawa mobil papah saja, "mobil Radit di pake Marsel."
"Terus nanti kamu pulang sama siapa, "kalau nanti papah sama mamah pulang kesini."
"Marsel besok mau ke acara nikah nya Radit, "nanti Radit pulang ke jakarta sama Marsel pah."
"Oh seperti itu dit."
Setelah menghabiskan kopi nya Radit menarik kopernya keluar rumah.
"Radit tunggu di luar pah."
Tidak lama pak Mahendra menyusul Radit keluar rumah.
Di luar Radit memasukan barang-barang ke dalam bagasi mobil.
"Pak Ujang tolong nyalakan mesin mobil nya, "sebentar lagi kita berangkat pak." ucap Radit.
"Baik den Radit." pak Ujang menyalakan mesin mobil nya sesuai perintah dari atasan nya.
Pak Mahendra sudah berada di dalam mobil.
Radit ikut masuk kedalam mobil, duduk di sebelah pak Mahendra di kursi belakang.
Pak Ujang perlahan meninggalkan kediaman pak Mahendra.
Di perjalanan ponsel Radit berdering.
"Siapa dit." tanya pak Mahendra.
"Excel pah." jawab Radit.
"Ya sudah di jawab telepon nya."
"Iya pah." Radit menjawab telepon dari sahabat nya.
"Ada apa cel." tanya Radit tanpa berbasa-basi.
"Dit loe sudah jalan." tanya Excel di balik telepon.
"Gue baru aja jalan cel, "ada apa."
"Gue cuma mau tanya, "di sana ada vila enggak dit."
"Setau gue sih, "vila di sana tidak banyak cel, "hanya ada beberapa saja."
"Loe jalan saja dulu, "nanti kita cari, siapa tau masih ada yang kosong." ucap Radit.
"Nanti malem gue jalan dit, "istri gue minta nya malem, "kata nya mau menikmati suasana malem."
"Ya sudah, "loe sama istri loe hati-hati di jalan." ucap Radit mengingatkan.
"Loe juga dit hati-hati, "calon pengantin harus jaga diri." ucap Excel tidak mau kalah.
Sambungan telepon terputus.
...****************...
Di kediaman pak luis, Excel sedang berkemas di temani istri nya.
"Sayang kamu duduk saja, "biar mas yang masukin pakaian nya." ucap Excel lembut.
Satu persatu Excel memasukan pakaian nya kedalam koper, untuk satu Minggu ini Excel mau pun Zizi minta cuti nya hanya selama satu Minggu saja.
Pintu kamar Excel di ketuk.
Tok...tok "Ka boleh masuk enggak." tanya Ervina di balik pintu.
"Masuk saja Vi, "pintu nya enggak di kunci." jawab Azizah dari dalam kamar.
Setelah pintu di buka, Ervina terkejut Kaka nya berkemas.
"Ka jangan balik sekarang dong, "aku masih mau Kaka ada di sini." ucap Ervina melas.
"Siapa yang mau balik, "Kaka mau menghadiri pernikahan teman Kaka, "di suatu tempat."
"Eh ka di mana." tanya Ervina ingin tau.
"Di puncak Vi." jawab Kaka laki-laki Ervina.
"Ka aku ikut nya." Ervina merengek sambil menggoyang-goyangkan tangan Kaka laki-laki nya.
Excel melihat istri nya, tanda minta persetujuan, Azizah mengangguk.
"Cepat berkemas sehabis isa kita berangkat." ucap Excel dengan nada tegas nya.
Tidak banyak berpikir Ervina berlari meninggalkan kamar Kaka nya.
"Anak itu." ucap Excel pelan sambil geleng-geleng kepala.
"Mas Zizi mau cerita."
"Cerita apa sayang." jawab Excel sambil memasukan sebagian pakaian nya.
"Ini tentang adik kita mas."
Excel menghentikan gerakan tangan nya.
"Apa sayang, "jangan membuat mas penasaran."
"Yang mas takutin, "sudah terjadi sama Ervina."
Excel sudah menduga nya dari awal.
"Bagus lah, "lebih baik sakit di awal."
"Kok mas jawab nya seperti itu sih." tanya istrinya.
"Mas sudah hafal, "dengan lelaki yang tak beretika."
"Sudah jangan membahas itu, "mas enggak mau membuang energi, menceritakan lelaki itu."
Azizah pun diam tidak lagi menceritakan kisah Ervina.
Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam.
Azizah sudah berganti pakaian, memakai pakaian syar'i nya.
Ervina sudah berada di meja makan, rencananya sebelum berangkat mau makan malam dulu di rumah.
Tidak lama Azizah turun di ikuti Excel sambil menarik kopernya.
"Sayang kita makan dulu." ucap Excel.
"Iya mas." kedua nya berjalan mendekati meja makan.
Excel menarik kursi untuk istri nya.
"Silahkan duduk sayang nya mas."
"Terimakasih mas." ucap Zizi lembut.
Semua anggota keluarga menikmati makan malam nya.
Tiba-tiba mamah Herlina berkata.
"Cel buatkan mamah, "cucu yang tampan."
Mendengar perkataan mamah Herlina, Azizah tersedak.
"Pelan-pelan sayang makan nya." ucap mamah Herlina.
Excel memberikan segelas air.
"Kaka ipar sudah isi mah." Ervina ikut bicara.
"Jangan bohong kamu Vi, "kamu tau dari mana." jawab pak luis.
Dengan santai nya sambil menikmati makanan nya, Ervina menjawab.
"Ervina tidak sengaja, "mendengar Ka Excel berkata, "Sayang nya papah, "baik-baik ya di perut bunda."
"Bener itu Excel, "menantu mamah sudah mengandung." tanya mamah Herlina memastikan.
Excel mengangguk.
"Masyaallah, "pah kita sebentar lagi akan punya cucu."
Mamah Herlina sangat bahagia mendengar menantunya sudah mengandung.
"Pokok nya mamah mau, "pulang dari liburan, "mamah mau mengadakan pengajian."
"Iya mamah, "terserah mamah saja." jawab Excel pasrah.
"Sayang, "jangan terlalu cape ya, "hati-hati pokoknya mamah enggak mau, "calon cucu mamah kenapa-kenapa."
"Cel jaga istri kamu baik-baik." pak luis ikut bicara.
Ervina tidak mau kalah. "Ka aku mau keponakan yang tampan, "terus jangan seperti papah nya cerewet."
Excel melempar tisu bekas mengelap bibir nya, ke arah wajah adik nya.
"Kaka cerewet, "itu karna Kaka sayang sama kamu." jawab Excel.
"Ka Excel ih jorok." teriak Ervina.
Semua tertawa melihat adik Kaka yang tidak mau saling mengalah.
Setelah makan malam selesai, Ervina menarik koper nya ke luar.
Azizah mengekor dari belakang, semua koper sudah masuk kedalam bagasi.
"Pah,mah" kita pamit ya." ketiga nya menyalami punggung tangan pasangan parubaya itu.
"Hati-hati di jalan, jangan ngebut bawa mobil nya, "kamu Ervina jangan nyusahin, Kaka kamu di sana."
"Iya papah sayang." Ervina mencium pipi kiri papah nya.
Mobil yang di Kendari Excel sudah meninggal kan rumah mewah pak luis.
Ervina yang duduk di kursi belakang, membaringkan tubuh nya.
"Ka aku tidur ya, "sehabis makan aku jadi ngantuk."
"Tidurlah Vi, "di situ Kaka bawa dua bantal, "satu nya kasih sama ka Zizi."
Excel sengaja membawa bantal, karna perjalanan lumayan jauh takut adik sama istri nya lelah di perjalanan.
"Sayang kamu juga harus istirahat, "kursi nya bisa kamu condongkan kebelakang."
Setelah kursinya di condongkan ke belakang, Azizah pun bersandar dengan nyaman di kursi depan samping kursi kemudi.