Kehidupan Kedua Violetta

Di sebuah ruang vip di bar yang terletak di pusat kota, Victor dan Jordan di buat heran oleh sahabat mereka yang di kenal selalu berexpresi datar, tiba tiba terus memperlihatkan senyumnya, walau tidak terlalu kentara tapi mereka masih bisa melihatnya.

''Ada apa dengamu?, kelihatannya bahagia sekali'' cetus Jordan.

Lucane menatap gelas wine yang ia goyang goyangkan dan meneguknya, tidak bisa di pungkiri dari semalam hatinya terus berbunga bunga, seperti ada ribuan kupu kupu berterbangan di perutnya, saat mengingat kembali obrolannya dengan Violet semalam.

''Aku sedang bahagia, jadi sebutkan saja permintaan kalian, aku akan mengabulkannya''

Mendengar tawaran yang menggiurkan dari sahabatnya yang super duper kaya raya, tentu membuat Jordan dan Victor langsung bersemangat.

''Aku minta sepuluh persen saja, saham milikmu'' tukas Victor.

''Aku juga sama'' timpal Jordan.

Lucane seketika teringat sesuatu, dan menatap kedua sahabatnya yang menatapnya dengan mata berbinar binar.

''Sepertinya aku melupakan sesuatu''

''Apa?!'' seru Victor dan Jordan bersamaan.

''Semua aset yang aku milik sudah aku atas namakan gadis kecilku, kalau kalian mau minta sepuluh persen saham, minta saja sama dia''

Wajah Victor dan Jordan langsung berubah masam, padahal sudah membayangkan mendapatkan sepuluh persen saham dengan cuma cuma, ternyata cuma di prank.

''Sialan'' decak Jordan dan Victor.

Lucan hanya tertawa tanpa merasa bersalah sedikitpun, karna sudah memberi harapan palsu pada kedua sahabatnya.

''Eh, memangnya kamu sudah mengutarakan perasaanmu padanya?'' tanya Victor.

Lucane menganggukkan kepalanya, membuat reaksi kedua sahabatnya kembali bersemangat.

''Gimana?, apa dia menolakmu, secara kamu kan tua'' tukas Victor, mulutnya benar benar julit.

Seketika asbak melayang ke arahnya, dan untung saja Victor dengan sigap menangkapnya.

Grepp

''Haiss,, jangan marah, aku cuma bercanda'' tukas Victor.

Lucane mendengus. ''Mulutmu memang perlu di modif''

Victor hanya tertawa mendengarnya.

''Sudah sudah, kalian jangan adu mulut, kayak wanita saja'' ujar Jordan menengahi.

''Gimana?, apa Violet menerima mu?'' tanya Jordan.

Lucane menyandarkan badannya, menatap gelas wine yang di pegangnya.

''Dia tidak menerimaku, tapi jug tidak menolakku'' tukas Lucane.

''Terus?''

''Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya meragukanku''

''Status kalian?'' tanya Jordan.

''Mungkin''

''Mudah saja caranya, tinggal kamu buat dia hamil, bereskan'' sela Victor dengan santai.

Kini Lucane melemparkan gelas yang di pegangnya ke arah Victor, dan Victor dengan cepat menangkapnya.

Di sebuah rumah besar, seorang pria tua duduk di tepi kolam, terlihat dia sibuk memberi makan ikan ikan kesayangannya.

''Tuan besar''

Tanpa menoleh pria tua itu sudah tahu siapa yang datang.

''Bagaimana?, apa kamu mendapat kabar yang penting tentang mereka?'' tanya pria tua itu.

''Sepertinya dugaan anda benar, kalau selama ini Tuan Muda menyukai Nona Muda''

Pria tua itu meletakkan wadah makanan ikan yang di genggamnya di atas lantai pinggir kolam, lalu dia mendongak menatap langit yang sangat cerah, dan tiba tiba ingatannya kembali ke kejadian sembilan belas tahun silam.

Flash back on

Di rumah sakit besar kota, seorang pria paruh baya menatap sendu istrinya yang sudah beberapa hari terbaring di atas brangkar karna menderita gagal ginjal.

Padahal dua bulan yang lalu istrinya sudah mendapat donor ginjal, tapi tidak di sangka kalau ginjal satunya juga terinfeksi.

''Suamiku, bagaimana?, kamu sudah bertemu dengan William dan putrinya?'' tanya wanita itu suaranya sangat lirih.

Pria paruh baya itu menganggukkan kepalanya. ''Sudah, tapi,,''

''Tapi apa?'' tanya sang istri sangat penasaran.

''William sudah menyusul istrinya'' jawab pria paruh baya itu yang seketika membuat sang istri terkejut.

''Apa yang terjadi dengan William?, kenapa dia bisa meninggal?''

''Sayang, kamu tenang ya, aku akan menceritakannya pelan pelan'' ujar pria paruh baya itu.

Dan setelah melihat sang istri sudah tenang, pria paruh baya itu mulai menceritakan kenapa William bisa meninggal.

''Saat aku menemukan rumah William, dia sudah di rawat di rumah sakit, dan dokter memvonis dia terkena radang otak, dan baru semalam aku menjenguknya dokter menghubungiku kalau William sudah di nyatakan meninggal'' jelas pria paruh baya itu membuat sang istri menangis sesenggukan.

''Lalu, bagaimana dengan putrinya?, dia sudah tidak punya siapa siapa lagi'' tanya sang istri.

''Aku sudah membawanya pulang ke rumah kita, aku juga sudah mengurus hak asuhnya'' jawab pria paruh baya itu.

Sang istri masih menangis sesenggukan, bagaimana tidak?, istri William dulu adalah sekertarisnya namanya Scarlet.

Dan lima bulan yang lalu saat Scarlet melahirkan anak pertamanya, karna mengalami pendarahan hebat nyawanya tidak bisa di selamatkan, dan yang membuatnya terkejut ternyata Scarlet sudah mendatangi persetujuan pendonoran ginjal untuknya, bahkan William sebagai suami Scarlet juga menyetujuinya, dan yang membuatnya menyesal mereka tidak tahu kalau setelah hari dimana Scarlet di makamkan William langsung membawa putrinya pindah rumah, yang mana membuat dirinya kesulitan mencari keberadaan William dan putrinya.

Dan kini dirinya hanya di hantui rasa penyesalan, karna merasa terlambat menemukan William dan putrinya, dan yang semakin membuatnya menyesal dirinya belum sempat mengucapkan terimakasih atas pengorbanan istrinya pada William, tapi William sudah lebih dulu menyusul Scarlet.

''Sayang sudah jangan sedih, kita harus bisa menerima semunya, ini sudah takdir, sebaiknya kamu fokus dengan penyembuhanmu, nanti kalau kamu sudah pulang kamu bisa merawat putri cantik itu'' ujar sang suami.

Sang istri menganggukkan kepalanya.

''Suamiku, bagaimana kalau dia sudah besar nanti kita jodohkan saja dengan cucu kita'' ujar sang istri tapi suaminya diam saja tidak menanggapinya.

''Kenapa kamu diam saja?'' tanya sang istri.

''Sayang, sebaiknya kita fokus untuk membesarkan dan merawat bayi cantik itu dulu, masalah jodoh itu apa kata nanti'' papar sang suami.

Dan sang istri hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan pasrah.

Dan beberapa hari kemudian wanita paruh baya itu sudah di perbolehkan untuk pulang, tapi tetap harus kontrol ke rumah sakit satu minggu sekali.

Selama di rumah wanita begitu antusias merawat bayi mungil yang sangat cantik, karna usia bayi mungil itu tidak jauh beda dengan cucunya, akhirnya dia menyebutkan dirinya sebagai nenek, dan anak laki laki bungsunya sebagai Paman.

Dan saat usia bayi mungil itu sudah menginjak tujuh tahun, kondisi wanita paruh baya itu tiba tiba kritis, dan sang suami tidak pernah sekalipun meninggalkannya.

''Suamiku, kalau cucu cucu kita sudah dewasa, aku mau kamu jodohkan mereka berdua ya'' pesan sang istri.

Sang suami menghela nafasnya.

''Sayang, biarkan mereka memilih pasangan masing masing, sebaiknya kita jangan ikut campur, aku tidak mau membuat mereka tertekan karna ulah kita, kita saja menikah juga bukan karna di jodohkan'' ucap sang suami.

Dan akhirnya sang istri menyetujui perkataan sang suami. ''Hem, kamu benar, kita menikah juga bukan karna di jodohkan, putri kita juga sama, dia menikah dengan pilihannya sendiri''

Sang suami tersenyum mendengarnya, akhirnya istrinya tidak memaksakan kehendaknya lagi. ''Kamu tenang saja, aku tidak akan pernah membuat cucu cantikku kekurangan kasih sayang sedikitpun''

Dan setelah beberapa hari kemudian kondisi sang istri semakin menurun, dan tak berselang lama di nyatakan pergi untuk selama lamanya.

Flash back off

''Istriku, sepertinya putra kita sendiri yang mencintai cucu cantik kesayanganmu'' gumam pria tua itu dengan di iringi senyuman di balik wajah keriputnya.