After Break Up

Setelah kepergian Gyan, air matanya terus menetes tak henti. Dia yang mengambil keputusan, dia juga yang menangis sesenggukan.

"Gyan adalah tipe lelaki yang enggak akan pernah mengejar."

William pernah berkata seperti itu. Sebuah penyesalan bersarang di hatinya sekarang. Harusnya dia membicarakan hal ini dengan kepala dingin. Mencari jalan keluar yang terbaik.

Ponsel selalu di tangan. Berharap lelaki yang tadi pagi datang kembali menghubunginya. Namun, sampai malam tiba tak ada satupun pesan yang Gyan kirimkan. Rasa bersalah bercampur sedih semakin menjadi.

Waktu terus berjalan, seminggu sudah Gyan tak memberi kabar. Harinya mulai terasa sepi. Dilihatnya pesan yang sudah dikirim. Tak ada perubahan. Masih centang dua tanpa berubah warna.

Perasaan Achel begitu besar terhadap Gyan. Tapi, harus dia hentikan paksa karena sebuah kenyataan yang tak bisa dielakkan. Mereka masih terikat tali persaudaraan. Namun, semakin hari hatinya semakin tersiksa karena merindukan orang yang sudah hampir setengah tahun selalu menemaninya. Dan mulai bersikap hangat kepadanya.

Memberanikan diri untuk menghubungi Gyan. Meletakkan egonya demi untuk menjalin komunikasi kembali dengan lelaki yang ternyata masih menetap di hatinya. Tersambung, tapi tak ada jawaban. Seperti tengah membalas dendam.

Dua Minggu sudah berlalu. Pesan yang pernah Achel kirimkan tak kunjung dibaca. Padahal, gadis itu sangat merindukannya.

"Kak Gy, maafin Achel." Bulir bening pun menetes.

Menjalani hari-hari yang monoton tanpa sosok yang dia sayang. Seperti terus berjalan tanpa tak tahu arah tujuan. Keceriaan wajah Rachella Bumintara pun sudah tak pernah nampak. Hanya wajah penuh kesenduan yang terpancar.

Ponselnya bergetar, dia masih sangat berharap jika panggilan yang masuk dari Gyan. Tapi, sang mami-lah yang menghubunginya. Menyuruh Achel untuk pulang karena akan diadakan pengajian memperingati haul Bubu Echa. Semuanya diharuskan hadir. Itulah tradisi keluarga singa.

Selama mengudara dia terus berpositif thinking. Gyan pasti datang ke acara yang sangat penting itu. Bukankah ini akan menjadi kesempatan baik untuk memperbaiki hubungan mereka berdua? Senyum yang sudah lebih dari dua Minggu menghilang, akhirnya datang.

Disambut hangat oleh keluarga tercinta. Hati yang kosong mulai terisi kembali. Walaupun belum sepenuhnya karena pemilik sebagian hatinya belum dapat dia lihat. Padahal, hampir semua keluarga sudah nampak.

"Wawa ke mana, Mi?" Orang pertama yang Achel tanyakan adalah Erzan. Pria yang memiliki bonding luar biasa dengannya.

"Ada tamu mendadak katanya. Jadi, agak telat." Mami Reyn menjelaskan karena memang ayah satu anak itu sudah memberitahu melalui grup keluarga besar.

Achel tersenyum ketika melihat Anggasta sudah hadir. Gadis itu berlari dan berhambur memeluk tubuh Gagas. Semua orang yang ada di sana bahagia melihat kedekatan mereka berdua.

"Kak Gyan pulang enggak?" Sebuah pertanyaan mulai dilontarkan setelah melepas rindu selesai. Gelengan kepala membuat wajah Achel kembali sendu.

"Soalnya dua Minggu kemarin Kak Gy pulang karena ada urusan sama Ahjussi."

Mata Achel melebar mendengar penuturan Gagas. Dua Minggu yang lalu adalah hari di mana Achel membuat lelaki yang rela terbang dari Melbourne ke Singapura pergi karena keputusan yang terlalu cepat darinya.

"Mau ngapain Kak Gy ketemu Opa?" Gagas menggedikkan bahu bertanda tak tahu.

"Tapi, kayaknya Kak Gy melakukan sesuatu deh. Soalnya, ada yang liat Kak Gy megang perut kayak orang kesakitan setelah keluar dari ruang Ahjussi. Dan ada yang denger juga Kak Gy menghubungi dokter."

Deg.

"Apa Opa udah tahu? Dan manggil Kak Gy. Lalu, ngasih Kak Gy hukuman?"

"Apa sikap Kak Gy sekarang ini ada sangkut pautnya dengan Opa?"

Segala pikiran berkecamuk. Sungguh dia ingin bertemu langsung dengan Gyan. Dia ingin memastikan kondisi lelaki yang sampai saat ini masih menempati hati.

Tangannya kembali menari di atas layar ponsel. Sedikit menjauh dari keluarga karena dia sedang mencoba menghubungi seseorang. Sayangnya, panggilannya tak dijawab sama sekali.

"Tolong jawab, Kak Gy."

Suara sang Wawa terdengar dari arah keluarga yang tengah berkumpul. Achel segera mendekat. Langkahnya terhenti ketika mendengar perkataan sang Wawa atas pertanyaan dari salah satu dari mereka perihal telatnya Erzan.

"Abang habis ngasih pelajaran ke manusia batu."

"Mati enggak?" tanya Apang.

"Cuma berlumuran darah doang."

Mendengar ucapan Erzan, satu nama yang terlintas di hati juga pikirannya.

"Kak Gy?"

Di sebuah ruangan, seorang lelaki sudah terkulai lemah. Untuk bangun pun sudah tak sanggup. Wajahnya berlumuran darah sambil menahan sesak di dada. Mencoba untuk menghubungi seseorang di tengah tubuhnya yang tak berdaya.

"Bang Andra, to-long da-tang k-ke Zenth Corporation."

...**** BERSAMBUNG ****...

Selamat pagi!! Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan komen.