NovelToon NovelToon
JANGAN KE SANA!

JANGAN KE SANA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Kutukan / Tumbal
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: DENI TINT

DILARANG KERAS PLAGIARISME!

Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 29 - PERTANDA

Caca terbangun, ia melihat jam di handphone miliknya, sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Di sebelahnya Bella masih tertidur pulas.

Caca beranjak dari kasurnya, segera menuju ke kamar mandi hendak mencuci muka dan menyikat giginya. Selama berada di rumah neneknya Aruni ia tak pernah mandi sepagi ini. Alasannya hanya satu, airnya terlalu dingin. Jadi ia lebih sering untuk mandi ketika sudah lewat dari jam 06.30 pagi.

Setelah mencuci muka dan menyikat gigi, ia segera keluar kamar, membiarkan Bella yang masih tertidur pulas. Lantas ia turun ke lantai bawah menuju dapur untuk memasak air panas yang biasa digunakan oleh dirinya atau dua sahabatnya membuat teh hangat atau kopi di pagi hari. Selain itu juga ia biasa memasak nasi terlebih dahulu untuk persiapan sarapan.

Beberapa saat kemudian air panas sudah tersedia dan nasi sudah mulai di masak dalam rice cooker yang sudah ada di dapur itu. Hawa dingin pagi hari selalu terasa sampai menembus dinding rumah.

"Bikin teh anget aaah..." gumamnya sambil mencari teh dan gula.

Dari balik jendela terlihat suasana pagi memang belum menyapa. Malam hendak beranjak pergi seolah seperti selimut yang dibuka oleh pemiliknya yang terbangun. Suara ayam mulai berkokok saling bersahutan. Dan juga beberapa suara serangga malam di hutan yang masih bernyanyi.

Caca berinisiatif membuka seluruh gorden di lantai bawah, lalu menuju pintu depan untuk membukanya. Berniat untuk menikmati suasana desa di waktu lebih pagi seperti ini. Namun alangkah herannya dia, saat hendak memegang gagang pintu, ternyata sudah terbuka sedikit. Ia berdiri sejenak memperhatikan pintu itu dengan mengerutkan dahinya.

"Loh? Kok? Pintunya gak dikunci?" ucapnya dengan rasa heran.

Caca ingat betul kalau semalam yang terakhir masuk adalah dirinya setelah mengobrol ringan di teras sebelum pindah ke balkon lantai atas, dan dia yakin betul sudah mengunci pintu depan.

"Bukannya semalem udah gue kunci ya? Kok, ini masih kebuka pintunya?" Caca heran sambil melihat kunci yang masih menggantung di lubang kunci pintu.

"Aneh, apa ada orang masuk diem-diem ke rumah ini?" gumamnya.

Caca langsung memperhatikan lantai, dan memperhatikan sekeliling ruangan dalam rumah di lantai bawah itu. Tak ada tanda-tanda bahwa ada orang masuk diam-diam. Dirinya juga berpikir, untuk apa orang masuk diam-diam? Rasanya pun tak mungkin jika ada warga desa yang berniat buruk di rumah ini.

Caca mencoba membuka pintu depan perlahan, lalu keluar menuju teras. Di sekitar teras pun tak ada tanda-tanda jejak bahwa ada orang yang mencoba masuk. Dan ia memperhatikan kembali pintu itu, tak ada pula tanda-tanda kerusakan di sana.

"Masa iya gue lupa ngunci? Atau emang gue yang kelupaan kali ya?" pikirnya sambil berjalan menuju kursi teras dengan segelas teh hangat.

Sesaat setelah ia duduk, ia menikmati teh hangat dan mengamati suasana desa yang begitu sejuk sebelum matahari menyapa. Menarik nafas dalam-dalam merasakan udara yang begitu bersih. Tapi itu tak berlangsung lama, suasana nyaman yang ia rasakan seketika berubah.

Hidungnya mencium sesuatu yang aneh. Dia berdiri, mengendus beberapa kali, mencoba mencari arah sumber aroma aneh itu. Sesaat kemudian ketika aroma itu semakin jelas di hidungnya, tubuhnya merinding. Aroma yang tercium adalah aroma anyir darah.

"Hah? Kok? Ada bau anyir darah sih? Dari mana ini?" Caca mencoba memastikan.

Alangkah terkejutnya Caca, saat ia berjalan di sekitar teras, kemudian menatap ke arah pohon beringin di luar halaman. Dia melihat Aruni tergeletak di bawahnya.

"Astaga!! Aruni?!!"

Lantas dengan segera kedua kaki Caca berlari menuju Aruni yang tergeletak di bawah pohon beringin itu. Ia membuka gerbang halaman. Jantungnya berdegup kencang.

"Aruni!!!" teriaknya saat sudah hampir mendekati pagar yang mengelilingi pohon itu.

"Aruni!!! Bangun Ar!!! Lo kenapa?!!!" teriaknya lagi mencoba membangunkan Aruni yang tergeletak posisi telungkup.

"Aduh, gue harus gimana ini?" ucapnya dengan suara nafas tak karuan. Lantas ia memberanikan diri untuk melompati pagar pohon beringin itu. Dan langsung terduduk di samping Aruni.

"Aruni!!! Bangun Ar!!! Lo kenapa?!!! Apa yang terjadi sama lo?!!!" Caca mencoba menepuk-nepuk pundak Aruni, dan mencoba membalikkan tubuh Aruni.

Dan ketika ia berhasil membalikkan posisi Aruni, terlentang....

"Aaaaaa!!!" teriaknya kencang sambil mundur ke belakang, berpangku pada kedua tangannya yang gemetar.

Jantungnya semakin berdegup kencang, nafasnya tak karuan, matanya seolah melihat sesuatu yang tak bisa ia percaya. Aruni, meskipun suasana yang masih gelap, terlihat jelas wajah dan tangannya berlumuran darah segar.

"Aruni??!!" suaranya bergetar, sambil ia menutup mulut dengan tangan kanannya. Air matanya hampir menetes. Ia mendekati kembali tubuh Aruni. Namun kali ini tak berani ia sentuh.

"Astagaaa... Apa yang terjadi???" Caca mencoba mencerna apa yang nampak di pandangannya.

"Gak! Gak mungkin!" pikirnya Aruni telah mati.

Lantas Caca bangkit, dan berpaling, mencoba melompati pagar yang mengelilingi pohon beringin itu, dan segera bergegas lari masuk ke dalam rumah. Yang ia tuju hanya satu, membangunkan Bella yang masih pulas di kamar Caca.

Ia berlari masuk ke dalam rumah, menaiki tangga dengan sangat tergesa-gesa, dan ketika masuk ke dalam kamarnya, ia segera membangunkan Bella.

"Bella!!! Bella!!! Bangun Bell!!!"

Bella yang dikagetkan oleh Caca, menggeliat saat tubuhnya digoyang kencang oleh Caca. Lalu menoleh ke arahnya.

"Aaakkhh... Apaan sih Caaa?" tanya Bella yang mulai membuka matanya dengan rasa kantuk masih menggelayuti.

"Bell... Aruni Bell... Aruni!!!" ucap Caca sambil wajahnya sangat tegang bercampur sedih.

"Apaan sih? Kenapa Aruni?" jawab Bella yang akhirnya terbangun, dan ia segera melihat wajah Caca yang sebegitu tegang dan sedih itu.

"Heh!! Lo kenapa?" tanya Bella.

"Bell!!! Aruni Bell!!!" jawab Caca dengan nafas tak karuan.

"Kenapa? Aruni kenapa?" Bella mencoba memastikan apa yang hendak dikatakan Caca.

"Udah!!! Lo jangan banyak tanya!!! Buruan ikut gue!!! Buruan!!!" Caca tak sanggup menjelaskan, dirinya hanya ingin Bella segera bangkit dari kasur dan ikut dengannya.

"Aduuuhhh! Iya iya! Pelan-pelan kenapa sih?!" keluh Bella yang dipaksa bangkit dari kasur, tangannya ditarik kuat oleh Caca. Dirinya antara sadar dan tak sadar dipaksa oleh Caca. Bella akhirnya mengikuti Caca menuju pintu kamar, hendak keluar.

Namun... Langkah mereka berdua terhenti...

Caca terpaku dengan kedua matanya yang terbuka lebar...

Bella yang berada di belakang Caca, mengusap mata dan wajahnya yang masih agak buram karena bangun tidur. Bella melihat Aruni berdiri di depan pintu kamarnya sendiri.

"Itu Aruni Ca! Kenapa emang?!" ucap Bella yang akhirnya merasa kesal sekaligus aneh dengan tingkah Caca barusan.

Sedangkan Caca, dengan ekspresi diam, tanpa sepatah katapun, berdiri mematung melihat Aruni yang sudah ada di depan pintu kamarnya sendiri.

Aruni yang saat ini Caca lihat, sangat bersih tubuhnya. Tak ada bekas darah bahkan hanya setetes.

1
Marta Quispe
Suka banget!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih Kak... Dukung terus ya... ☺️☺️☺️
total 1 replies
Gusti Raihan
Ditunggu kelanjutannya!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih sudah kasih komentar ya Kak... Oh iya, BAB 3 sudah rilis Kak... Selamat membaca ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!