Salma seorang wanita karir di bidang entertainment, harus rela meninggalkan dunia karirnya untuk mejadi ibu rumah tangga yang sepenuhnya.
Menjadi ibu rumah tangga dengan dua anak kembar sangat tidak mudah baginya yang belum terbiasa dengan pekerjaan rumah tangga. Salma harus menghadapi tuntutan suami yang menginginkan figur istri sempurna seperti sang Ibunda.
Saat Salma masih terus belajar menjadi ibu rumah tangga yang baik,ia harus menghadapi sahabatnya yang juga menginginkan posisinya sebagai istri Armand.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aveeiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengagumi
Tubuh Salma menegang selama menanti pembicaraan antara Jane dan Angkasa berlangsung.
"Salma?" tanya Angkasa ragu. Jane yang seakan bermain teka teki membuatnya semakin penasaran.
"Iih, kok langsung ketebak, jadi curiga nih," ucap Jane dengan sedikit cemberut.
"Salma menghubungimu, Jane?" Angkasa tidak menghiraukan ucapan bernada manja yang keluar dari mulut Jane, ia lebih tertarik dengan kabar yang dibawa oleh wanita cantik itu.
"Salma tidak menghubungi saya, Pak tapi dia mendatangi saya. Nih orangnya ada di depan saya, Bapak ga mau gitu, melepas rindu sama kami anak asuhan Bapak di ajang penghargaan dulu. Mumpung kami lagi ngumpul nih bertiga." Walaupun sekedar berbasa-basi, Jane sangat mengharapkan respon baik dari Angkasa, karena ia sama dengan para wanita kebanyakan yang sedang mengincar posisi sebagai nyonya pemilik rumah produksi terbesar di Jakarta itu.
"Maksudmu dia ada bersama kamu sekarang? Kalian ada di mana sekarang?" kejar Angkasa.
"Kami di Mall Hasrat Terpendam, sedang makan di Restoran Ikan Terbang."
"Baiklah saya kesana."
"Bapak mau kemari?" Jane memastikan dengan mata membesar. Ia tidak menyangka tawaran basa basinya disambut baik oleh pria idamannya.
"Iya, sebentar saya selesaikan pekerjaan saya dulu nanti saya menyusul kesana, itu juga kalau kalian masih mau menunggu." Angkasa berusaha menahan nada suaranya agar tidak terdengar terlalu antusias untuk segera menghampiri para wanita itu.
"Kalau Bapak mau kemari, jelas kami akan tunggu Pak." Jane tidak bisa menyembunyikan rasa gembiranya. Ia mengira Angkasa mau menyisihkan waktunya demi memenuhi permintaannya.
"Pak Angkasa mau kesini?" tanya Bian dengan mata terbelalak tak percaya.
Sepanjang sepengetahuannya, seorang Angkasa tidak pernah terlihat berkumpul dengan artis atau model yang tidak punya nama seperti mereka. Bukan karena pria itu sombong, tapi Angkasa tidak suka berkumpul hanya untuk sekedar berbasa basi. Ia lebih senang mengadakan pertemuan untuk membicarakan pekerjaan di dalam ruang rapat atau kantor bukan dalam Mall seperti ini.
"Iyaaa, aku cuman iseng aja loh." Wajah Jane memerah dan terlihat sangat bahagia. Ia lalu sibuk mengeluarkan semua peralatan riasnya dan memoles ulang perwarna bibir serta bedak yang menempel di wajahnya.
"Duh deg-degan aku." Bian merapikan meja yang terlihat berantakan.
"Aku juga, Bian," ujar Jane sembari menyemprotkan minyak wangi di sekujur tubuhnya.
Hanya Salma yang membeku tak kuasa bergerak. Di dalam hati ia terus meyakinkan dirinya, kalau Angkasa bukan datang semata-mata karena dirinya. Tak ada hubungan apapun antara mereka berdua, tapi apa yang dilakukan Angkasa saat ia diintimidasi oleh mantan suaminya, membuat Salma mempunyai dugaan lain dibalik perhatian orang yang disegani di dunia entertainment itu.
'Kamu di Jakarta?'
'Sejak Kapan?'
'Sekarang sedang bersama Jane?'
'Tunggu saya di sana.'
Empat kali bunyi denting pesan masuk di ponsel Salma. Pesan beruntun itu menanyakan sesuatu tapi seolah tidak membutuhkan jawaban. Salma mengintip pesan itu lalu menjawab dengan sangat singkat.
'Baik, Pak.'
Ia lalu menutup ponselnya dan memasukan ke dalam tas tangannya. Saat Jane sibuk merapikan riasan wajahnya dan Bian merapikan tatanan meja, ia sibuk merapikan tatanan deburan jantungnya.
Sejak pria itu menatapnya dalam ditambah nada khawatirnya melebihi seorang teman biasa saat Armand mengganggunya, hubungan mereka tidak seperti biasa lagi.
Setelah kejadian itu, Angkasa kerap kali menghubunginya tapi bukan bicara perihal pekerjaan, melainkan menanyakan kabarnya dan keadaan si kembar. Sudah pasti Pak Iwan yang menyampaikan sebagai laporan pandangan mata saat kejadian itu berlangsung.
Harusnya ia merasa senang dan bangga, tapi yang ada ia merasa tak nyaman karena statusnya yang seorang janda baru serta mempunyai anak dua. Sejak itu Salma jarang membalas pesan dan juga tidak mau mengangkat panggilan dari Angkasa, dengan dalih tidak mendengar nada panggilan pada ponselnya.
"Selamat sore." Suara berwibawa yang sangat ia kenali menyapa dari arah belakang tubuhnya. Salma tidak berani memalingkan kepalanya, tubuhnya terasa kaku untuk ia gerakan.
"Maaf lama, ada beberapa hal yang harus saya selesaikan tadi sebelum kemari," lanjut Angkasa basa basi, padahal setelah menutup sambungan telepon tadi, ia langsung bergegas meluncur ke arah Mall yang ditunjukan oleh Jane.
"Tidak apa-apa, Pak kami juga belum lama di sini," sahut Jane setengah berbohong karena mereka pun sudah menghabiskan satu porsi makanan sebelum Angkasa datang.
"Apa kabar, Salma?" Angkasa mengambil tempat duduk di sebelah Jane yang langsung berhadapan dengan Salma.
"Baik," sahut Salma dengan senyuman tipis. Mau tidak mau mata mereka saling bertemu.
Keduanya sama-sama saling mengerti bahwa ada yang berbeda semenjak pertemuan terakhir mereka. Salma dan Angkasa bukanlah insan lajang yang belum pernah mengenal getaran rasa kagum dan suka. Keduanya sangat berpengalaman mengenal signal cinta yang mulai tumbuh di hati mereka. Hanya Salma yang terus mengingkari dan membunuh rasa itu karena kenyataan di depan mata yang dirasa tak mungkin ia lewati.
"Sudah lama di Jakarta?" tanya Angkasa dengan sorot mata kecewa.
"Belum lama," sahut Salma singkat.
"Salma lagi mencari pekerjaan di Jakarta, Pak," timpal Jane bersemangat.
"Kamu berencana menetap di sini?" tanya Angkasa tanpa menoleh ke arah Jane yang dengan semangat memberi informasi. Salma menganggukan kepalanya sedikit ragu.
"Nanti saya atur," lanjut Angkasa dengan senyum lebar.
"Tuh apa aku bilang, Pak Angkasa ini selalu bisa diandalkan," ucap Jane sembari menyentuh lengan Angkasa.
Jane yang beberapa waktu terakhir ini bergabung dalam proyek acara stasiun televisi yang digawangi oleh rumah produksi milik Angkasa, membuatnya semakin sering bertemu dengan pria menawan itu.
Siapa yang tidak suka dengan Angkasa. Selain pembawaannya yang ramah pada siapa saja, Angkasa terkenal tidak pernah terlibat skandal dengan seorang wanita manapun. Membuat banyak artis serta model yang ada disekitarnya termasuk Jane, merasa tertantang untuk menaklukan Angkasa.
Keramahan Angkasa sering kali membuat para wanita salah paham. Dengan senyuman dan tatapan mata yang selalu menghujam tepat di bola mata lawan bicara saat bercakap, membuat wanita secantik apapun ingin jatuh ke dalam pelukan Angkasa.
"Bapak mau pesan apa?" tawar Bian yang selalu prima dalam hal pelayanan.
"Terima kasih, saya sudah makan tadi. Saya pesan ... Es kelapa muda saja," ucap Angkasa setelah melirik isi gelas yang ada di depan Salma.
"Rencana kamu apa selanjutnya, Salma?" lanjut Angkasa tenang.
Beberapa pengunjung restoran dan Mall berusaha mengambil foto mereka berempat menggunakan ponsel dari jarak jauh.
"Belum ada." Salma menggelengkan kepala.
"Salma ini sepertinya mendadak pindah ke Jakarta, Pak kami juga baru diberi kabar kemarin," timpal Bian.
"Kamu baik-baik saja, Salma?" Angkasa memandang Salma dengan tatapan menyelidik. Jane dan Bian tidak menyadari, bahwa sejak tadi Angkasa seolah hanya berbicara dan memandang Salma. Pria itu seakan tidak menganggap keberadaan mereka berdua di meja yang sama.
...❤️🤍...
Mampir ke karya aku yang lain ya