Cerita ini adalah fiksi dewasa yang diperuntukkan bagi pencari bacaan berbeda.
*****
Sekuel sekaligus akhir dari cerita 'Stranger From Nowhere'.
Makhluk yang sama, tempat yang sama, dengan tokoh dan roman yang berbeda.
***
Saddam kehilangan ibunya dalam sebuah kecelakaan pesawat di hutan Afrika.
Pria itu menyesali pertengkarannya dengan Sang Ibu karena ia menolak perjodohan yang sudah kesekian kali diatur untuknya.
Penasaran dengan apa yang terjadi dengan Sang Ibu, Saddam memutuskan pergi ke Afrika.
Bersama tiga orang asing yang baru diperkenalkan padanya, Saddam pergi ke hutan Afrika itu seperti layaknya mengantar nyawa.
Tugas Saddam semakin berat dengan ikutnya seorang mahasiswi kedoktoran bernama Veronica.
Seperti apa jalinan takdir mereka?
***
Contact : uwicuwi@gmail.com
IG : @juskelapa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Keberangkatan
Dari Jakarta ada maskapai penerbangan asing yang langsung menuju Johannesburg. Tetapi maskapai itu akan transit di Doha selama 15 jam sebelum melanjutkan penerbangan. Dengan pertimbangan untuk mempersingkat waktu dalam perjalanan, Saddam memutuskan mereka semua akan terbang menggunakan maskapai Singapura yang hanya membutuhkan waktu hampir 11 jam untuk tiba di Johannesburg.
Mereka hanya perlu terbang dari Jakarta ke Singapura dengan waktu tempuh dua jam setelah menambah perbedaan waktu antara Jakarta dan Singapura.
Saddam sudah tiba di bandara lebih awal bersama Eko yang setia.
Pagi-pagi benar Eko telah muncul di depan pintu rumahnya dengan kemeja berwarna-warni dan bantal traveling yang terkalung di lehernya.
Padahal Saddam telah mengatakan pada asistennya itu bahwa penerbangan mereka ke Singapura baru akan berangkat malam nanti.
Asistennya itu ternyata benar-benar membayangkan bahwa perjalanan mereka merupakan sebuah liburan di daerah tropis.
"Ko, lu bawa jaket kan?" Saddam tiba-tiba teringat akan Afrika Selatan yang sedang dilanda musim dingin.
"Bawa Pak. Satu. Jaket yang Pak Saddam beliin waktu jalan-jalan ke Jepang." Eko nyengir.
"Kirain lu bakal masuk hutan pake kemeja warna-warni dan celana pendek kayak gitu." Saddam memandang asistennya dari ujung kaki hingga kepala.
"Engga Pak. Saya pakai ini biar keren aja. Kita kan duduk di kelas bisnis." Eko menepuk-nepuk sisi depan kemejanya.
Saddam hanya menatap asistennya dengan tatapan malas dan kemudian melirik jam di pergelangan tangannya.
Dia sudah memberi kabar pada Rully bahwa mereka semua akan bertemu di sebuah executive lounge bandara keberangkatan internasional.
"Ready to go guys?" Tiba-tiba suara Rizky menggema di ruangan lounge yang lengang diiringi musik lembut.
Saddam menoleh ke belakang dan melihat iring-iringan Rully beserta kedua orang yang telah dipercaya untuk ikut dalam petualangannya.
Eko langsung berdiri dan menghampiri mereka satu persatu. Pria itu meminta paspor semua orang yang baru datang untuk didaftarkan pada penerbangan ke Singapura.
Saddam melirik Vero yang sore menjelang magrib itu tampil cantik meski dengan pakaian yang sederhana.
Gaya pakaiannya tidak mencolok, terkesan cuek untuk ukuran wanita secantik dia.
Celana capri semi kulot berwarna hitam, kaos putih dan sebuah jaket jeans yang lengannya tergulung asal.
Dengan ransel yang cukup besar untuk ukuran tubuh wanita sekecil dia, Vero terlihat kesulitan saat meletakkan benda itu di dekat sofa tempatnya baru saja duduk.
Saddam masih terus memperhatikan Vero yang sibuk membuka kacamata minusnya dan mengelap lensa menggunakan ujung kaos yang dipakainya.
"Ceroboh banget." Saddam membatin.
Saat Vero memakai kacamata dan mengangkat wajahnya, Saddam dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah Rully yang duduk di sebelah wanita itu.
Selang beberapa lama, Eko muncul kembali dengan beberapa paspor di tangannya.
"Satu jam lagi boarding-nya" Eko membagikan paspor kepada semua orang.
Rully membuka paspor yang baru saja diserahkan Eko padanya, dan seperti telah meneliti sesuatu pria itu menggumam.
"Sudah distempel imigrasi."
Rizky yang mendengar perkataan Rully langsung membuka paspor miliknya.
"Wow! Koneksi Pak Saddam memang luar biasa. Ga perlu capek-capek berdiri ngantri untuk dapet stempel imigrasi." Perkataan Rizky terdengar bernada antara pujian dan ejekan sekaligus.
"Itu salah satu manfaat kaya." Tukas Saddam yang mulai sebal dengan tingkah norak Rizky.
Mendengar perkataan Saddam, Rully terkekeh pelan dan Vero terlihat pura-pura sibuk membalik-balik lembaran paspornya. Sedangkan Rizky hanya meringis sambil mengangkat bahunya.
...--oOo--...
Pintu pesawat sudah ditutup dan perlahan badan pesawat sudah bergerak mundur menjauhi garbarata.
Penerbangan ke Singapura tak berlangsung lama, tapi keempat orang yang dibawa Saddam menggunakan semua perlengkapan di kelas bisnis pesawat seperti hendak akan bermalam di sana.
Saddam yang duduk di kursi paling kiri dekat jendela pesawat tak melepaskan pandangannya dari Vero sedari tadi.
Rizky yang dinilainya terlalu aktif berbicara sambil menyentuh berkali-kali tampak sering membuat wanita itu tidak nyaman.
Jelas terlihat Vero sebenarnya adalah orang yang introvert alami. Bukan seperti dirinya yang menjadi introvert setelah kehilangan orang-orang yang dicintainya.
Setengah perjalanan, Saddam melihat Rizky mencoba meletakkan kepalanya di bahu Vero.
Wanita itu menepis dengan menggerakkan bahunya, kemudian Rizky bercanda dan berhasil membuat Vero setengah tertawa.
Sedikit kesal melihat tawa Vero, Saddam spontan memanggil pramugari untuk meminta jus jeruk lagi.
Vero menoleh saat pramugari datang ke arahnya, dan dengan senyum yang paling menawan Saddam menerima gelas dari pramugari muda yang tampak merona saat pria itu mengatakan,
"Cantik banget."
Saddam melihat dari sudut matanya jika Vero memalingkan wajah secepat yang dia bisa.
Wanita itu tetap menghindari tatapannya setiap kali mereka akan beradu pandang.
Saddam menggerutu di dalam hati,
"Sebenernya gua lagi ngapain sih? Ga jelas banget."
Tanpa disadari olehnya, Eko sedari tadi memperhatikan tingkah Saddam yang lain dari biasanya.
Bosnya begitu gelisah berkali-kali melihat ke arah sepasang manusia di sebelah kanan mereka.
Saddam biasanya tak pernah peduli dengan kehadiran orang lain di sekitarnya. Tapi dalam penerbangan singkat mereka ke Singapura ini, Eko sudah melihat Saddam menghabiskan bergelas-gelas jus jeruk dingin.
Jika tidak sedang dalam pesawat, dia bisa memastikan bosnya pasti sudah menenggak bergelas-gelas Jack Daniels.
Eko diam berpikir mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
Dia memiliki satu teori dan untuk membuktikan teorinya itu, dia harus melakukan sesuatu.
Tiba-tiba satu rencana brilian terlintas di kepalanya.
...--oOo--...
Pukul sebelas malam mereka tiba di Changi Airport dan dalam waktu 2,5 jam lagi mereka akan kembali terbang menuju Johannesburg yang memakan waktu hampir sebelas jam.
Di gerbang ketibaan seseorang berjalan menghampiri Eko dan berbicara sesuatu kepada pria berkacamata itu.
Eko kembali meminta semua paspor mereka dan menyerahkan kepada pria muda berwajah oriental yang menghampirinya.
Eko mendahului mereka semua berjalan menuju sebuah buggy car airport yang telah menanti mereka.
Meski pernah menolak keikutsertaan Eko dalam perjalanannya karena dianggap membahayakan, kini Saddam sedikit bersyukur.
Semua hal yang menyangkut perjalanan itu dipersiapkan Eko dengan sangat baik.
Karena memang penerbangan mereka tidak terkoneksi dalam satu maskapai, mereka semua harus menuju gate keberangkatan yang letaknya cukup jauh.
Vero terlihat repot dengan barang bawaannya, Saddam sangat gemas dengan Rizky yang selalu ingin bergelayut dengan wanita itu tapi tidak cukup peka untuk membantunya.
Dengan tampang sebal Saddam segera duduk di bangku depan buggy car airport untuk menghindari pandangannya dari mereka.
Ketika Saddam menoleh ke belakang untuk memastikan semua telah naik, dia melihat Eko kini mengangkat bawaan Vero dan memangku carrier itu ketika duduk di bangku buggy car paling belakang.
Saddam menarik nafas lega.
"Eko memang selalu bisa diandalkan." Batin Saddam.
...***...
...Mohon dukungan atas karyaku dengan like, comment atau vote ...