Istriku Masih Bocil

Satu minggu berlalu

Dalam waktu satu minggu itu, Farid rela menahan hasratnya. Ia bersabar untuk mendapatkan hati Siena. Namun apa yang dilakukan Farid justru menimbulkan pemikiran negatif mengenai isu Farid yang tidak normal. Karena dalam seminggu ini, Farid tidak pernah memiliki inisiatif untuk berprilaku romantis apa lagi menjurus je arah hubungan suami istri. Padahal setiap malam Farid selalu memandang wajah istrinya dan mengecup keningnya. Hal tersebut hanya dirasakan Siena saat malam pertama mereka. Malam selanjutnya, Siena tidak merasakan hal tersebut karena ia lelap dalam tidurnya. Namun dalam keseharian mereka, Farid selalu berprilaku baik. Bahkan ia sering memberikan pencerahan kepada istrinya sebagai bentuk bimbingannya sebagai seorang suami.

Sejak dia hari yang lalu, Siena sudah memutuskan untuk memakai jilbab. Hal tersebut dilakukannya bukan karena paksaan dari Farid. Namun pencerahan yang Farid berikan, sangat masuk ke otaknya. Sehingga ia mulai memikirkan untuk lebih memperbaiki diri setidaknya untuk dirinya sendiri dan orang tuanya.

"Menutup aurat itu wajib hukumnya. Menutup aurat adalah bentuk menjaga kehormatan diri dan mencegah dari pandangan yang tidak layak. Jika pun ada orang yang menyalahgunakan jilbabnya untuk sesuatu yang tidak baik, itu bukan salah jilbabnya, tapi orangnya. Menutup aurat adalah bentuk ketaatan kepada perintah Allah SWT. Meskipun kita belum menjadi manusia yang baik, setidaknya kita sudah berusaha menjadi baik. Karena sejatinya hanya kematian yang kita tunggu." Begitulah ucapan Farid yang bisa menggugah hati Siena sehingga ia mau memakai jilbab meski pakaiannya belum syar'i.

Pagi ini, Siena, Farid dan semua keluarga Siena yang berada di Singapore akan pergi ke Indonesia karena nanti malam adalah resepsi pernikahan Siena dan Farid yang akan diselenggarakan di hotel yang dijadikan mahar oleh Farid. Hotel tersebut adalah hasil rintisan Farid sendiri. Meski tidak sebesar hotel warisan Opanya, namun hotel tersebut memiliki arsitektur yang unik dan klasik. Sehingga siapa pun yang berkunjung akan merasa nyaman dan ingin kembali lagi.

Jam 9 pagi, pesawat mereka mendarat di bandara internasional Juanda. Mereka dijemput mini bus menuju hotel. Sekitar jam 9.30 mereka sampai di hotel. Siena tidak tahu jika hotel tersebut adalah mahar yang diberikan Farid kepadanya. Karena mengira hotel yang diberikan Farid hanya hotel biasa. Di depan hotel sudah banyak karangan bunga berjejer berupa ucapan selamat untuk Farid dan Siena. Karangan bunga tersebut dikirim dari berbagai kalangan. Teman Farid, Pengusaha, bank, dan beberapa keluarga. Farid juga memasang foto pernikahannya di TV reklame yang ada di depan hotelnya. Siena tidak menyangka jika pernikahannya akan menjadi seheboh ini. Padahal ia belum melihat tempat dekorasinya.

Security memberi hormat kepada Farid dan rombongannya.

"Selamat pagi Pak, bu. Selamat datang."

"Selamat pagi, terima kasih."

Beberapa karyawan menyambut mereka dan mengantarkan mereka ke kamar yang sudah disiapkan. Kamar Farid dan Siena tentu merupakan kamar suite room. Kamar tersebut sudah dihias sedemikian rupa dengan bunga-bunga dan hiasan angsa dari handuk, serta tulisan di dinding. Nuansa pengantin baru sangat kental di kamar tersebut.

"Istirahatlah dulu, nanti malam pasti akan melelahkan."

Siena mengernyitkan dahinya menanggapi ucapan Farid yang ambigu baginya. Ia justru berpikiran yang lain.

"Kenapa? Tidak mau istirahat?"

"Ah tidak-tidak! Tentu saja mau."

"Ya sudah, istirahatlah! Aku mau melihat persiapan untuk nanti malam. Kalau ada sesuatu yang diperlukan bisa panggil pelayan."

"Hem, okey."

Farid pun keluar dari kamarnya dan naik ke lantai paling atas. Setelah sampai di sana, ia menaiki tangga menuju Rooftop. Ternyata acara resepsi mereka akan digelar di ruangan terbuka.

Sampai di rooftop, Farid bertemu dengan Hadi. Hari memberikan selamat kepada bosnya itu. Ia tidak menyangka jika calon dari Farid adalah orang yang pernah menjadi karyawan di salah satu hotelnya. Bahkan karyawan lain terkejut saat mengetahui bahwa istri Farid adalah Siena. Mereka tidak menyangka jika sebenarnya Siena adalah anak orang berasa. Apa lagi setelah tahu Farid menikahi Siena, gosip di hotel semakin heboh. Rumor tentang Farid yang belok kini sudah terputus karena berita pernikahan Farid dan Siena.

"katering sudah semu, Pak. Persiapan sudah 99 persen."

"Terima kasih atas kerja kerasnya, Hadi."

"Saya senang melakukan semua ini, Pak. Akhirnya anda melepas masa lajang."

"Hem.. "

"Tetap saja dingin. Aku penasaran, apa dengan istrinya masih begitu? " Batun Hadi.

Setelah mengecek semuanya, Farid turun ke bawah. Ia tidak kembali ke kamarnya namun melihat persiapan lainnya sambil menunggu keluarganya datang.

10 menit kemudian, Ummi dan Abi sampai di hotel. Satu minggu tidak bertemu dengan putra sulungnya, tentu membuat ummi merindukannya. Ia memeluk erat Farid dan mencium pipinya. Hal tersebut tentu membuat Abi iri.

"Ya Allah bi, sama anak sendiri masih begitu."

"Putramu sudah ada yang mencium, ummi."

Ummi mengulum senyum mendengar candaan sang suami yang memang sangat jarang bercanda.

Farid hanya bisa menghela nafas panjang melihat kemesraan mereka.

Setelah bertemu orang tuanya, Farid kembali ke kamarnya. Namun sampai di sana, ternyata pintunya terkunci. Ia sudah mengetuk pintu berkali-kali, namun tidak ada tanda-tanda dari dalam kamar. Sepertinya Siena sudah terlelap. Farid pergi ke resepsionis untuk meminta kartu cadangan. Setelah itu, ia kembali ke kamarnya lagi.

"Alhamdulillah... " Ucap Farid setelah berhasil membuka pintunya.

Kemudian ia pun masuk ke dalam dan menguncinya kembali. Saat berjalan ke dalam kamarnya, rupanya benar dugaannya. Siena sudah terlelap dalam tidurnya. Farid mengulum senyum melihat istrinya yang tidur belangsakan sehingga dasternya tersingkap sepaha.

"Astaghfirullah... mesti begini. Kamu itu selalu menggoda iman. Untung saja kamarnya dikunci ya."

Farid pun segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, ia membuka bajunya dan hanya menggunakan sarung.

"Seperrinya enak kalau tidur sambil meluk istri. Mumpung dia gak sadar." Lirih Farid sambil menyeringai.

Farid pun berbaring di samping istrinya sambil memeluk Siena. Siena yang tidurnya seperti kebo sama sekali tidak terusik.

Satu jam kemudian.

Siena terbangun karena sudah terlalu lama tidur.

Dan juga, ia merasa tubuhnya tertindih sesuatu yang berat. Ternyata memang tangan suaminya saat ini sedang memeluknya.

Dag dig dug....

"Dih, udah berani peluk-peluk." Batin Siena.

Namun sejenak kemudian ia terpaku melihat roti sobek suaminya yang begitu menggoda. Siena menekan salivanya sendiri. Apa lagi bau maskulin yang tercium dari tubuh suaminya membuatnya seakan ingin nempel di dada suaminya.

"Ish... apaan sih ini kok jadi pik tor!" Lirih Siena sambil menepuk kepalanya sendiri.

Entah sadar atau tidak, tangan Farid semakin mempererat pelukannya. Sehingga wajah Sina semakin merapat je sada Farid.

"Duh... kok tambah deg deg-an gini." Batin Siena.

Bersambung...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...